• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Home
  • About
  • Recognition
  • Advertise
  • Disclosure
  • Contact

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

  • ABOUT ME
  • Traveling
  • Advertorial
  • Kesehatan
  • Feature
  • Kuliner
You are here: Home / Traveling / Nuansa Mistis pada Atraksi Kuda Kepang dan Barongan di Homestay Hj. Dorani Selangor

April 3, 2017

Nuansa Mistis pada Atraksi Kuda Kepang dan Barongan di Homestay Hj. Dorani Selangor

kuda kepang dan barongan

Malam itu,  langit di Homestay Hj. Dorani terlihat sangat cerah dengan cahaya bulan dan kerlipan bintang. Puluhan masyarakat sekitar berbondong-bondong memadati halaman depan penginapan yang terletak di kawasan Sungai Haji Dorani, Sungai Besar, Selangor. Semua mengambil posisi masing-masing dengan berdiri atau duduk bersila di atas tanah lapang tersebut. Tidak ketinggalan saya dan teman-teman peserta acara Rentak Selangor, sebuah program wisata tahunan dari Jawatan Kuasa Pembangunan Generasi Muda, Sukan, Kebudayaan dan Pembangunan Usahawan Selangor (Selangor Youth Generation Development, Sports, Cultural and Entrepreneurship Development) Unit Perancang Ekonomi Negeri (UPEN) Selangor, dan Gaya Travel Magazine. Setelah puas menikmati makan malam, kami pun berkumpul bersama di lapangan yang luas dan di kelilingi oleh sawah yang baru siap di panen. Tujuan kami sama; hendak menyaksikan persembahan tarian kuda kepang dan barongan.

Sejarah hadirnya kuda kepang di Selangor juga tidak jauh berbeda dari asal muasal tradisi kebuyaan Gamelan dan Wayang Kulit di negeri ini. Semuanya bermula dari kedatangan masyarakat Jawa ke wilayah ini dan membentuk sebuah komunitas.

“Karena suntuk tidak ada hiburan, maka terbesitlah untuk memainkan kuda kepang.” Kata Cik Rusli, pelatih kuda kepang pada komunitas Jawa di Sungai Besar, Selangor.

Demikian juga dengan tarian barongan yang ikut dimainkan bersama dengan kuda kepang. “Kalau di Jawa Timur disebut dengan reog, di Malay disebut barongan. Yang bawa ke sini juga orang tua kami yang merantau ke Malay,” imbuhnya lagi.

Baca juga : Rentak Selangor: Ketika Tradisi Melayu dan Jawa Bersatu

Di tengah kerumunan warga, kuda kepang telah berdiri tegap. Anyaman buluh yang disusun dan diukir sehingga menyerupai kuda itu seakan tidak sabar lagi menunggu ditunggangi oleh penunggangnya. Beberapa saat kemudian, para penari kudang kepang menunjukkan kebolehannya. Dengan iringan musik yang dihasilkan oleh gendang, gong, bonang, kenong, dan saron, para Adam yang menginjak usia remaja itu menari sambil memegang kuda masing-masing.

kuda kepang dan barongan

Para penari kuda kepang yang berjumlah 9 orang itu mengayunkan langkahnya ke depan dan ke belakang, lalu berputar-putar, sesuai irama musik. Gerakan mereka dipandu dengan pukulan cemeti oleh seorang danyang.

“Lebih kurang, ada 25 orang yang andil dalam tarian kuda kepang ini,” jelas Cik Rusli, “9 orang sebagai penari, 5 orang pemain musik, 15 orang sebagai penjaga (danyang), dan 2 orang sebagai pawang atau bumoh pemulih,” tambah laki-laki yang telah 30 tahun lebih bermain kuda kepang ini.

Usai menari, para penunggang kuda kepang tersebut bubar dan kuda-kuda itu kembali diletakkan di tengah-tengah lapangan. Beberapa saat kemudian, Cik Rusli meletakkan satu talam sesajian yang terdiri dari buah kelapa, beras, pisang masak, kemenyan, kain  putih, jarum, benang, ayam putih, padi, telur dan bunga rampai.

kuda kepang dan barongan

“Mohon tidak ada yang mengenakan pakaian berwarna merah dan menghidupkan lampu cahaya dari kamera atau smartphone karena bisa menarik perhatian penari kuda kepang,” salah seorang panitia mengingatkan kami.

Persembahan Tarian Kuda Kepang dan Barongan

Cik Rusli, lelaki keturunan Jawa yang juga berperan sebagai pawang pada persembahan kuda kepang tiba-tiba menuju ke tempat sesajian berada. Ia lalu membakar sesuatu hingga berasap. Dari aroma asap tersebut saya langsung bisa menebak kalau itu adalah bau kemenyan. Membakar kemenyan adalah salah satu ritual kesenian kuda kepang ini.

Setelah bau kemenyan menyerbak ke seantero lapangan, dengan mulut yang terus berkomat-kamit seperti sedang mengucapkan sesuatu, lelaki paro baya itu kemudian menengadahkan kedua tangannya. Ia seperi sedang membuka sesuatu di  udara. Ia menghadap ke segala penjuru mata angin, barat, timur, utara, dan selatan dengan muka dan kedua tangan ditengadahkan ke udara. Cik Rusli sedang “membuka gelanggang”, istilah untuk kegiatan memanggil makhluk gaib.

kuda kepang dan barongan

Cik Rusli sedang melakukan persembahan “membuka gelanggang”

Semua penari kuda kepang berbaris dan mengusap muka mereka dengan asap kemenyan secara bergantian. Pada persembahan malam itu, Cik Rusli meminta 3 relawan dari peserta Rentak Selangor untuk menjadi penari. Maka, majulah dua lelaki dan satu perempuan mewakili kami semua.

Ketika alat musik mulai di dendangkan dan danyang memukul cemeti ke tanah, semua penari memegang kuda yang terbuat dari anyaman buluh tersebut dan menari mengikuti irama alat musik. Mereka bergerak maju mundur dan berputar seakan sedang berada di medan pertempuran.

kuda kepang dan barongan

Waktu terus berlalu. Semakin lama, para penari kuda kepang itu semakin larut dalam tarian kuda kepangnya. Pun demikian dengan penonton, tak bosan-bosan melihat gerakan kaki sang penari.

The Real Kuda Kepang and Barongan

Suasana pun mendadak gaduh ketika barongan berwujud harimau datang dan diikuti beberapa pria bertopeng. Barongan ikut menari bersama penari kuda kepang, mengikuti irama gendang, gong, bonang, dan sarong. Namun, lama kelamaan gerakannya semakin menyeramkan. Bulan yang semula terang benderang tiba-tiba tertutup awan.

Barongan harimau yang ditunggangi oleh dua laki-laki dewasa itu memakan sesajian yang ada di tengah-tengah lapangan. Kelapa gading yang berwarna kuning mampu ia kupas dengan gigi geliginya. Batoknya ia pecahkan menggunakan kepala. Semua penonton terperanjat saat itu.

kuda kepang dan barongan

kuda kepang dan barongan

Penari kuda kepang pun mulai berlaku aneh. Bocah-bocah itu berubah seperti kera. Pisang yang berada di tengah persembahan mereka makan, pun demikian dengan telur dan bunga. Di antara penari itu ada juga yang saling berkelahi seperti kera-kera yang sedang berebut makanan.

Homestay Sungai Hj. Dorani tiba-tiba mencekam. Para penonton tarian kuda kepang dan barongan yang semula sangat menikmati alunan musik dan tarian para penari tiba-tiba ketakutan. Terlebih ketika para penari yang seperti kerasukan kera itu menuju ke arah kami.

“This is the real kuda kepang,” ucap Bang Sham dari Gaya Travel.

“Maksudnya?” saya yang baru pertama sekali melihat tarian kuda kepang tidak paham maksud ucapannya.

“Saya belum pernah melihat kuda kepang macam ini. Biasanya tidak semengerikan ini.” Jawabnya kemudian.

Sebuah kelapa gading berwarna kuning digulingkan ke arah saya oleh penari cilik tersebut. Dengan memberanikan diri, saya pun menggulingkan kembali kelapa itu. Ia lalu mengambil buah kelapa dan mengupasnya dengan gigi kecilnya sampai habis. Lalu dengan menggunakan kepalanya sendiri, ia memecahkan batok kelapa itu.

kuda kepang dan barongan

Malam semakin larut. Cik Rusli, sang Bomo Pemulih mulai membisikkan sesuatu ke telinga para penari. Ada beberapa yang kembali tenang dan keluar dari area persembahan. Tetapi ada juga yang enggan keluar dari tubuh sang penari. Anak-anak itu tampak semakin ganas saat menari.

Pun demikian dengan barongan. “Sesuatu” yang terdapat di tubuh pemain barongan itu seakan tidak mau keluar. Ia terlihat begitu beringas sampai-sampai sang pawang kewalahan untuk menghadapinya.

Kemudian Cik Rusli menunjuk ke kami yang duduk di sudut kiri. Semuanya terkejut dan berlari menjauhinya. Ia berjalan cepat mendekati kami. Syukurnya, yang ia tuju ternyata bukan kami melainkan pohon kelapa yang terdapat di belakang sana. Lelaki itu kemudia menggali tanah tidak jauh dari pohon kelapa dan mengambil sesuatu. Ia berjalan kembali ke arena dengan tangan kiri memegang keris dan tangan kanan menggepalkan yang kami pun tidak tahu apa isinya.

Musik terus dimainkan. Tiga peserta rentak Selangor yang menjadi relawan untuk menari kuda kepang masih saja menari mengikuti irama. Mereka terlihat sangat menikmati irama musik tersebut dan enggan untuk berhenti. Gerakannya pun tetap bersemangat seperti saat pertama tarian ini dimainkan.

Semua penari dan barongan kembali sadar dan menepi. Tiga relawan itu masih saja menari. Keringat yang bercucuran di tubuh mereka seakan tidak menjadi masalah. Mereka sangat bersemangat.

Teman-teman kami tersebut. Satu persatu dibisikkan mantra oleh Cik Rusli dan mereka pun kembali sadar. Persembahan tarian kuda kepang dan barongan pun selesai.

kuda kepang dan barongan

“Rasanya seperti kamu sedang menikmati alunan musik yang sangat indah. Itulah yang saya rasakan,” jelas salah satu dari mereka.

“Tubuh saya pun terasa sangat ringan dan lentur. Tidak lelah sama sekali. Pokoknya saya benar-benar menikmati tarian dan musik yang dimainkan,” tambah yang lain.

“Kepingin main lagi?” tanyaku kemudia.

“Sebelum dibisikkan sesuatu oleh pawing itu, saya merasa marah saat musik berhenti. Rasanya ingin terus menari. Tapi sekarang sudah biasa lagi.”

Begitulah persembahan kuda kepang dan barongan yang kami saksikan di Homestay Hj. Dorani. Menegangkan, mencekam, dan membuat adrenalin semakin melonjak. Dan di sinilah pertama sekali juga saya melihat persembahan kuda kepang atau yang lebih dikenal dengan kuda lumping di Indonesia. Pun demikian dengan barongan, inilah the first time in my live melihat langung barongan mengamuk dan mengupas kelapa dengan geliginya. Seru.() Liza Fathia

Share this:

  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
  • Click to share on Telegram (Opens in new window)
  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Tumblr (Opens in new window)
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window)
  • More
  • Click to share on Pocket (Opens in new window)
  • Click to share on Reddit (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Filed Under: Traveling Tagged With: barongan, kuda kepang, kuda kepang dan barongan, kuda kepang malaysia, Selangor, tarian kuda kepang

  • 1 Liza Fathia
    • 8 Kafe Unik dan Cozy yang Wajib Dikunjungi di Tokyo
    • Stabilizer Listrik: Lindungi Peralatan Elektronik Anda
    • Membangun Keluarga Bahagia dengan Sekolah Keluarga Samara
    • Mengenal Tanda-tanda Hamil Anggur
    • Keuntungan Memilih Bayar Listrik Online di Aplikasi Belanja Online

Reader Interactions

Comments

  1. indah says

    April 3, 2017 at 9:36 AM

    Wah mistis sekali jika berhubungan dengan adat dan tradisi barongan seperti itu. Bisa kerasukan kera ya mbak keren.

    Reply
    • Liza Fathia says

      April 17, 2017 at 7:40 AM

      iya mbak indah. ngeri euy

      Reply
  2. jokokendal says

    April 3, 2017 at 10:31 AM

    Kuda kepang dan Barongan Upacara budaya ini pernah di adakan di Majlis2 keramaian saperti Majlis Walimah Masyrakat Jawa di-Singapura pada tahun 70an, 80an, dan awal 90an. Ia amat di sukai dan di-banggai. Tapi, kebelakangan ini sudah kurang di-adakan, kerana sebab mistis, pemujaan roh2 dan sajen (Sajian) yang ramai menganggap becanggah dengan landas2 Ugama. Yang tinggal adalah Gamelan. Itupun kalau yang mengadakan Majlis benar2 jawa asli dan mempunyai dana untuk mengadakan persembahan di Majlis mereka. Otherwise Karaoke sudah mencukupi.

    Reply
    • Liza Fathia says

      April 17, 2017 at 7:41 AM

      oh seperti itu. terima kasih infonya mas joko

      Reply
  3. omnduut says

    April 3, 2017 at 12:37 PM

    Bener-bener beti alias beda tipis sama Indonesia. Yang kayak begini juga ada ternyata. Wow.

    Reply
    • joko kendal says

      April 3, 2017 at 12:46 PM

      Ono mas. iku lah kami womg Jowo nan Singapur. Kepercayaan agama membatasi segala, walaupun sudah kehadapan, kami tetap berpegang pada teras agama. Kami sanggup membuang adat jika ia-nya melanggar ajaran agama. Peribahasa Biar mati anak asal tidak mati adat tidak berlaku di-sini. Buat kami biar buang adat jika ianya melanggari dasar Agama.

      Reply
    • Liza Fathia says

      April 17, 2017 at 7:42 AM

      @omduut: iya oom. Orang jawa sendiri yang mempopulerkannya

      @jokokendal: benar sekali mas joko. kalau bertentangan dengan agama sebaiknya ditinggalkan

      Reply
  4. yuniandriyani77 says

    April 3, 2017 at 12:58 PM

    Waduh, aku baru tahu kalau di Selangir ada kuda lumping mbak…kirain cuman ada di Jawa….

    Reply
    • Liza Fathia says

      April 17, 2017 at 7:45 AM

      sepertinya dimana ada orang jawa, kesenian ini pasti ada mbak yuni

      Reply
  5. Ophi Ziadah says

    April 3, 2017 at 1:51 PM

    Weeww ngeri2 sedap yaa ngebayangin ada disitu langsung za

    Reply
    • Liza Fathia says

      April 17, 2017 at 7:51 AM

      iya mbak ophi..hihihi

      Reply
  6. Amir Mahmud says

    April 4, 2017 at 10:47 AM

    Kalau di tempat saya namanya Ebleg, terus yang jadi rajanya namanya Barong

    Reply
    • Liza Fathia says

      April 4, 2017 at 11:26 PM

      Mirip berarti ya bang amir.

      Reply
  7. rahmat2709 says

    April 4, 2017 at 11:05 AM

    Masih nggak bisa bayangin ketika tiba2 roh itu berpindah ke tubuh kita

    Reply
    • Liza Fathia says

      April 4, 2017 at 11:25 PM

      Hahahaha. Iya benar sekali

      Reply
  8. SITI FATIMAH AHMAD says

    April 4, 2017 at 11:05 AM

    Assalaamu’alaikum wr.wb, Liza Fathia….

    Apabila pengalaman dengan melihat sendiri tentu lebih banyak kenangan dan kekal di ingatan. Malah sempat membuai banyak emosi ya. Kudang Kepang memang sudah lama malah saya bersekolah rendah (dasar) juga bermian kuda kepang sebagai aktiviti kesenian di sekolah.

    Salam manis dari Sarikei, Sarawak.

    Reply
    • Liza Fathia says

      April 4, 2017 at 11:25 PM

      Waalaikumsalam ummi. Wah ummi pernah memainkan kuda kepang masa kanak2 dulu? Seronok sangat ya

      Reply
  9. jarwadi says

    April 4, 2017 at 12:32 PM

    namanya juga serumpun. budayanya mirip mirip 🙂

    Reply
    • Liza Fathia says

      April 4, 2017 at 11:24 PM

      Iya. Terus yang tinggal disanaa juga orang jawa

      Reply
  10. ysalma says

    April 4, 2017 at 8:32 PM

    Wow, ternyata benar2 ada mistisnya berarti yaa.
    Membacanya aja merinding, gimana ada dilokasinya langsung?

    Reply
    • Liza Fathia says

      April 4, 2017 at 11:21 PM

      Hihihi. Ngeri2 sedap gitu mbak salma

      Reply
  11. Sasa says

    April 4, 2017 at 9:07 PM

    kuda kepang itu hampir sama kaya kuda lumping aslin Indonesia yah mba ?

    Reply
    • Liza Fathia says

      April 17, 2017 at 7:52 AM

      memang sama mbak sasa

      Reply
  12. Oeky says

    April 5, 2017 at 5:13 AM

    aku liat fotonya kok serem ya … O_O agak bikin merinding gimana gitu.. malem pula. yang aku gak ngerti gimana cara roh bisa masuk ke tubuh orang…. nanti klo rohnya ga mau pergi gimana? waaaaaa serem bangeeeeet >_<

    Reply
    • Liza Fathia says

      April 5, 2017 at 5:02 PM

      hahahahhaha…. aku pas nulisnya juga ngeri2 gitu

      Reply
  13. Nusantara Adhiyaksa says

    April 5, 2017 at 10:24 AM

    Tradisi asli Indonesia, yang sudah berakulturasi dengan kearifan lokal di selangor …
    semoga Reog Ponorogo akan selalu menjadi Identitas Bangsa kita …. Amin

    Reply
    • Liza Fathia says

      April 5, 2017 at 5:00 PM

      amiin. dan semoga generasi penerus bangsa ini mau mendalami lebih banyak warisan leluhur kita

      Reply
  14. Blogger Kendal says

    April 5, 2017 at 3:15 PM

    Mba Liz, di Kendal juga ada Barongan dan jaran kepang
    sama mba, mereka juga kerasukan gitu kalo udah gitu apa aja dimakan
    dan bawaannya pengen gila-gilaan gitu. Kadang takut tapi ya seru hehehhe

    Reply
    • Liza Fathia says

      April 17, 2017 at 7:55 AM

      iya, bener say. ngeri tapi seru

      Reply
  15. April Hamsa says

    April 5, 2017 at 4:06 PM

    Budayanya mirip ya mbak dengan kuda lumping di Jawa.
    Tentang budaya ini saya selalu suka sama filosofi yg mendasari bgmn dulu mulai aalnya pertunjukan budaya ini.
    Tengkyu sharingnya Mbak Liza, jd nambah pengetahuan ttg budaya 😀

    Reply
    • Liza Fathia says

      April 5, 2017 at 4:58 PM

      iya mbak april, soalnya sama2 dari jawa kan

      Reply
  16. momtraveler says

    April 5, 2017 at 4:54 PM

    Paling ngeri nonton yg beginian pasti banyak yg kesurupan

    Reply
    • Liza Fathia says

      April 5, 2017 at 4:57 PM

      bener banget kak, ngeri2 sedap nontonya

      Reply
  17. Hadi Prayitno says

    April 5, 2017 at 8:04 PM

    Permainan ini memang identik dengan klenik.

    Reply
  18. fanny fristhika nila says

    April 5, 2017 at 10:23 PM

    aku serem ih bacanya… agak2 gmn yaaa, apalagi sampe memanggil makhluk halus… trs ada sesajen… Kadang budaya ama agama itu suka bertolak belakang ya mba… tapi aku sendiri juga suka penasaran ama ritual2 budaya begini

    Reply
  19. Lia Lathifa says

    April 6, 2017 at 12:09 AM

    wih kaya kesurupan gaya monyet ya mbak, bisa begitu. Gak sangka juga di Selangor ada atraksi kuda lumping, kirain di Indonesia aja

    Reply
    • Liza Fathia says

      April 6, 2017 at 5:44 AM

      Iya mbak lia. Banyak org indonesia soalnya disana

      Reply
  20. helenamantra says

    April 6, 2017 at 6:54 AM

    Naah iya seperti kuda lumping. Serem ih pakai sesajen segala

    Reply
    • Liza Fathia says

      April 7, 2017 at 8:47 AM

      iya, sereeem

      Reply
      • joko kendal says

        April 7, 2017 at 9:39 AM

        Kalau serem kok masih di amali. Kan baik di-pinggiri. Lebih2 lagi bila ada element element yang boleh merosakkan akidah sebagai muslim.

        Reply
  21. wisnutri.com says

    April 6, 2017 at 9:56 AM

    tak kira yang ada ritual ritualnya cuma kuda kepang di Indonesia aja
    ternyata di malaysia nggak kalah ngeri…

    Reply
    • Liza Fathia says

      April 7, 2017 at 8:47 AM

      iya.. mengerikan apalagi pas ada yang kerasukan

      Reply
  22. Babang Travengler says

    April 6, 2017 at 1:59 PM

    kalau di Jawa namanya kuda lumping,sama-sama ada nuansa mistisnya juga

    Reply
    • Liza Fathia says

      April 7, 2017 at 8:47 AM

      iya, sama persis

      Reply
  23. Naqiyyah Syam says

    April 6, 2017 at 4:12 PM

    Jadi ini budaya Indonesia atau Malaysia ya Mak? Mirip banget ya?

    Reply
    • Liza Fathia says

      April 7, 2017 at 8:43 AM

      budaya Indonesia yang dibawa oleh masyarakat jawa ke malaysia mbak naqi

      Reply
    • jokokendal says

      April 7, 2017 at 9:50 AM

      Budaya Jawa tak kira D Indonesia, Malaysia, Singapura, Suriname selagi ada orang Jawa. Di-Suriname d panggil Jaran kepang.

      Reply
      • joko kendal says

        April 7, 2017 at 9:57 AM

        Ia nya tidak boleh di-ketegorikan sebagai budaya Indonesia sebab pengamal budaya ini mostly orang Jawa atau mungkin Bali dan Sunda. Ia tidak di amalkan oleh masyarakat Indonesia lain nya saperti, Melayu, Dayak, Batak Aceh, Padang. Mohon Ampun kalau saya tersalah (Correct me if I am wrong, Doc Liza)

        Reply
  24. WarnaCodex says

    April 7, 2017 at 2:49 PM

    Datang ke kotaku yach
    ada kesenian tradisional menarik disini 🙂

    Reply
    • Liza Fathia says

      April 17, 2017 at 7:58 AM

      dimana mbak?

      Reply
  25. alhaka says

    April 8, 2017 at 2:01 PM

    ngeri juga ya kalo pas kemasukan jin ga bisa ngendaliin, ntar yang nonton jadi korban lagi.

    Reply
    • Liza Fathia says

      April 17, 2017 at 7:57 AM

      iya, kalo ga ada pawang, bisa2 yang nonton ikut keasukan

      Reply
  26. Ibnu Syahri Ramadhan says

    April 11, 2017 at 11:57 AM

    Di kampung kami dulu sering nih Kuda Kepang,
    “awas baju merah!” Teriak Pawangnya 😀

    Reply
    • Liza Fathia says

      April 17, 2017 at 7:57 AM

      iya betul. baju merah ga boleh dekat2

      Reply
  27. kelapa sawit says

    April 14, 2017 at 2:46 PM

    jaranan klo di kamppungku namanya

    Reply
    • Liza Fathia says

      April 17, 2017 at 7:56 AM

      berarti ada banyak nama ya mas

      Reply
  28. Firsta | A Travellers Journey says

    April 15, 2017 at 10:04 PM

    Jadi ingat pertama kali nonton atraksi kuda lumping. Itu juga agak gimana gituuuu.. :/

    Reply
    • Liza Fathia says

      April 17, 2017 at 7:55 AM

      apalagi pas ngeliat yang kerasukan ya

      Reply
  29. atrasina adlina says

    April 24, 2017 at 5:56 PM

    serem sekali liat itu kuda kepangnya. tapi gak ada yang kerasukan karena pake baju merah kan ya?

    Reply
  30. Elina says

    April 24, 2017 at 8:16 PM

    Dulu, jaman2 aku masih sd sering banget yg ngadain acara kuda kepangan dan barong kaya gitu.

    Reply
  31. Aimarahman says

    October 11, 2017 at 1:15 PM

    Salam, ada tak no contact cik rusli or ketua persatuan kumpulan kuda kepang ?

    Reply

Leave a ReplyCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Primary Sidebar

Liza Fathia

Welcome to liza-fathia.com!

Hi, I 'm Liza, a working mom with a beautiful daughter who loves blogging and traveling. I started blogging to create a lifestyle and travel blog that allows me to spend more time focusing on the things I love. Grab a cup of coffee and enjoy reading this blog. I hope you leave the site with some new exciting ideas!

Follow Me

  • Twitter
  • Instagram
  • Pinterest
  • LinkedIn
  • Facebook

Recent Posts

  • 8 Kafe Unik dan Cozy yang Wajib Dikunjungi di Tokyo
  • Stabilizer Listrik: Lindungi Peralatan Elektronik Anda
  • Membangun Keluarga Bahagia dengan Sekolah Keluarga Samara
  • Mengenal Tanda-tanda Hamil Anggur
  • Keuntungan Memilih Bayar Listrik Online di Aplikasi Belanja Online

Community

blogger perempuantravel blogger indonesiagaminong blogger

Copyright© 2023 · by Liza Fathia

 

Loading Comments...
 

    %d