Benar kata orang kalau anak perempuan tidak hanya berstatus anak bagi ibunya tetapi juga seorang teman baik. Itulah yang saya rasakan saat saya belum menikah dan kami (saya dan mamak) bagaikan dua orang sahabat. Kemana-mana kami selalu berdua, saling curhat, berpegangan tangan ketika ketika berjalan, sampai orang-orang mengatakan kami seperti adik-kakak. Tidak jarang pula, malah bisa dibilang sering, saya memakai baju mamak. Ya, ukuran tubuh kami sama, jadi daripada cape beli baju, mending pakai baju mamak, hehehe. Dan sampai sekarang ketika saya sudah menikah dan memiliki anak perempuan, baju-baju saya pun masih dibeli oleh mamak.
Demikian juga dengan Naqiya, seiring bertambahnya usia, ia pun sudah bisa menjadi teman saya. Teman bermain, jalan-jalan, memasak, dan banyak hal lain yang kami lakukan bersama. Ya, karena di rumah cuma ada kami berdua sedangkan ayahnya jauh di negeri orang sehingga kalau saya tidak bekerja, seharian kami habiskan bersama.
Contohnya saja kemarin, seisi rumah berlepotan dengan cat akibat permainan yang saya dan Naqiya lakukan. Jadi, cerita rumah yang berlepotan dengan cat itu begini. Suatu malam, saya melihat teman saya, Inong, membagikan permainan edukatif untuk anak-anak via facebooknya. Ia menandai suaminya pada foto-foto permainan tersebut, ia juga berpesan pada suaminya agar segera menyelesaikan tugas kuliah dan membuat permainan itu untuk anak-anaknya. Karena kepo, saya pun melihat setiap gambar yang di share. “Wow, ada permainan jejak kaki dan tangan. Hm… Bisa nih saya praktekkan bersama Naqiya pas long weekend nanti,” ucap saya dalam hati.
Benar saja, long weekend kali ini saya mempraktekkan apa yang saya baca pada gambar-gambar yang berfungsi untuk melatih sensori dan motorik anak. Pagi-pagi saya menggendong Naqiya dan mengajaknya ke pasar untuk membeli tepung maizena dan pewarna makanan yang merah, kuning, dan hijau. Pulang dari pasar, kami lalu menuju ke tempat fotokopi untuk membeli karton putih dan lem.
Siang hari (setelah Naqiya makan, mandi, bobok, dan bangun lagi), kami pun mengeksekusi semua bahan yang sudah dibeli. Campuran tepung maizena yang telah dipanaskan dengan air sampai kental lalu dicampur dengan perwarna makanan itu berfungsi sebagai cat. Karena berasal dari bahan alami, cat tersebut aman untuk anak. Berhubung rumah kontrakan saya kosong karena tidak ada isinya (kecuali kamar dan dapur), jadi setiap tempat bisa dijadikan tempat bermain Naqiya. Jadi, kami memilih ruang depan untuk bermain jejak kaki dan cap tangan.
Karton sudah saya bentangkan dan lem hingga merekat di lantai. Cat yang terdiri dari warna merah, kuning, dan hijau pun sudah saya masukkan ke dalam wadah, karena tidak ada triplek atau nampan untuk pijakan kaki, saya pun menggunakan kalender bekas. OK! Saatnya bermain.
Kemudian saya mengajak Naqiya bermain sesuai dengan instruksi buku. Ketiga warna cat saya letakkan pada kalender bekas dan meminta Naqiya untuk menginjakkan kaki di atasnya baru kemudian dipijakkan ke atas karton. Olala, bukannya dipijak, Naqiya malah mengambil cat tersebut dengan tangannya lalu mewarnai karton yang masih putih bersih itu. Tidak hanya karton yang ia warnai, tubuh dan pakaiannya juga ikut berwarna.
Karena jejak kaki gagal, saya pun mengajari Naqiya untuk melumuri telapak tangannya dengan cat lalu tempelkan ke karton. Hasilnya, ia malah melumuri pipinya dengan cat itu dan bergaya persis seperti saat saya memakai foundation atau pun bedak.
“Antik, tik, mama.” Tanyanya pada saya sambil terus mengolesi wajahnya dengan cat.
“Iya cantik, mirip badut.”
Planning saya mengajari Naqiya membuat jejak kaki dan cap tangan gagal total. Padahal sebelumnya saya sudah membayangkan hasil karya sang putri. Akan ada cap tangan kecil miliknya dan beberapa cap tangan besar milik saya. Begitu juga dengan jejak kaki yang berwarna warni menempel di atas karton berukuran satu meter itu. Lalu saya akan memotretnya dan berbagi ke instagram dan blog dengan judul postingan DIY Cat Warna Homemade dan jejak kaki Naqiya. Aih, bangganya. Kenyataannya? Judulnya masih sama tapi dimodifikasi menjadi DIY Cat Warna Homemade dan Lukisan Abstrak Naqiya.
Tapi itu bukan masalah, toh itu adalah hasil kreatifitas Naqiya yang sejujurnya jauh dari harapan emaknya. Wahahahaha.
Well, setelah permainan jejak kaki dan telapak tangan, weekend berikutnyan saya ingin membuat play dough untuk Naqiya. Kira-kira bagaimana hasilnya? Tunggu saja eksekusinya.
Moersalin says
lukisannya naqiya mengalahkan lukisan emaknya 😛
Liza Fathia says
iyaaa… mudah2an dia bisa melukis atau menggambar ya say, enggak kayak ayah n emaknya
Keke Naima says
yang kayak begini bikin anak-anak happy banget biasanya 🙂
Liza Fathia says
bener banget mbak chi, happy pake banget