Mengunjungi objek wisata Aceh Besar yang ada di Krueng Raya pada bulan Juli dan Agustus adalah pilihan yang tepat. Pada bulan tersebut, kita tidak hanya bisa menikmati pesona alam bahari yang memukau dan peninggalan masa lalu yang bernilai historis yang tinggi, tetapi juga bisa menyantap jamblang langsung dari pohonnya. Jambee kleng atau jambu keling, begitu orang Aceh menyebut buah dari suku jambu-jambuan ini, memang berbuah pada bulan-bulan tersebut. Tahukah kamu, di Krueng Raya, pohon yang memiliki nama latin Syzygium cumini tersebut banyak tumbuh di bebukitan Lamreh yang konon dulunya merupakan situs Kerajaan Lamuri. Dan itu artinya, jamblang yang dipetik dan dimakan itu berasal dari kebun raja.
“Kemana kita?” tanyaku pada Bang Tunis setelah saya menyerahkan sekantong plastik besar pakaian kotor ke laundry yang tidak jauh dari rumah dan duduk di jok belakang motor. Karena hanya pada akhir pekan saya pulang ke Banda Aceh, maka dua hari tersebut benar-benar saya manfaatkan untuk quality time bersama keluarga, entah jalan-jalan ke tempat wisata Aceh Besar dan Banda Aceh atau menghabiskan waktu seharian di rumah sambil bermain dengan putri kecil kami. Hal-hal yang membuat waktu kebersamaan kami terganggu, sebaiknya disingkirkan dan diserahkan pada ahlinya, termasuk pakaian kotor bang Tunis yang menumpuk karena seminggu tidak ada yang mencuci. Dua hari adalah waktu yang sangat berharga untuk pasangan yang harus menjalani long distance marriage seperti kami.
Baca juga: LDR Setelah Menikah Itu
“Adek mau kemana?” tawar bang Tunis. Hari itu putri kami Naqiya dibawa jalan-jalan oleh nyaksyiknya (nenek,red) sehingga saya dan bang Tunis bisa berduaan laksana dua sejoli yang masih berpacaran saja.
“Gimana kalau kita ke Krueng Raya? Kita petik jamblang di bukit Lamreh, terus duduk di pinggir pantai pasir putih Lhok Mee,” saranku kemudian. Ya, Krueng Raya yang terletak di Kabupaten Aceh Besar memang memiliki keindahan alam yang selalu terkenang. Samudera Hindia yang terbentang luas, bebukitan hijau yang menyejukkan mata, situs-situs peninggalan kesultanan di Aceh pada masa lalu yang selalu menimbulkan tanda tanya, dan beragam objek wisata alam lainnya yang sangat sayang jika dilewatkan. Krueng Raya adalah pusatnya wisata Aceh Besar, begitu simpulku.
Makan jamblang sambil menikmati indahnya lautan di Pantai Pasir Putih Lhok Mee, Aceh BesarMemutuskan pelisiran ke Krueng Raya, Aceh Besar pada bulan Juli dan Agustus adalah pilihan yang tepat karena kita tidak hanya bisa menikmati pesona alam dan peninggalan yang bernilai sejarah di sana, tetapi juga bisa menyantap jamblang langsung dari pohonnya. Jambee kleng atau jambu keling, begitu orang Aceh menyebut buah dari suku jambu-jambuan ini, memang berbuah pada bulan-bulan tersebut. Ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, tujuh belasan adalah masa yang paling saya dan teman-teman tunggu. Karena pada masa itu, kami tidak hanya bisa merasakan semarak hari kemerdekaan tapi juga buah jamblang. Penjual dari kampung tetangga berdatangan ke kampung kami untuk berjualan buah yang bernama latin Syzygium cumini.
Matahari masih bersembunyi di balik awan ketika kami memasuki Krueng Cut, sehingga perjalanan dengan sepeda motor hari itu terasa sangat nyaman. Teriknya sinar surya sebenarnya bukanlah sebuah masalah karena sepanjang jalan, dari Krueng Cut sampai ke Krueng Raya, mata akan dimanjakan dengan pesona alam yang luar biasa. Setelah melewati Kajhu yang pernah lulu lantak oleh gelombang tsunami, maka kita akan dimanjakan dengan hijaunya hutan mangrove remaja di daerah Ujung Batee, deburan ombak yang memecah batu karang, dan benteng Jepang telah digenangi air laut yang pasang.
Baca juga: 5 Keunikan Pantai Lhok Mee Aceh Besar
Setengah jam mengendarai motor, kami pun tiba di bukit Lamreh. Penikmat sejarah Aceh pasti mengetahui bagaimana Lamreh di masa lalu. Bukit Lamreh yang kini ditumbuhi ratusan pohon jamblang dulunya merupakan Kesultanan Lamuri. Kerajaan ini lahir pada abad IX Masehi dan menjadi tempat pertama sekali saudagar dari Arab dan India datang untuk berdagang dan menyebarkan ajaran Islam. Karenanya, meski pada tahun 943 Masehi Lamuri telah berhasil dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya, seluruh penduduknya tetap beragama Islam. Lamuri yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia ini juga menjadi cikal bakal lahirnya Kerajaan Aceh Darussalam.
Pohon jamblang tumbuh dengan subur di bukit Lamreh, Krueng Raya Aceh BesarPuluhan orang terlihat memakirkan mobil dan motor mereka di pinggir jalan. Mereka memetik jamblang yang tumbuh di sepanjang jalan dan di bebukitan Lamreh. Buah berwarna hitam ketika matang, berasa asam, manis, dan sepat itu memang sangat diminati. Garam, cabai, dan pliek u menjadi pelengkap untuk menikmati buah yang disebut duwet oleh masyarakat Jawa. Di antara bukit yang telah menjadi kebun jamblang tersebut, ada yang telah dipagari oleh penduduk setempat yang menandakan larangan orang asing memasukinya. Namun, tidak sedikit yang bisa diakses oleh siapa saja yang ingin memetik jamblang.
Kamipun memilih memasuki kebun yang masih sepi. Hanya satu dua orang yang terlihat sedang memetik jamblang di kebun yang sangat luar tersebut. Melihat jamblang yang sudah siap dipetik dan dimakan, saya tidak sabaran lagi untuk mengambil dan memasukkannya ke dalam mulut. Tenang, buah-buahan tersebut steril dan bebas dari bahan kimia karena memang ia tumbuh liar tanpa ada yang menanam, memupuk, dan menyiram. Tumbuhan jamblang itu tumbuh karena disebar oleh burung pemakan biji-bijian di bukit ini.
Sambil memetik jemblang di bukit paling tinggi, saya dan Bang Tunis juga dimanjakan dengan keindahan maritim Aceh Besar ini. Dari atas bukit, kami bisa melihat lautan biru, pecahan ombak di lereng bukit, pelabuhan Malahayati, dan Pulau Weh. Indah sekali, ah, pantaskah kalau saya masih kurang bersyukur?
Saya sangat bersemangat memetik buah jamblang di kebun raja
Setelah mengumpulkan satu kantong plastik jamblang, kami berpas-pasan dengan seorang lelaki paro baya, warga Lamreh yang sedang memetik jamblang di kebun yang sama. Pohon yang menjadi sasarannya ternyata banyak sekali jamblang yang sudah tua dengan ukuran buah yang lebih besar. Kami pun ikut-ikutan memetik di pohon tersebut sambil mendengar cerita sang bapak.
“Kalau penduduk Krueng Raya ini, subuh-subuh mereka datang kesini dan memetik jamblang. Lalu dijual ke pedagang keliling untuk kemudian dijual lagi ke Banda Aceh. Kalau langsung beli dari warga, harganya murah, satu bambu hanya enam ribu kalau sedang musim seperti ini. Kalau enggak musim, satu bambu sampai dua puluh ribu.” jelas bapak yang bernama Amin itu. Jamblang yang ia petik rencananya hendak ia bawa sebagai oleh-oleh untuk keluarganya yang tinggal di Blang Bintang.
“Berarti yang dijual di Banda mahal kali, ya. Satu gelas aqua kecil itu, lima ribu.” tutur bang Tunis.
“Kebun jemblang ini punya siapa, Pak? tanyanya kemudian.
“Tanah ini milik Desa Lamreh dan dikelola oleh warga. Semua orang yang mau memetik jamblang untuk dimakan sendiri, silakan saja. Diizinin. Kalau untuk dijual lagi, itu baru dilarang.”
Ia pun menceritakan sejarah bukit tempat kami berada saat itu. “Kalau kalian tahu sejarah pasti tahu dengan Kerajaan Lamuri. Kerajaan sebelum Kerajaan Aceh. Nah, asal kalian tahu, disinilah Kerajaan itu dulu di bangun. Jadi, jemblang yang kalian petik itu, dari kebun raja. Dimana lagi bisa makan jamblang miliki raja selain di sini. Hahaha” canda Pak Amin sambil tertawa dan kamipun ikut tertawa.
“Mantap kali kalau gitu ya, Pak. Makan jamblang punya raja di Krueng Raya,” ucap saya bangga.
Ia pun menjelaskan bahwa banyak sekali bukti peninggalan Kerajaan Lamuri yang ditemukan di sini. Entah itu nisan, gerabah, keramik, dan lainnya. Tidak sedikit arkeolog yang berasal dari dalam dan luar negeri yang ingin meneliti tentang situs Kerajaan Lamuri. Sejarah Aceh memang memiliki daya pikat tersendiri dan Pak Amin pernah menemani langsung salah seorang arkeolog dari Belanda untuk menelusuri Desa Lamreh.
Akhirnya kami pun urung diri karena hendak menyantap jamblang di tepi Pantai Pasir Putih Lhok Mee, tidak jauh dari bukit tempat kami memetik jamblang sekarang. Ketika kami menuruni bukit Lamreh, ternyata banyak sekali pendatang yang entah datang dari mana saja sedang memetik jamblang di tanah milik Raja Lamuri. Jadi, kalau kamu ingin menyantap langsung jamblang yang tumbuh di tanah kerajaan, datang saja ke Bukit Lamreh, Krueng Raya Aceh Besar. Petik dan nikmati sepuasnya anggur Aceh yang rasanya sepat, manis, dan asam itu.
rusydinat says
aku bau tau ada buah namanya jamblang 😐
Liza Fathia says
enak dirujak mba
Ira duniabiza says
Waa sampai ada kebunnya juga ya mba. Kirain cuma tanaman buah liar begitu. Kalau dalam padana indoensia ini jambu keling ya mba? Hihii baru tahu jambu keling warnanya begitu kirain kayak jambu kebanyakan..
noe says
Aaak, aku ngga doyan jamblang krn sepet. Hihi
Inna Riana says
kayaknya pernah megang buah jamblang. tapi lupa kapan n dimana.
ga dimakan soalnya aku ga kuat makan asem :p
Titis Ayuningsih says
Pernah dengar buah Jamblang dan akhirnya ngeliat juga melalui postingan ini
Fauzan says
Saya selalu suka dengan tulisan tentang Kerajaan Lamuri. Situs nya sangat kaya dan sebagai Acehness asli, kita bangga sekali akan Lamuri. Saya pernah diajak membedah situs tersebut bersama tim 1000Guru Aceh, saya semakin yakin bahwa memang Lamuri adalah tempat Endatu kita menanam bibit agama sebagai ciri khas Aceh.
Nice romantic story kak Liza, jemblang adalah favorit saya juga. Jadi kecewa ternyata harga di jembatan PP sudah terkena inflasi tinggi sekali.
Lina W. Sasmita says
Ya ampun kemana aja saya selama ini, sumpah baru tau jamblang kayak gitu 😀
Anne Adzkia says
Udah lama gak liat jamblang. Kadang saya nyebutnya duwet.
Ety Abdoel says
Oh, ternyata jambu to. Kirain saudaraan sama nasi jamblang.
Keliatannya kecil-kecil ya buahnya.
Asyik juga kalau bisa menikmati langsung dari pohonnya dan gratis pula.
Hidayah Sulistyowati says
Di rumah simbah dulu ada pohon jamblang milik tetangga. Aku sama sepupu ikut metik karena dahannya ada yang nyampai ke rumah kami, hihiii
Travelling Addict says
Jamblang tuh yg mirip anggur kan tapi asem?
Salam kenal dr blogger abal2
CATERING SEMARANG says
Wah di sekitar wilayah saya tidak ada pohon Jamblang , kayanya harus nanam nih
CATERING HARIAN SEMARANG
SITI FATIMAH AHMAD says
Assalaamu’alaikum wr.wb LizaFathia.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Laailaaha illahu wa Allahu Akbar
Allahu Akbar walillaahil hamd.
Selamat Menyambut Aidil Adha 1437 Hijriyyah. Semoga takbir yang bergema membawa seribu keberkatan bersama-sama erti pengorbanan sebenar.
Salam Aidil Adha, maaf zahir dan bathin dari Sarikei, Sarawak.
SITI FATIMAH AHMAD says
Melihat pada daun di awal pemerhatian seakan daun jambu air. Rupanya jamblang ini juga spesis jambu ya. Tidak pernah melihat dan merasanya mbak.
hariekhairiah says
Romantis banget liza sama suami….btw love it ceritanya lengkap asyik, baru tau tentang kerajaan lamuri
Nurul Fitri Fatkhani says
Buah jamblang? Saya baru tau..hihihi..
Wah..Mbal Liza, so sweet, deh! Romantis banget, bisa berduaan dengan suami 🙂
tukangjalanjajan says
terbayang bagaimana segarnya (walaupun asem) buah jamblang yang di petik langsung dari pohonnya. dijadiin temen rujak pasti enak banget nih
Irawati Hamid says
baru dengar ada buah yang namanya jamblang ini Mba Liza, jadi penasaran juga pengen makan buahnya, hehe 🙂
Izhari Ishak Aksa says
Nyoe yang bahasa Aceh jih boh Jambe Kleng 😀
Yudi says
ci cie cie yang jalan2 ke lamuri…
ada coba ngejar nisan tuanya? seru loh
satujam says
widih buah kesukaan saya dulu nih, tapi sekarang udah langkah ini buah..