Hanya memiliki waktu sehari di Kuala Lumpur tidaklah menjadi halangan bagi siapa saja yang ingin menikmati keindahan ibu kota negara Malaysia ini. Kuala Lumpur memiliki banyak sekali destinasi wisata yang jarak antara satu objek dengan objek lainnya saling berdekatan. Tidak hanya itu, transportasi publik yang bisa kita tumpangi untuk tiba ke sana juga banyak, murah, dan jadwalnya jelas.
Hari Selasa kemarin, saya dan Bang Thoenis berangkat dari Banda Aceh menuju Manila, Filipina. Namun, kami harus transit dulu sehari di Kuala Lumpur karena baru keesokan harinya terbang lagi ke Manila. Pukul 11 siang waktu Kuala Lumpur, pesawat Air Asia yang kami tumpangi mendarat dengan mulus di Bandara KLIA 2. Setelah menyelesaikan berbagai keperluan di bagian imigrasi, kami pun mengambil bagasi, dan menarik sejumlah uang di mesin ATM yang berlogo ATM Bersama.
Saat melakukan transaksi di ATM Bandara tersebut, kami membutuhkan waktu lumayan lama. Pasalnya, kartu ATM BNI saya tidak bisa menarik uang di mesin tersebut. Setiap kali melakukan transaksi statusnya rejected. Padahal kartu ATM saya berlogo master card. Syukurnya, Bang Thoenis membawa kartu ATM Mandiri dan sebentar saja sejumlah uang Ringgit keluar dari mesin tersebut.
Berhubung perut mulai keroncongan, kami pun mencari makanan di food court yang terletak di lantai 3 bandara. Biar lebih hemat, sebelumnya kami memutuskan untuk membeli air mineral di mini market yang bertebaran di setiap sudut bandara. Kami memilih dua botol air mineral ukuran 1500 ml seharga 0,9 RM/botol. Tidak hanya itu, Bang Thoenis juga membeli beberapa roti dan makanan ringan untuk persiapan selama di penginapan nanti. Barulah kemudian kami menuju food court yang ada di Level 3. Banyak sekali lapak penjual makanan di sana. Mulai dari makanan asli Malaysia seperti nasi lemak dan teh tarik, sampai makanan Asia dan Western. Saya pun memesan Curry Noodle dan Bang Thoenis memesan Nasi Arab. Rasanya lumayan cocok di lidah dan harganya juga tidak mahal untuk ukuran makanan di Bandara. Mi Kari yang saya pesan hanya seharga 10 RM dan Nasi Arab hanya 16 RM.
Setelah mengisi perut, kami pun beranjak dari bandara ke KL Central dengan menumpangi Sky Bus, bus bandara yang tiketnya bisa kita beli di lantai dasar. Dari KL Central kami menumpang kereta LRT, tujuan kami adalah Pasar Seni. Konon, Bang Thoenis sudah memesan kamar lewat aplikasi booking hotel di Marquee Guest House yang memang terletak di deretan pertokoan di Pasar Seni.
Jam menunjukkan pukul 3 siang ketika kami tiba di penginapan. Awalnya Bang Thoenis ingin mengajak saya ke Genting Highland dan menaiki gondolanya yang terkenal. Sayangnya, hari sudah sore dan waktu kami tidak banyak. Sambil menunggu waktu ashar tiba, kami beristirahat sejenak baru setelah menunaikan shalat kami keluar dari penginapan dan jalan-jalan.
Baca juga: Ternyata Begini Tempat Wisata di Genting Highland, Enggak Hanya Kasino Lho!
Cuci Mata di Pasar Seni
Karena menginap di Pasar Seni yang terletak di Jalan Kasturi, maka objek wisata di Kuala Lumpur yang kami kunjungi pertama sekali adalah Pasar Seni. Pasar Seni juga dikenal dengan Central Market, di sana terdapat berbagai kerajinan tangan yang bisa kita jadikan oleh-oleh saat pulang ke tanah air. Selain itu, di Pasar Seni ini juga terdapat berbagai atraksi budaya. Seperti waktu kami berkunjung kemarin, sekelompok pemuda dan pemudi yang mengenakan pakaian adat Kalimantan sedang melakukan atraksi di halaman depan pasar ini.
Selain dimanjakan dengan beragam souvenir dan kerajinan tangan khas Malaysia, di kawasan ini juga terdapat workshop melukis dan krafting. Pengunjung yang ingin belajar melukis atau membuat handicraft bisa langsung di sini. Di sepanjang jalan Pasar Seni ini juga terdapat pedagang yang menjual berbagai souvenir, pakaian, sampai makanan.
Petaling Street, Peunayong-nya Kuala Lumpur
“Coba lihat lah, Dek. Bangunannya mirip kali dengan pertokoan di Peunayong,” ucap Bang Thoenis ketika kami berjalan ke China Town Kuala Lumpur. Bangunan-bangunan tersebut mengingatkanku akan toko-toko di Peunayong, Banda Aceh. Arsitekturnya mirip dan sama-sama merupakan peninggalan penjajahan Kolonial Belanda.
Memasuki Petalingi Street, kami langsung disambut oleh lampion-lampion berwarna merah yang akan terlihat lebih indah pada malam hari. Di jalan ini, juga dijual beragam souvenir untuk dijadikan oleh-oleh dan Chinese Food. Harga souvenir di Petailing Street sama saja dengan yang di Pasar Seni.
Jalan-jalan Gratis dengan Bus Go KL
Keluar dari Petaling Street kami pun menuju ke Terminal Bus. Terlihat beberapa bus dengan kombinasi warna putih dan ungu serta bertuliskan Go KL sedang menunggu penumpang. Dari supir yang sedang beristirahat di terminal tersebut kami mengetahui kalau Go KL adalah bus gratis yang bisa ditumpangi oleh siapa Kami pun langsung menaiki bus gratis tersebut. Tujuan kami adalah Bukit Bintang.
Ngomongin tentang Bukit Bintang, saya pun teringat akan kunjungan pertama saya ke Kuala Lumpur 2013 silam alias 5 tahun yang lalu. Saya dan Bang Thoenis waktu itu menginap di kawasan Bukit Bintang. Waktu itu, seputaran daerah tersebut sedang dilakukan pembangunan gedung-gedung pencakar langit. Jadi penasaran bagaimana keadaan Bukit Bintang saat ini?
Hari telah semakin senja ketika kami turun dari bus Go KL di Bukit Bintang. Benar saja, daerah yang dulu tidak bisa dilewati karena dalam tahapan pembangunan kini telah disulap menjadi kawasan elit. Gedung-gedung menjulang tinggi terlihat dimana-mana. Di antara bangunan itu ada yang berupa pusat perkantoran dan ada juga yang merupakan pusat perbelanjaan.
Di sepanjang trotoar yang kami lewati hanya satu dua yang terlihat mirip seperti masyarakat pribumi. Selebihnya pematang jalan itu dipadati oleh mereka yang berkulit putih dan berkulit hitam. Menurut Bang Thoenis, mereka sepertinya berasal dari lima benua di dunia. Turis, ya, berbagai orang dengan warna kulit yang bervariasi itu adalah pelancong yang sedang menikmati keindahan ibu kota Malaysia.
Mencicipi Shawarma di ‘Ain Arabiya
Saya dan Bang Thoenis terus berjalan tidak tentu arah. Kami melangkah dengan cepat sambil celingak-celinguk ke sana-kemari sampai akhirnya kami tiba di kampung Arab atau Ain Arabiya. Aroma kebab dan shawarma sangat menyengat hingga membuat indra pengecap ingin segera merasakan bagaimana rasanya. Kami pun berhenti di warung kaki lima milik imigran dari Damaskus untuk mencicipi shawarma.
Shawarma adalah makanan khas Arab yang berisi daging , seperti daging domba, ayam, kalkun, sapi, kerbau, atau daging lainya yang dimasukkan pada sebuah besi panjang (umumnya sebuah spit vertikal), dan dipanggang seharian dengan cara diputar di depan api. Shawarma biasanya disantap dengan roti arab yang berbentuk kantong/oita dan juga bisa dengan tabbouleh, fattoush, roti taboon, tomat, dan mentimun. Topping-nya meliputi tahini, hummus, lobak asam, dan amba. Bentuk dan rasanya mirip dengan Kebab yang dijual di Banda Aceh.
Namun, rasa penasaran saya akan kelezatan makanan Timur Tengah ini langsung tergantikan ketika melihat para penjualnya yang ganteng maksimal. Terlebih lagi saat mata ini berpaspasan dengan seorang koki dibalik daging-daging yang sedang dipanggang. Menurut taksiranku, usianya masih berusia di awal dua puluh tahunan. Sungguh menawan sekali makhluk Tuhan yang satu itu. Jika pelayan di warung itu hampir semuanya brewokan dan saya kurang suka sama yang berbrewok, maka wajah si dedek gemes yang masih belia itu terlihat begitu mulus. Ditambah lagi dengan hidungnya yang mancung, mata coklatnya yang besar namun memiliki tatapan yang sayu, kulitnya yang putih bersih, tubuhnya yang tinggi dan atletis. Aduhai…
“Kalau di Indonesia pasti udah jadi artis atau selebgram,” ucap Bang Thoenis yang akhirnya mengakui keindahan makhluk Tuhan di depan kami itu. Sayangnya, beliau enggan saat saya meminta untuk difoto bersama koki muda itu.
Usai menyantap shawarma, kami kembali berjalan kaki menelusuri sudut-sudut di kota Kuala Lumpur. Dimana ada keramaian, disitu kami singgah sejenak. Kami juga memasuki mall yang menjual barang-barang branded lalu keluar lagi tanpa membeli sesuatu. Baru kemudian kami memutuskan untuk menumpang bus Go KL lagi. Awalnya kami berencana untuk pulang saja, tapi sayang rasanya kalau cepat sekali kembali sedangkan senja baru berganti malam.
Melihat Atraksi Air Mancur di Depan Twin Tower
Ketika magrib tiba, kami pun turun di Suria KLCC. Tujuan kami apalagi kalau bukan untuk melihat keindahan Twin Tower di malam hari dan menumpang shalat magrib mushalla yang ada di sana. Para wisatawan terlihat memadati taman yang terletak di selasar Menara Kembar tersebut.
Saya dan Bang Thoenis pun mengambil tempat di depan danau buatan yang di dalamnya terdapat air mancur yang disinari dengan lampu berwarna-warni. Tidak lama kami meluruskan kaki di depan kolam tersebut, air mancur di dalamnya bergerak layaknya ombak di lautan. Pancaran lampu yang beraneka warna semakin memperindah suasana.
“Enggak sia-sia kita kesini ya, Bang,” seruku. Ya, meskipun saya sudah pernah bertandang ke Menara Petronas, tapi saya belum pernah melihat atraksi water fountain seindah ini.
Dari situs Suria KLCC, saya mendapatkan informasi jika pertunjukan tersebut dinamakan Lak Symphony
Within KLCC Park, sited at the esplanade outside of Suria KLCC, lies the 10,000 sq ft man-made Lake Symphony. Two musical fountains display over 150 unique programmed animations in a magical performance of sound and water. KLCC Lake Symphony Light and Sound Water Fountain showtimes are 8pm, 9pm and 10pm daily. However, KLCC Lake Symphony Water Fountain showtimes (Light only) are 7:30pm, 8:30pm and 9:30pm daily.
Bang Thoenis sibuk mengabadikan keindahan air mancur itu sampai akhirnya kami berdua ternganga ketika pancuran air yang berjumlah puluhan itu menari mengikuti irama musik yang diputar lewat pengeras suara. Ketika lagu Habibi ya Nurul Aini didendangkan, maka air mancur itu menari layaknya seorang dancer yang sedang meliuk-liukkan tubuhnya dengan lentur di atas panggung. Pun demikian ketika alunan musik My Heart Will Goon diputar, tarian air tersebut membuat suasana hati menjadi mellow dan terbayangkan film Titanic.
Usai ternganga menyaksikan keindahan dancing water, kami pun kembali ke dalam mall KLCC. Sebelum kembali ke penginapan ada beberapa hal yang ingin kami lalukan dan salah satunya adalah masuk ke dalam swalayan yang bernama i-Setan. Minimarket asal Jepang itu benar-benar menarik perhatian kami karena namanya Setan. Ketika memasuki ke dalam, minimarket ini hampir sama saja dengan swalayan kebanyakan yang menjual beragam kebutuhan sehari-hari. Karena berasal dari Jepang, maka di bagian makanannya terdapat beraneka makanan Jepang seperti sushi. Selain itu ada juga makanan Korea seperti kimchi. Karena tidak suka dengan makanan seperti itu, kami hanya membeli beberapa Yougurt seharga 2 RM dan air mineral. Sambil menunggu Bang Thoenis membayar di kasir, saya sempat berkenalan dengan seorang ibu bernama Yuliana. Yuliana adalah turis yang berasal dari Sudan. Sama seperti saya, dia sedang menunggu suaminya membayar belanjaan mereka di kasir.
Sebelum pulang, Bang Thoenis mengajakku singgah di café yang terletak tepat sebelum pintu keluar di KLCC. Café itu menjual makanan khas Malaysia seperti Nasi Lemak dan Teh Tarik. Namun, tahu sendiri kan harga makanan di mall, mahaal. Bang Thoenis terlihat mengambil bungkusan dalam daun yang terletak tepat di depan kasir.
“Adek ambil aja satu. Mau nasi atau bihun?” tawarnya. Saya pun melihat bungkusan tersebut, ternyata itu adalah nasi lemak porsi kecil yang kalau di Indonesia miri nasi kucing dan juga bihun porsi anak TK. Harganya lumayan murah, hanya 2 RM perbungkus. Karena masih kenyang dengan shawarma, saya pun mengambil bihun sedangkan Bang Thoenis mangambil nasi.
Begini memang kalau mau jalan-jalan hemat. Harus tahu makanan apa saja yang mengenyangkan tapi murah, ujar Bang Thoenis
Kami lalu duduk di posisi paling susut di cafe, sambil saling mencicipi menu bungkusan yang kami miliki. Untuk minumannya, kami sudah memiliki yogurt dan air mineral yang kami beli di i-Setan.
Akhirnya dengan menumpang bus Go KL yang gratis itu kami pun kembali ke penginapan. Rehat sejenak sambil mempersiapkan diri untuk berangkat lagi ke Manila esok paginya.
Putra Wijaya Tours and Travel says
Nice Info.. 🙂
Liza Fathia says
terima kasih
rahmiaziza says
Waah aku bisa betah berlama-lama di Pasar Seni, harganya gimana mba? Murah2 apa mahal?
Liza Fathia says
kalau harganya lebih murah di petaling atau bukit bintang mbak
Matius Teguh Nugroho says
Setuju. Tempat-tempat wisata di KL itu berdekatan dan menurutku nggak terlalu banyak. KL-nya aja ya, nggak termasuk Putrajaya dan Genting karena udah beda negara bagian. Koreksi dikit, kak. Namanya PETALING Street. Tapi menurutku harga-harga di Pasar Seni sedikit lebih mahal dari di Petaling Street dan Bukit Bintang.
Kalau mau ke Genting sebaiknya pagi-pagi, karena perjalanan bisa macet dan bisa kehabisan tiket bus balik ke KL Sentral.
amanda says
waah aku tertarik banget sama pasar seni nya.. kayaknya kalo kesana aku bakalan betah menjelajah disitu cari printilan2 yg lucu lucu.. di pasar seni nya harganya gimana mba? terjangkau kah atau malah mahal?
unggulcenter says
Twin Tower nya sih a must ya. Kemaren kesana cuman sempat kesana aja haha.. Pasar Seni nih kayaknya perlu disambangi!
Zefy Arlinda says
hah..(hela napas)
pengen banget ke sana mbak………belum bisa tapi……semoga suatu saat bisa ke sana bareng keluarga, aamiin.
Diah Kusumastuti says
Ya Allah.. dedek emeshnya keliatan tangannya doang, hihihi.. jadi penasaran dong wajahnya 😀
Btw sehari bisa dapet banyak tempat keren ya kalo di Malaysia. TFS, Mbak 🙂
Ruli retno says
aku paling betah itu di lake symphony mbak, alunan lagunya enak, air mancurnya keren. Syahdu banget pokoknya sambil ngelamun. Eaaaa
tukangjalanjajan says
ini baru keren, dalam satu hari aja daya jelajahnya udah begini banyak. kalau tiga hari Kuala Lumpur selesai semua ya moms. semoga perjalananya bisa jadi panduang nih buat yang cuman transit di KL, ketimbang dikamar doang
Jiah says
Low budget jalan2 seharinyaaa
Aku suka tuh suasana air mancurnya. Itu ada musik2nya juga gak sih Mbak? Tambah romantis kali ya
ulya says
Duh senengnya, duh serunya. Jadi pengen. Ini yang cuma transit aja udah kaya gini. Gimana tujuan utamanya. Hehe
ismyama says
Wah dua kali ke KL aku belum pernah makan shawarma jadi pingin ke sana lagi. Ada enggak sih di Indonesia? Water Fountain KLCC aku cuma lihat pas sore jadi enggak ada lampu warna-warni nya
lendyagasshi says
Mba Liza mirriip sama orang Malay yaa…
Jadi gak dikira turis.
Seruu sekali…padahal hanya sehari semalam.
Liza Fathia says
hehehe, iya mbak Lendy. kalau kita orang Indonesia mirip2 sama orang malaysia. malah kalau ke manila aku dipikir orang malaysia
April Hamsa says
Lumayan banyak ya ternyata yang bisa dikunjungi walau sehari mampir KL.
Aku penasaran sama pasar seninya mbak. Itu mungkin kalau di sini semacam pasar buat nyari souvernir nikahan atau jg oleh2 gtu kali ya 😀
Liza Fathia says
iya mbak April, mirip2 pasar souvenir gitu, terus banyak atraksi seninya juga disini
Peri Hardiansyah says
Saya sebelumnya cuma tau menara petronas doank mbak, hahahha. Ternyata ada juga objek buat keliling yang lumayan menarik perhatian ya. Mau juga ah coba nasi arabnya 😀
Liza Fathia says
iya mas, kalau di kota Kuala Lumpurnya paling disitu2 aja kelilingnya. naik bus go KL bisa mutar2 di semua tempat
aisyahfichapucino says
Wah mbak Liza.. itu foto toko Makanan di pasar seni.. pas sama dgn toko tempat aku belanja olej oleh April lalu waktu ke KL.. tapi ternyata sayang. Disana masih lebih Mahal.. dibanding toko grosir yang direkomendasikan oleh guide kami kemarin… Aiiih jadi pengen main lagi kesana.
Liza Fathia says
iya, kalau di dalam pasar seni lebih mahal. aku kalau oleh2 belinya di pedagang di sepanjang jalan pasar seni atau di pataling
Marfa says
What a fun trip! Semoga suatu saat aku bisa ke Malay kaya Kak Liza juga yaaa :3 daaan astaga Petaling Street, Pasar Seni, dan Kebab! Seneng banget pasti kalau aku ke sana
Liza Fathia says
amiin. semangat mbak marfa
niee says
Seru ya mbak. januari nanti aku juga mau ke Kl lagi 2 hari. tapi kayaknya mau ke Kidzania aja ngajakin anak main terus foto di twin tower udah pulang ?
Alaika Abdullah says
Petalling/Chinatown dan Pasar Seni adalah dua tempat favoritku, Za. Dulu, saat ‘visit’ nengokin suami ketika blio masih tinggal di sana, aku sering banget main ke kedua tempat ini, ketika blio ngantor. Wara wiri sendirian pun asyik banget di sini ya? 🙂
Tuty Queen says
Aku terakhir ke KL tahun 2014…jadi pengin kesana lagi nih setelah baca tulisannya
Dian Radiata says
Enaknya di KL itu tempat wisata satu dengan yang lainnya deketan yaa.. Aku suka menikmati Petronas kalo malem. Suka ngeliatnya. Jadi kayak mewah banget gitu yaa…
Ratri Anugrah says
Lain kali aku coba transit KL ah yang agak lama biar bisa jalan-jalan singkat gini juga 🙂
Antung apriana says
Wah jadi pengen ke pasar seni di Malaysia. Kayaknya kalau ke situ bisa belanja banyak banget yaa. Hehe
Lina W. Sasmita says
Sewaktu ke Pasar Seni kami nggak belanja cuma beli buku komik buat anak aja.
Vindy Putri (MINDYSTORY) says
Kalau nggak ke Menara kembar ya belum ke Malaysia hihi….
Yg satu nama gedungnya Upin, yanh satunya Gedung Ipin. Hehe
Ilyas Afsoh says
Serasa ikut jalan jalan
Menikmati sajian kalimat dari masing masing tempat
Rina says
Beberapa kali ke Kuala Lumpur, yang terakhir baru lihat pasar seni. Luar biasa, mengundang sifat hedon saya, harus cepat-cepat tutup mata, soalnya nggak murah barang-barang disana. Btw, ke Petronas malam ya mbak, cakep, aku pernah lihat petronas malam hari dari jauh doang
GoTravelly.com says
mana mbak mana foto dedek handsomenya…. aku malah suka yang brewokan, hahaha. baiklan, next aku stop kesini cuman buat lihat dedek handsome bermata coklat.
kakak,
ke mayalsia khusus cobain makanan arab kah? 🙂
rosihandayani says
Kapan ya saya bisa jalan-jalan ke Malaysia