Menikah dengan orang yang kita cintai lalu membina bahtera rumah tangga bersama-sama adalah keinginan setiap pasangan. Karena dengan berdua, pekerjaan yang berat menjadi ringan. Hidup bersama menjadikan rasa was-was menjadi sirna. Begitu juga ketika ada masalah yang melanda, ia akan mudah teratasi jika kita berdua saling bergenggaman tangan memecahkannya. Lalu, bagaimana jika pasangan suami istri tersebut harus tinggal berjauhan karena berbagai alasan? Alasan pekerjaan, misalnya. Apakah kebersamaan dan kebahagiaan dalam mahligai rumah tangga ikut tergerus akibat dipisahkan jarak dan waktu? Lalu bagaimana tips LDR setelah menikah agar kebahagiaan dalam rumah tangga tetap terjaga?
Teman-teman yang mengikuti tulisan di blog saya pasti sudah tahu kalau saya dan suami (bang Tunis) sudah 4 tahun menjalani mahligai rumah tangga secara long distance relationship (LDR). (Baca: LDR Setelah Menikah Itu ) Jika boleh jujur, hidup berjauhan dengan orang tercinta itu sangat tidak mengenakkan. Biarlah makan nasi cuma pakai garam dan minyak asalkan kita selalu bersama. Biarlah tidur beralaskan tikar dan beratapkan daun rumbia yang penting orang yang kita cintai selalu disisi. Namun, kenyataan hidup tidaklah seperti di negeri dongeng yang alur ceritanya bisa kita karang sendiri semau kita. Banyak hal lain yang menjadi pertimbangan hingga akhirnya kami menjalani hubungan jarak jauh ini. Saya sering mengeluh pada suami tentang kehidupan rumah tangga kami yang tidak seperti orang kebanyakan. Namun, seiring berjalannya waktu saya semakin sadar bahwa mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah. Malah kalau sering berkeluh kesah, bisa-bisa saya menjadi orang yang tidak bersyukur. Jika dibandingkan dengan kehidupan orang lain yang istri dan suaminya harus tinggal berjauhan demi sesuap nasi, LDRan yang saya dan suami jalani tidak ada apa-apanya. Oleh karena itu, nikmati saja proses hidup yang sedang diskenariokan Tuhan untuk keluarga kami.
Terus, memangnya kamu sanggup tinggal berdua dengan anak di kampung orang dan jauh dari suami serta sanak saudara? Kalau saya bilang tidak sanggup, buktinya saya sudah menjalaninya selama 4 tahun.
Banyak teman yang bertanya, apa sih tips LDR setelah menikah ala saya dan suami? Selain saling percaya satu sama lain dan menjaga komunikasi, quality time saat kami bersama juga sangat penting. Dan ini menjadi kunci agar pernikahan tetap bahagia.
Eits, bukan berarti saya dan suami selalu keep in touch dan taat pada teori sehingga kami tidak pernah perang mulut atau bertengkar. Kami pernah bertengkar. Seringnya dipicu karena saya lupa membawa ponsel. Ya, gawai (istilah dalam bahasa Indonesia untuk gadget) adalah barang penting bagi pasangan yang LDR-an. Karena lewat teknologi komunikasi inilah kita bisa saling terhubung.
Nah, lupa membawa ponsel dan sering membiarkannya kehabisan baterai adalah kebiasaan buruk saya yang membuat suami uring-uringan. Dulu kehabisan pulsa juga menjadi alasan saya. Namun, setelah menggunakan kartu pascabayar, enggak ada istilah lagi mama habis pulsa.
Wajar saja sih sebenarnya kalau suami marah dengan kebiasaan buruk saya ini. Pas beliau nelpon enggak saya angkat karena ponsel tertinggal atau enggak aktif karena kehabisan batere. Kalau terjadi sesuatu sama saya dan putri kami gimana coba? Jadi, mau tidak mau, saya harus mengubah kebiasaan buruk saya tersebut. Kalaupun berpergian tidak membawa ponsel, saya harus mengkonfirmasinya terlebih dulu kepada suami. Sebelum tidur saya juga harus membiasakan diri untuk mengisi baterai ponsel agar enggak low bat pas suami nelpon.
Meskipun LDRan, minimal dua minggu sekali kami pasti bertemu. Entah bang Tunis yang ke Aceh Barat Daya atau saya yang ke Banda Aceh. Karena kami sama-sama bekerja, Sabtu dan Minggu adalah waktunya. Sebulan cuma 4 hari bersama-sama? Memangnya cukup? Seperti yang saya sampaikan sebelumnya bahwa bukan kuantitas yang penting dalam sebuah hubungan tetapi kualitas. Jika empat hari yang kami punya untuk bersama-sama itu benar-benar kami nikmati, itu sudah cukup mengganti 26 hari yang tersisa. Itulah tips LDR setelah menikah ala kami.
Empat hari tersebut kami manfaatkan untuk melepas rindu. Apa yang diinginkan suami, segera saya penuhi. Begitu juga dengan suami. Saya biasanya kalau pulang ke Banda Aceh selalu meminta bang Tunis jalan-jalan dan kulineran. Maklum, di Abdya tempat wisata dan tempat makan-makannya masih minim.
Lalu bagaimana dengan putri kami Naqiya, apakah ia tidak membutuhkan sosok ayah? Naqiya, meski usianya baru dua tahun, seakan sudah paham dengan LDR yang kami jalani. Saya selalu menyempatkan diri bermain dengannya minimal 3 jam. Begitu juga dengan ayahnya, setiap malam selalu berbicara dengan Naqiya lewat telepon. Ada saja yang dibicarakan oleh ayah dan anak ini. Ketika hari kami berkumpul tiba, sebagian besar pekerjaan mengurus putri kami, bang Tunis lah yang mengerjakan. Suami saya dengan lihai menganti popok dan mencuci BAB Naqiya. Ia juga yang meninabobokan putri kami kalau saya sedang memasak. Itulah quality time versi kami.
Lantas sampai kapan mau LDRan terus? Saya tidak tahu sampai kapan kami harus tinggal berjauhan. Meskipun saya dan suami sudah terbiasa hidup berjauhan, tetapi tinggal bersama di bawah atap yang sama itu jauh lebih indah. Dan kami akan terus berusaha agar kami bisa berkumpul bersama-sama lagi. Memang, 4 hari saja sudah cukup jika kami betul-betul memanfaatkannya untuk kebersamaan ini, tetapi alangkah lebih baik lagi jika 30 hari penuh kami bisa bersama dan menjadikan ke tiga puluh hari tersebut benar-benar berkualitas. Amiin.
Itu dia curhat dan sedikit tips LDR setelah menikah dari saya dan suami. Semoga bermanfaat untuk teman-teman yang akan menjalani kisah cinta jarak jauh setelah menikah. Yakinlah, Allah pasti tahu yang mana yang terbaik untuk hambaNya. Satu lagi, setiap kesukaran pasti ada kemudahan. jadi tetap semangat.
Aduuuh makasii tipsnya mbaak. Akupun LDR juga sih, Surabaya – Madiun 🙂
Semangaaat buat LDR Warrior!
bukanbocahbiasa(dot)com
Dulu pernah LDR, mana pengantin baru… gak enaaaakkkkk! Salut ih sama yang bisa LDR-an
Setuju banget kak, family time tuh emang dibutuhkan bgt, karena itu juga yang akan menentukan anak kita nnti mau seperti apa
Kudu.. jauh2han..pulsa emang harus ready..klo nggak pasti jadi curigaan… gak dibales sms. .atau ga di tlpon jadi ngambek… bisa bahaya..he2
Dulu pernah LDR selama 3 thn. Tapi sblm anak pertama lahir. Rasanya asyik aja ketemu bentar ll pisah lg… Gak ada berantem krn mesra terus. Tp klo sdh punya anak rasanya berat ya
iya, lumayan berat karena hanya berdua sama anak di rantau orang
dua tahun lalu pernah LDR, malah membuat cinta kami tumbuh mekar, dibanding sering ketemu, hehe.. salut buat mbak Liza 🙂
iya mbak lia, LDR sebenarnya membuat rasa rindu makin membara. tapi kalo udah punya anak dan tinggalnya jauh pula dari orang tua, agak sedikit mumet mbak
Mba Liza, tak semua rumah tangga sanggup menjalani LDR. Aku salah satunya. Hikss. Semangat ya mba
InsyaAllah rumah’ tangga selalu bahagia. Aamin
iya mbak alida, insyaallah tetap semangat
Semangat Mbak, semoga segera diberikan jalan untuk didekatkan dalam satu atap yaa
Duh kalo aku mungkin nggak bisa deh kalo LDR lama-lama. Salut dengan pasangan yang menjalani LDR dan bisa menjalaninya dengan baik. Tetap semangat ya mbak.
Quality time. Noted!
Semoga segera usai masa LDRnya ya Mba.. Menemhkan winwin solution biar bs bersama2 lagi.
Aku dulu LDR cuma bbrp bulan aja rasanya udah tersiksa banget ?
Salut sama yang LDR an… dulu pernah juga dan emang bener sih, cuma gara-gara ga bawa hape aja bisa jadi masalah hihihi… semoga bisa segera berkumpul mbak…
Semangat ya mbk Liza, kehidupan memang penuh perjuangan mbk.. Semangat…
Ruarrrr biasa mba…keren tipsnya..kalau saya rasanya gak akan sanggup..eh tapi harus mulai belajar sih, karena nanti ketika saya studi di australia, saya harus berpisah dulu dengan suami dan anak saya kurleb 2 bulan..doakan saya juga bisa LDR-an ya mba.hehe
Aku mnjalanani LDR lama bgt, sekalipun sekarang dah di BDG ya sama aja kaya LDR an, hahah..
Yg penting tetep quality time ya..
Aku menjalani LDRan udah biasa, tapi yg terpenting emang quality time ya.
Kalo sekarang udah seatap lagi, sama aja kaya LDRan , dah biasa cuek hahaahha
tosss LDR, quality time penting banget pokoknya mbak
Assalaamu’alaikum wr.wb, Liza….
Didoakan sihat dan berbahagia bersama keluarga. Tips yang bagus dan bisa membuka hati dan mata sesiapa yang menjalani kehidupan LDR seperti itu. Ia buka kehidupan yang mudah, perlukan kepercayaan yang tinggi dan pemikiran yang optimis serta sangkaan yang baik. Mudahan ada hikmah buat Liza dan keluarga sepanjang masa tersebut.
Salam manis dari Sarikei, Sarawak. 🙂
aku g sanggup kalau kudu ldr:”)
semangattt liz hebattt
makasih tipsnya mba, rencana kalo suami jadi sekolah lagi mau LDR-an juga , hiks
aku termasuk yg ga kuat ldr-an. bogor – banjarmasin untungnya cuma tiga bulan 😀
terus semangat yaa
Tips LDR nya mantap… sayangnya, saya belum nikah hiks… *malah curcol 😆
Aku dan suami juga begitu, saling percaya. Komunikasi (boros pulsa deh) harus lancar. Sayangnya anak-anak kadang tidak mau ikut ngobrol ketika telpon.
Wah, sama banget mbak. Anakku juga sering ga mau klo ayahnya nelpon
Saya selalu salut dengan pelaku LDR. Saya mandiri tapi sekaligus manja…. suami jadi bagian terpenting tuk cover sebagian tugasku yg tak bisa kulakukan. @_@
TFS ya Mbak
Aku pernah LDR tapi cuma bertahan beberapa bulan. LDR atau ga, komunikasi itu penting
tipnya harus di coba nih……
makasih ya, atas kiat kiatnya
Bacanya kok kayak nggak LDRan ya. Habisnya kesannya romantis banget.
Semoga mbak dan keluarga selalu dilimpahkan kebahagiaan.
pernah LDM 7 bulan..dan ngga enaaakk.. makanya saya nyerah. hehe.. sekarang alhamdulillah kami sudah serumah. 🙂
Yang paling penting dalam sebuah hubungan sih emang faktor komunikasi. Apalagi kalau kita lagi LDR.
intinya juga saling percaya.
Btw makasih tipsnya, patut ditiru nih buat siapa saja yang lagi LDR 😀
semoga langgeng mbak !!
Hehe..aku gak pernah ngerasain, belasan tahun menikah sama sama terus.
Makasih tips nya. :”( Hiks, aku ketemu si dia kadang sebulan cuma dua kali
Belum menikah sih.
Tapi semoga aja nanti selalu bisa bareng sama pasangan. Biar kemesraan bisa tiap waktu 😀
Kalau LDR setelah menikah mungkin gak terlalu baper yakan, toh udah resmi…
kalau masih pacaran tapi LDR-an itu yang bikin baper mba.. hukhuk
Gak bisa mbayangin LDR, sehari gak liat wajah misoa tct aja langsung cenut2.mklum anak2 lengket sama papanya yg ga galak.terlepas dari itu semua tip mbk Liza keren punya.
Saluttt…. hehe 😀 Pulsa and Power bank harus ready selalu.. benar banget.. orang bilang, LDR itu Dekat di Hati, tapi Berat di Pulsa… jd memang harus siap2 smuanya ya….:D
Iya setuju, kalo lagi LDR selain quality time, komunikasi itu juga penting banget banget ya maaaak
Untung belum menikah, jadi belum bisa ngerasain LDR seperti apa mbak.. hehe..
Saya cuma bisa nyemangatin yang lagi LDr aja deh..Yosh semangat terus mbak..
hmmm almarhum papa saya dulu berlayar dan pernah smp 1,5 thn gak pulang. Jd biasanya kami yg nyusul kl lg liburan sekolah. Dan komunikasi via surat atau ke wartel (jiah, ketauan deh umurnya… kami bisa menghubungi ke kapal & rasanya menyenangkan banget)
soal smp kapan LDR-an, sabar ya … pasti nanti akan ada moment-nya utk bisa bareng terus
Salut banget buat mbaknya bisa LDRan sampe 4 tahun. . Tapi jangan sampe kebablasan mati rasa y mb. .hh
Saya juga lg LDR-an, mbak.
Berasa sedih jg kadang kalo dipikir.
makasih ya infonya khususnya yang ldran
Udah LDR jalan 2tahun, 1 tahun pas berdua aja (termasuk hamil) 1 tahun sdh lahir bayi. OMG beratnyaa. Ini juga berdua ama bayi di kampung orang. Devi pantengin selalu tulisan LDR versi kak Liza. Mohon bimbingannyaa. BTW belom pernah meet up nongki2 yaa kak udah mau 6 bulan di abdya hehe
Devii, semangat ya say. iya nih, kita belum pernah ketemu manja gitu. sabtu minggu kk pulang ke banda.
Simpen dulu ah artkelnya haha
Aku belum nikah bu.tapi setelah baca artikel ini. Kenapa aku jd pengen ya ? XD