• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Home
  • About
  • Recognition
  • Advertise
  • Disclosure
  • Contact

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

  • ABOUT ME
  • Traveling
  • Advertorial
  • Kesehatan
  • Feature
  • Kuliner
You are here: Home / Aceh / Memetik Jamblang di Kebun Raja Lamuri

September 6, 2016

Memetik Jamblang di Kebun Raja Lamuri

wisata aceh besarMengunjungi objek wisata Aceh Besar yang ada di  Krueng Raya pada bulan Juli dan Agustus adalah pilihan yang tepat. Pada bulan tersebut, kita tidak hanya bisa menikmati pesona alam bahari yang memukau dan peninggalan masa lalu yang bernilai historis yang tinggi, tetapi juga bisa menyantap jamblang langsung dari pohonnya. Jambee kleng atau jambu keling, begitu orang Aceh menyebut buah dari suku jambu-jambuan ini, memang berbuah pada bulan-bulan tersebut. Tahukah kamu, di Krueng Raya, pohon yang memiliki nama latin Syzygium cumini tersebut banyak tumbuh di bebukitan Lamreh yang konon dulunya merupakan situs Kerajaan Lamuri. Dan itu artinya, jamblang yang dipetik dan dimakan itu berasal dari kebun raja.

“Kemana kita?” tanyaku pada Bang Tunis setelah saya menyerahkan sekantong plastik besar pakaian kotor ke laundry yang tidak jauh dari rumah dan duduk di jok belakang motor. Karena hanya pada akhir pekan saya pulang ke Banda Aceh, maka dua hari tersebut benar-benar saya manfaatkan untuk quality time bersama keluarga, entah jalan-jalan ke tempat wisata Aceh Besar dan Banda Aceh atau menghabiskan waktu seharian di rumah sambil bermain dengan putri kecil kami. Hal-hal yang membuat waktu kebersamaan kami terganggu, sebaiknya disingkirkan dan diserahkan pada ahlinya, termasuk pakaian kotor bang Tunis yang menumpuk karena seminggu tidak ada yang mencuci. Dua hari adalah waktu yang sangat berharga untuk pasangan yang harus menjalani long distance marriage seperti kami.

Baca juga:  LDR Setelah Menikah Itu

“Adek mau kemana?”  tawar bang Tunis. Hari itu putri kami Naqiya dibawa jalan-jalan oleh nyaksyiknya (nenek,red) sehingga saya dan bang Tunis bisa berduaan laksana dua sejoli yang masih berpacaran saja.

“Gimana kalau kita ke Krueng Raya? Kita petik jamblang di bukit Lamreh, terus duduk di pinggir pantai pasir putih Lhok Mee,” saranku kemudian. Ya, Krueng Raya yang terletak di Kabupaten Aceh Besar memang memiliki keindahan alam yang selalu terkenang. Samudera Hindia yang terbentang luas, bebukitan hijau yang menyejukkan mata, situs-situs peninggalan kesultanan di Aceh pada masa lalu yang selalu menimbulkan tanda tanya, dan beragam objek wisata alam lainnya yang sangat sayang jika dilewatkan. Krueng Raya adalah pusatnya wisata Aceh Besar, begitu simpulku.

Makan jamblang sambil menikmati indahnya lautan di Pantai Pasir Putih Lhok Mee, Aceh Besar

Memutuskan pelisiran ke Krueng Raya, Aceh Besar pada bulan Juli dan Agustus adalah pilihan yang tepat karena kita tidak hanya bisa menikmati pesona alam dan peninggalan yang bernilai sejarah di sana, tetapi juga bisa menyantap jamblang langsung dari pohonnya. Jambee kleng atau jambu keling, begitu orang Aceh menyebut buah dari suku jambu-jambuan ini, memang berbuah pada bulan-bulan tersebut. Ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, tujuh belasan adalah masa yang paling saya dan teman-teman tunggu. Karena pada masa itu, kami tidak hanya bisa merasakan semarak hari kemerdekaan tapi juga buah jamblang. Penjual dari kampung tetangga berdatangan ke kampung kami untuk berjualan buah yang bernama latin Syzygium cumini.

Matahari masih bersembunyi di balik awan  ketika kami memasuki Krueng Cut, sehingga perjalanan dengan sepeda motor hari itu terasa sangat nyaman. Teriknya sinar surya sebenarnya bukanlah sebuah masalah karena sepanjang jalan, dari Krueng Cut sampai ke Krueng Raya, mata akan dimanjakan dengan pesona alam yang luar biasa. Setelah melewati Kajhu yang pernah lulu lantak oleh gelombang tsunami, maka kita akan dimanjakan dengan hijaunya hutan mangrove remaja di daerah Ujung Batee, deburan ombak yang memecah batu karang, dan benteng Jepang telah digenangi air laut yang pasang.

Baca juga: 5 Keunikan Pantai Lhok Mee Aceh Besar

Setengah jam mengendarai motor, kami pun tiba di bukit Lamreh. Penikmat sejarah Aceh pasti mengetahui bagaimana Lamreh di masa lalu. Bukit Lamreh yang kini ditumbuhi ratusan pohon jamblang dulunya merupakan Kesultanan Lamuri. Kerajaan ini lahir pada abad IX Masehi dan menjadi tempat pertama sekali saudagar dari Arab dan India datang untuk berdagang dan menyebarkan ajaran Islam. Karenanya, meski pada tahun 943 Masehi Lamuri telah berhasil dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya, seluruh penduduknya tetap beragama Islam. Lamuri yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia ini juga menjadi cikal bakal lahirnya Kerajaan Aceh Darussalam.

Pohon jamblang tumbuh dengan subur di bukit Lamreh, Krueng Raya Aceh Besar

Puluhan orang terlihat memakirkan mobil dan motor mereka di pinggir jalan. Mereka memetik jamblang yang tumbuh di sepanjang jalan dan di bebukitan Lamreh. Buah berwarna hitam ketika matang, berasa asam, manis, dan sepat itu memang sangat diminati. Garam, cabai, dan pliek u menjadi pelengkap untuk menikmati buah yang disebut duwet oleh masyarakat Jawa. Di antara bukit yang telah menjadi kebun jamblang tersebut, ada yang telah dipagari oleh penduduk setempat yang menandakan larangan orang asing memasukinya. Namun, tidak sedikit yang bisa diakses oleh siapa saja yang ingin memetik jamblang.

Kamipun memilih memasuki kebun yang masih sepi. Hanya satu dua orang yang terlihat sedang memetik jamblang di kebun yang sangat luar tersebut. Melihat jamblang yang sudah siap dipetik dan dimakan, saya tidak sabaran lagi untuk mengambil dan memasukkannya ke dalam mulut. Tenang, buah-buahan tersebut steril dan bebas dari bahan kimia karena memang ia tumbuh liar tanpa ada yang menanam, memupuk, dan menyiram. Tumbuhan jamblang itu tumbuh karena disebar oleh burung pemakan biji-bijian di bukit ini.

Sambil memetik jemblang di bukit paling tinggi, saya dan Bang Tunis juga dimanjakan dengan keindahan maritim Aceh Besar ini. Dari atas bukit, kami bisa melihat lautan biru,  pecahan ombak di lereng bukit, pelabuhan Malahayati, dan Pulau Weh. Indah sekali, ah, pantaskah kalau saya masih kurang bersyukur?

Saya sangat bersemangat memetik buah jamblang di kebun raja

Setelah mengumpulkan satu kantong plastik jamblang, kami berpas-pasan dengan seorang lelaki paro baya, warga Lamreh yang sedang memetik jamblang di kebun yang sama. Pohon yang menjadi sasarannya ternyata banyak sekali jamblang yang sudah tua dengan ukuran buah yang lebih besar. Kami pun ikut-ikutan memetik di pohon tersebut sambil mendengar cerita sang bapak.

“Kalau penduduk Krueng Raya ini, subuh-subuh mereka datang kesini dan memetik jamblang. Lalu dijual ke pedagang keliling untuk kemudian dijual lagi ke Banda Aceh. Kalau langsung beli dari warga, harganya murah, satu bambu hanya enam ribu kalau sedang musim seperti ini. Kalau enggak musim, satu bambu sampai dua puluh ribu.” jelas bapak yang bernama Amin itu. Jamblang yang ia petik rencananya hendak ia bawa sebagai oleh-oleh untuk keluarganya yang tinggal di Blang Bintang.

“Berarti yang dijual di Banda mahal kali, ya. Satu gelas aqua kecil itu, lima ribu.” tutur bang Tunis.

“Kebun jemblang ini punya siapa, Pak? tanyanya kemudian.

“Tanah ini milik Desa Lamreh dan dikelola oleh warga. Semua orang yang mau memetik jamblang untuk dimakan sendiri, silakan saja. Diizinin. Kalau untuk dijual lagi, itu baru dilarang.”

wisata aceh besar

Pohon jamblang berbuah pada bulan Juli dan Agustus, lokasi bukit Lamreh, Krueng Raya, Aceh Besar

Ia pun menceritakan sejarah bukit tempat kami berada saat itu. “Kalau kalian tahu sejarah pasti tahu dengan Kerajaan Lamuri. Kerajaan sebelum Kerajaan Aceh. Nah, asal kalian tahu, disinilah Kerajaan itu dulu di bangun. Jadi, jemblang yang kalian petik itu, dari kebun raja. Dimana lagi bisa makan jamblang miliki raja selain di sini. Hahaha” canda Pak Amin sambil tertawa dan kamipun ikut tertawa.

“Mantap kali kalau gitu ya, Pak. Makan jamblang punya raja di Krueng Raya,” ucap saya bangga.

Ia pun menjelaskan bahwa banyak sekali bukti peninggalan Kerajaan Lamuri yang ditemukan di sini. Entah itu nisan, gerabah, keramik, dan lainnya. Tidak sedikit arkeolog yang berasal dari dalam dan luar negeri yang ingin meneliti tentang situs Kerajaan Lamuri. Sejarah Aceh memang memiliki daya pikat tersendiri dan Pak Amin pernah menemani langsung salah seorang arkeolog dari Belanda untuk menelusuri Desa Lamreh.

Akhirnya kami pun urung diri karena hendak menyantap jamblang di tepi Pantai Pasir Putih Lhok Mee, tidak jauh dari bukit tempat kami memetik jamblang sekarang. Ketika kami menuruni bukit Lamreh, ternyata banyak sekali pendatang yang entah datang dari mana saja sedang memetik jamblang di tanah milik Raja Lamuri. Jadi, kalau kamu ingin menyantap langsung jamblang yang tumbuh di tanah kerajaan, datang saja ke Bukit Lamreh, Krueng Raya Aceh Besar. Petik dan nikmati sepuasnya anggur Aceh yang rasanya sepat, manis, dan asam itu.

Share this:

  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
  • Click to share on Telegram (Opens in new window)
  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Tumblr (Opens in new window)
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window)
  • More
  • Click to share on Pocket (Opens in new window)
  • Click to share on Reddit (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Filed Under: Aceh, Feature, Traveling Tagged With: jamblang, kerajaan lamuri, nama latin jamblang, Wisata Aceh Besar, wisata lamreh aceh besar

  • 1 Liza Fathia
    • 8 Kafe Unik dan Cozy yang Wajib Dikunjungi di Tokyo
    • Stabilizer Listrik: Lindungi Peralatan Elektronik Anda
    • Membangun Keluarga Bahagia dengan Sekolah Keluarga Samara
    • Mengenal Tanda-tanda Hamil Anggur
    • Keuntungan Memilih Bayar Listrik Online di Aplikasi Belanja Online

Reader Interactions

Comments

  1. rusydinat says

    September 6, 2016 at 12:50 PM

    aku bau tau ada buah namanya jamblang 😐

    Reply
    • Liza Fathia says

      September 15, 2016 at 4:59 PM

      enak dirujak mba

      Reply
  2. Ira duniabiza says

    September 6, 2016 at 12:58 PM

    Waa sampai ada kebunnya juga ya mba. Kirain cuma tanaman buah liar begitu. Kalau dalam padana indoensia ini jambu keling ya mba? Hihii baru tahu jambu keling warnanya begitu kirain kayak jambu kebanyakan..

    Reply
  3. noe says

    September 6, 2016 at 1:14 PM

    Aaak, aku ngga doyan jamblang krn sepet. Hihi

    Reply
  4. Inna Riana says

    September 6, 2016 at 1:24 PM

    kayaknya pernah megang buah jamblang. tapi lupa kapan n dimana.
    ga dimakan soalnya aku ga kuat makan asem :p

    Reply
  5. Titis Ayuningsih says

    September 6, 2016 at 2:00 PM

    Pernah dengar buah Jamblang dan akhirnya ngeliat juga melalui postingan ini

    Reply
  6. Fauzan says

    September 6, 2016 at 2:10 PM

    Saya selalu suka dengan tulisan tentang Kerajaan Lamuri. Situs nya sangat kaya dan sebagai Acehness asli, kita bangga sekali akan Lamuri. Saya pernah diajak membedah situs tersebut bersama tim 1000Guru Aceh, saya semakin yakin bahwa memang Lamuri adalah tempat Endatu kita menanam bibit agama sebagai ciri khas Aceh.

    Nice romantic story kak Liza, jemblang adalah favorit saya juga. Jadi kecewa ternyata harga di jembatan PP sudah terkena inflasi tinggi sekali.

    Reply
  7. Lina W. Sasmita says

    September 6, 2016 at 3:59 PM

    Ya ampun kemana aja saya selama ini, sumpah baru tau jamblang kayak gitu 😀

    Reply
  8. Anne Adzkia says

    September 6, 2016 at 10:18 PM

    Udah lama gak liat jamblang. Kadang saya nyebutnya duwet.

    Reply
  9. Ety Abdoel says

    September 7, 2016 at 6:47 AM

    Oh, ternyata jambu to. Kirain saudaraan sama nasi jamblang.
    Keliatannya kecil-kecil ya buahnya.
    Asyik juga kalau bisa menikmati langsung dari pohonnya dan gratis pula.

    Reply
  10. Hidayah Sulistyowati says

    September 7, 2016 at 10:49 AM

    Di rumah simbah dulu ada pohon jamblang milik tetangga. Aku sama sepupu ikut metik karena dahannya ada yang nyampai ke rumah kami, hihiii

    Reply
  11. Travelling Addict says

    September 7, 2016 at 10:17 PM

    Jamblang tuh yg mirip anggur kan tapi asem?

    Salam kenal dr blogger abal2

    Reply
  12. CATERING SEMARANG says

    September 10, 2016 at 8:49 AM

    Wah di sekitar wilayah saya tidak ada pohon Jamblang , kayanya harus nanam nih
    CATERING HARIAN SEMARANG

    Reply
  13. SITI FATIMAH AHMAD says

    September 10, 2016 at 8:55 AM

    Assalaamu’alaikum wr.wb LizaFathia.

    Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
    Laailaaha illahu wa Allahu Akbar
    Allahu Akbar walillaahil hamd.

    Selamat Menyambut Aidil Adha 1437 Hijriyyah. Semoga takbir yang bergema membawa seribu keberkatan bersama-sama erti pengorbanan sebenar.

    Salam Aidil Adha, maaf zahir dan bathin dari Sarikei, Sarawak.

    Reply
  14. SITI FATIMAH AHMAD says

    September 10, 2016 at 8:59 AM

    Melihat pada daun di awal pemerhatian seakan daun jambu air. Rupanya jamblang ini juga spesis jambu ya. Tidak pernah melihat dan merasanya mbak.

    Reply
  15. hariekhairiah says

    September 10, 2016 at 9:54 PM

    Romantis banget liza sama suami….btw love it ceritanya lengkap asyik, baru tau tentang kerajaan lamuri

    Reply
  16. Nurul Fitri Fatkhani says

    September 11, 2016 at 9:06 AM

    Buah jamblang? Saya baru tau..hihihi..
    Wah..Mbal Liza, so sweet, deh! Romantis banget, bisa berduaan dengan suami 🙂

    Reply
  17. tukangjalanjajan says

    September 12, 2016 at 12:45 PM

    terbayang bagaimana segarnya (walaupun asem) buah jamblang yang di petik langsung dari pohonnya. dijadiin temen rujak pasti enak banget nih

    Reply
  18. Irawati Hamid says

    September 13, 2016 at 9:28 PM

    baru dengar ada buah yang namanya jamblang ini Mba Liza, jadi penasaran juga pengen makan buahnya, hehe 🙂

    Reply
  19. Izhari Ishak Aksa says

    September 19, 2016 at 11:11 PM

    Nyoe yang bahasa Aceh jih boh Jambe Kleng 😀

    Reply
  20. Yudi says

    September 23, 2016 at 1:20 AM

    ci cie cie yang jalan2 ke lamuri…
    ada coba ngejar nisan tuanya? seru loh

    Reply
  21. satujam says

    October 8, 2016 at 8:10 AM

    widih buah kesukaan saya dulu nih, tapi sekarang udah langkah ini buah..

    Reply

Leave a ReplyCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Primary Sidebar

Liza Fathia

Welcome to liza-fathia.com!

Hi, I 'm Liza, a working mom with a beautiful daughter who loves blogging and traveling. I started blogging to create a lifestyle and travel blog that allows me to spend more time focusing on the things I love. Grab a cup of coffee and enjoy reading this blog. I hope you leave the site with some new exciting ideas!

Follow Me

  • Twitter
  • Instagram
  • Pinterest
  • LinkedIn
  • Facebook

Recent Posts

  • 8 Kafe Unik dan Cozy yang Wajib Dikunjungi di Tokyo
  • Stabilizer Listrik: Lindungi Peralatan Elektronik Anda
  • Membangun Keluarga Bahagia dengan Sekolah Keluarga Samara
  • Mengenal Tanda-tanda Hamil Anggur
  • Keuntungan Memilih Bayar Listrik Online di Aplikasi Belanja Online

Community

blogger perempuantravel blogger indonesiagaminong blogger

Copyright© 2023 · by Liza Fathia

 

Loading Comments...
 

    %d