“Euntreuk jadeh woe kon? Pajan woe? Kana moto? Ato mamak pesan moto? (Nanti jadi pulang, kan? Kapan pulangnya? Sudah pesan mobil? Atau mamak yang pesan mobil?)” tanya mama dalam bahasa Aceh saat saya menelponnya. Dari suaranya, saya menyimpulkan kalau mama sangat senang dengan rencana mudik saya dan keluarga. Hampir tiap hari beliau menelpon, memastikan kami akan pulang dan berlebaran di Tangse, kampung saya berasal dan tempat beliau tinggal sampai sekarang. Entah mama rindu dengan saya, atau yang lain, yang bisa saya pastikan, beliau sangat rindu dengan cucu semata wayangnya, Naqiya.
Bagi saya, mama adalah pahlawah yang tak ternilai jasanya. Sejak papa meninggal saat saya masih di bangku SD, mamalah yang membersarkan saya dan adik saya. Berbagai usaha beliau lakukan untuk menghidupi kami, mulai dari jualan kue, jualan nasi, hingga beberapa sawah peninggalan almarhum kakek beliau gadaikan untuk biaya sekolah kami. Hingga kini, saya menjadi seorang dokter dan bekerja di sebuah perusahaan negara, dan adik saya yang sebentar lagi akan wisuda, perhatian beliau ke kami masih sama saja seperti dulu.
Selain pahlawan, mama adalah chef terbaik di dunia bagi saya. Masakan-masalakannya sangat lezat dan membuat saya ketagihan untuk terus mengunyah. Apalagi pulang kali ini pas di momen lebaran, bisa dipastikan mama akan masak dengan semangatnya, apalagi saya, adik saya, dan menantu satu-satunya sudah lama tidak pulang ke Tangse, serta cucu semata wayangnya untuk pertama kali akan pulang ke Tangse, mama pasti akan sangat bahagia.
Oh ya, momen saya dengan mama persis sekali dengan video berikut ini
Selain video momen dengan mama, ada dua video lain setelahnya yang bikin saya semakin kangen keluarga yaitu video kenangan seru bersama abang dan juga ayah. Meskipun tidak memiliki abang, tetapi saya memiliki adik laki-laki yang sangat lucu, mengingat kenangan masa kecil kami membuat saya ingin kembali menjadi gadis kecil yang selalu membonceng adiknya dengan sepeda. Begitu juga dengan kenangan bersama ayah. Papa memang berpulang kepelukan Tuhan lebih cepat, tetapi apa saja yang pernah saya lakukan bersamanya tetap terkenang sampai sekarang. Setiap pulang lebaran, saya tidak pernah absen menziarahi makamnya, begitu juga dengan lebaran kali ini.
Lebaran memang #waktunyakeluarga yang paling indah di Aceh dan Indonesia. Inilah momen dimana kita saling menyebar senyum, bersalaman dan saling memaafkan. Bahkan untuk kami di Aceh, tidak ada namanya “open house”, karena memang houses kami selalu open untuk orang yang mau bertamu, siapa saja boleh masuk, teman, kenalan, saudara, bahkan orang yang tidak kenal sekalipun, rumah kami selalu terbuka. Kalau ada orang kampung yang kebetulan lewat di depan rumah, mama bahkan sering mengajak mereka masuk ke rumah kami. Makin banyak tamu, makin senang pula rasanya.
Tulisan ini disponsori oleh Permata Bank, tapi ide tulisannya dari saya sendiri.
prananingrum says
asyik ya mbak..masak2 bareng tetangga, komplek tempatku g ada hiks..hiks..sepi he3..salam kenal
Liza Fathia says
Iya, maklum do kampung, tetangganya Kenal semua. Salam kenal juga. 🙂
Liza Fathia says
Iya mbak, asyik banget
Arul says
Salam kenal http://arul.my.id
Liza Fathia says
salam kenal juga arul, terima kasih sudah berkunjung..