Siang itu, matahari sangat kompak diajak kompromi. Cahayanya terang namun tidak membakar. Tepat sekali menjadikan waktu tersebut untuk melanglang buana. Hari itu adalah hari Meugang Idul Adha bagi masyarakat Aceh. Setelah memasak daging rendang yang kami beli di pasar Peunayong, saya dan Bang Thunis memutuskan untuk menyantap masakan Meugang itu di tepi pantai.
Pantai Lhok Mee menjadi pilihan kami. Pantai berpasir putih itu terletak di Desa Lamreh, Krueng Raya, Aceh Besar. Setelah setahun menikah, pantai di Banda Aceh dan Aceh Besar yang belum kami kunjungi adalah Lhok Mee. Selain itu, Bang Thunis juga ingin bertandang ke Makam Laksamana Malahayati. Meski berstatus sebagai orang Aceh Besar asli, suami saya belum pernah menziarahi makam laksamana perempuan pertama di dunia itu.
Untuk tiba di Lhok Mee, kami harus menempuh jarak sekitar 35 kilometer dari Banda Aceh. Sekitar 30 menit perjalanan dengan kecepatan 60km/jam. Jalan raya begitu lenggang pada hari Meugang, aktivitas masyarakat di luar rumah terlihat sepi. Keramaian hanya terlihat di pasar-pasar yang menjual daging karena Meugang di Aceh itu identik dengan daging. Setiap kepala keluarga pasti membeli daging pada hati itu, tidak pandang bulu serta kelas ekonomi.
Hamparan pantai terbentang luas ketika kami sampai di Krueng Raya. Tempat-tempat rekreasi seperti Ujong Batee, Pantai Ladong, Benteng Indraparta dan Benteng Inong Balee kami lewati. Begitu juga dengan Makam Malahayati yang terletak tidak jauh dari Pelabuhan Krueng Raya juga kami lewati. Sore hari nanti baru makam itu kami ziarahi.
Untuk mencapai Lhok Mee, kami melewati perbukitan yang terbentuk dari batu karang. Rerumputan dan pohon jemblang tumbuh dengan subur di sana. Jalan yang kami lalui pun begitu mulus. Saat menaiki tanjakan kami disuguhi pemandangan indah berupa lautan biru yang terbentang luas, dan saat menurun, hijaunya perbukitan menyegarkan mata.
Pantai Lhok Mee terlihat sepi. Hanya beberapa pondok yang terlihat ditempati oleh pengunjung. Namun, saya sangat terkejut ketika melihat Lhok Mee. Ia sangat berbeda dengan Lhok Mee yang pernah saya kunjungi tahun 2008 silam. Pasir putih yang berkilauan saat terkena sinar matahari kini dipenuhi sampah plastik. Kotoran ternak juga terlihat di mana-mana. Bang Thunis pun berpendapat sama, dulu saat ia ke Lhok Mee, pantai itu benar-benar bagaikan hidden paradise. Ia tidak seramai dan penuh dengan pondok-pondok seperti saat ini. Namun, pepohonan yang tumbuh di dalam air laut Lhok Mee itu masih ada. Meski keindahan pasir putih Lhok Mee terkotori sampah, namun ranting-ranting tak berdaun dari pepohonan dalam laut itu menjadikan Lhok Mee tetap memesona.
Kami pun akhirnya memilih tempat duduk yang langsung berhadapan dengan pantai. Jaraknya hanya sekitar 2 meter dari bibir pantai. Karena perut sudah keroncongan, bekal yang kami bawa dari rumah segera disikat. Sop iga sapi dan daging rendang ludes seketika. Kami benar-benar kelaparan saat itu. Wajar saja, jam menunjukkan pukul 3 sore, dan belum sesuap nasi pun masuk ke perut waktu itu. Tak hanya menyantap makanan dari rumah, kami juga memesan air kelapa muda. Segar sekali rasanya.
Setelah makan dan bermain pasir di Pantai Lhok Mee, kami pun pulang. Di dalam perjalanan, Bang Thunis melihat beberapa jemblang berwarna hitam pekat di pohon yang tidak jauh dari badan jalan. Karena ia seorang maniak jemblang, langsung saja buah yang rasanya seperti nano-nano itu. Manis, asam, dan sepat.
Tulisan ini diikut sertakan dalam GA
” My itchy feet… Perjalananku yang tak terlupakan
Citra Rahman says
Pantai dan bukit-bukit ini tempat favorit Citra! Ga ada tempat yang lebih indah lagi dari pantai dan bukit ini kayaknya. 😀
Liza Fathia says
iya citra. apalagi kalau malam hari ya. ihh, pingin berkemah juga lah di bukit lamreh kayak citra
Aulia says
Emang lhok mee gak ada dua langsung melihat laut selat malaka 🙂
Mugniar says
Masya Allah indahnya .. kapan ya bisa ke sana? 🙂
Asy Syauqie says
Jemblang nya menggoda kak hhhe…. *gamusim
Astri Damayanti says
Fotonya cantik-cantik banget mak …… suka sama ceritanya juga … jadi pengen ke sana
Pista Simamora says
kalau pohonnya lebih hijau dan lebih rindang lagi, pasti makin oke deh 😛
Liza Fathia says
pohonnya udah renta mbak 🙂
Indra Kusuma Sejati says
Pantai Lhok Mee yang indah dengan hamparan pasir putih dan pohon bisa menjadi salah satu pilihan destinasi wisata di Acwh yang banyak di kunjungi para wisatawan.
Salam
narno says
sanga indah tanamannnya yg tumbuh di air sesuatu yang sangat jarang terjadi
Lusi says
Cantiiiiiik banget. Biar aja deh alami begitu, daripada rusak seperti pantai Jawa & Bali
Kisah Foto says
Wah indah sekali pantainya 😀 Pohon dalam air itu jadi ciri khas pantai ini ya?? Mantap…. Kalo di Jawa ada pantai yang gak kalah indah, yakni pantai Klayar 🙂
Liza Fathia says
indonesia memang luar biasa ya mas
cumilebay.com says
Keren banget tuch pohon di air, apakah itu karena abrasi yaaaa ??? asli nya mungkin pantai nya masih menjorok ke laut sana ???
Liza Fathia says
iya benar kak cumi. kayaknya pephononan itu dulu tumbuh di tepi pantai dan karena abrasi jadinya masuk ke dalam laut
kang haris says
Beneran indah banget 🙂
Terutama pohon di bawah airnya itu
Liza Fathia says
yup. disinilah daya tariknya kang
Makmur Dimila says
Kalau datang saat air pasang, kadang ada anak2 menangkap cumi dari balik bebatuan di pantai itu, Kak. Pantai Lhok Me memang wonderful. 😀
Liza Fathia says
kapan tuh pasang makmur? pingin juga cari cumi2
Makmur Dimila says
Menurut berbagai sumber, air laut mengalami pasang surut karena adanya gravitasi bulan. Air pasang antara jam 5 sore sampe 10 pagi dan surut sebaliknya, dari setelah 10 pagi hingga sebelum jam 5 sore. Makanya, nelayan mencari ikan di waktu malam, kan? 😀
Kejadian ini pun tergantung daerah. Kalau di Pantai Lhok Me, saya pernah kesana jam 8 pagi saat sepi, saat-saat pemandangannya hanya ada saya, pasir pantai masih bersisik, dan lautan. Oh, indahnya. 😀
Liza Fathia says
Waaaaa…pingin.
Liza Fathia says
salam kenal kembali bunda firzha
duniaely says
wow .. fotonya cantik banget, itu yg gambar no 3 pohonnya kalah gede deh sama kelapa mudanya, keren 😛
Liza Fathia says
Hehehehhe…kak Ely bisa aja 🙂
duniaely says
🙂
Liza Fathia says
Iya mbak lyd
Indah Nuria Savitri says
cantik alami..pantainya indah yaaa…terbayang menyenangkan santai-santai di sana sambil minum es kelapa :D..terima kasih sudah ikutan GAku mak..boleh ditambah dengan link hidup ke GAku di akhir artikel dan beberapa syarat di http://indahnnuria.blogspot.com/2013/11/my-itchy-feet-2-giveaways-for-dear.html ? makasih ya maaak…semoga kakiku segera sampai ke tanah cantik ini..serunya berItchyFeet ria..
Liza Fathia says
Done makk indah
noe says
Pantainya surgaaa
Liza Fathia says
yuhuuu kak noe
ariefsigli says
indah banget mbak liza, jadi pengen ke sana 😀