Menurut saya, rujak Aceh yang paling lezat itu ya rujak Blang Bintang. Aroma potongan buah segar yang dicampur dengan cabai rawit, gula aren, rumbia, buah batok, dan kacang tanah yang ditumbuk kasar bisa membuat air liur menentes. Apalagi ketika mencicipi rasanya. Mangat that! Begitu kata orang Aceh untuk mengekspresikan sajian yang terasa lezat di lidah.
Rujak Aceh Blang Bintang memang menjadi salah satu rujak asli Aceh yang bisa kita dapatkan di Kecamatan Blang Bintang, Aceh Besar. Jangan bingung dimana letak Blang Bintang itu. Ingat saja Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) yang memiliki kode penerbangan BTJ, di sanalah kecamatan yang juga terkenal dengan berasnya yang pulen berada. Dan, di sepanjang jalan menuju Bandara SIM tersebut, kita bisa menemukan rujak Aceh yang terkenal dengan kelezatannya itu.
Baca juga: Indahnya Panorama di Jalan Blang Bintang – Krueng Raya
Siang menjelang sore waktu itu, saya dan Bang Tunis sebenarnya berencana melihat pesawat yang lepas landas di Bandara SIM. Namun, ketika kami tiba, tidak ada pesawat yang parkir di sana. Akhirnya, kami memutuskan untuk menikmati rujak Aceh yang ada Blang Bintang. Tidak jauh dari kompleks bandara, ada beberapa warung yang menjual rujak dan kelapa muda. Sambil menyantap rujak dan meyeruput segarnya air kelapa, kita juga bisa melihat hamparan sawah dan pesawat yang lepas landas. Namun, kami memilih untuk menyantap rujak di tempat lain. Rujak Bang Agam, begitu kami menyebutnya. Letaknya tidak jauh dari tempat kami hendak melihat pesawat, tepatnya di Jalan Bandara Lama.
Kami memilih rujak yang diramu oleh Bang Agam karena memang rasanya lebih nendang dibandingkan dengan rujak Blang Bintang lainnya. Sejak sepuluh tahun yang lalu, saat saya masih duduk di bangku SMA, saya sudah berlangganan rujak racikan lelaki ini. Kebetulan sekolah saya letaknya di Kecamatan Kuta Baro yang berbatasan langsung dengan Blang Bintang.
Baca juga: Dari Labu Jadilah Timphan, Lezatnya Kudapan Khas Aceh
Ketika kami tiba di warung yang dindingnya terbuat dari kayu itu, terlihat masih banyak meja dan bangku yang kosong. Mungkin karena kami datangnya sebelum Ashar sehingga tempat itu masih terlihat lenggang. Biasanya, kalau kita berkunjung ke sana pada sore hari, maka berisap-siaplah untuk mengantre.
Ketika Bang Tunis memarkirkan motor tepat di depan warung, Bang Agam, sang pemilik warung sekaligus peracik rujak menyambut kami dengan senyum khasnya. Lelaki paro baya itu menyilakan kami untuk mengambil posisi. Selain di dalam warung, Bang Agam juga menyediakan meja dan bangku di halaman belakang warung. Kami pun memilih bangku di dalam dan memesan dua piring rujak.
Sambil menunggu pesanan dihidangkan, saya bisa melihat langsung bagaimana Bang Agam membuat rujak Aceh tersebut.
Di atas meja berukuran 1×0,5 meter, semua peralatan membuat rujak tersusun rapi. Ada toples berisi garam, gula aren, dan cobek. Di belakang meja itulah Bang Agam berdiri. Di atas dinding tepat di belakangnya tergantung hiasan dari kayu yang bertuliskan Ayat Kursi. Sementara buah-buahan yang akan diolah, terletak di atas meja bagian depan.
Layaknya rujak yang lain, rujak Aceh Blang Bintang ini juga terdiri dari beragam buah. Ada mangga muda dan matang, kedondong, ketela, nenas, mentimun, pepaya mengkal, jambu, dan pisang batu. Yang membedakan rujak Aceh ini dibanding rujak kebanyakan adalah buah batok dan rumbia, dua buah khas Aceh.
Bang Agam kemudian mengulek cabai rawit dengan sedikit garam di dalam cobek, kemudian mencampurkan pisang batu dan rumbia yang telah ditumbuk kasar. Berikutnya ia juga memasukkan kacang goreng kemudian menumbuknya. Baru setelah itu ia mencampurkan aneka buah yang telah dirajang kasar ke dalam cobek besar yang terbuat dari kayu tersebut.
“Jumlah cabe rawitnya sesuai selera. Kalau mau yang pedas, cabenya dibanyakin. Kalau tidak pedas, beberapa buah saja,” jelas Bang Agam.
Lelaki yang saat itu mengenakan kemeja garis-garis itu kemudian menambahkan gula aren ke dalam campuran rujak. Melihatnya membuat rujak Aceh ini, air liur saya hampir menetes. Rasanya tidak sabaran untuk segera mencicipi rujak Blang Bintang ala Bang Agam itu.
“Biar tidak begitu manis, kita tambangkan buah batok yang rasanya agak asam ini,” ungkap bang Agam sambil mengupas buah bulat berwarna kehijauan dan berbentuk seperti batok kelapa ini. Ya, saya pernah beberapa kali makan buah batok ini. Kalau dimakan begitu saja, rasanya asam hampir mirip asam jawa. Namun, buah ini terasa lebih lezat jika ia dicampur dengan gula.
Akhirnya rujak pesanan saya dan Bang Tunis pun selesai. Rasanya tidak sabaran lagi untuk segera mencicipi rujak Aceh ini. Campuran buah-buahan segar dengan rumbia, kacang tanah, buah batok, dan gula aren ini. Tidak hanya potongan buah-buahannya saja yang lezat, tetapi kuahnya yang manis juga sayang untuk tidak dihabiskan. Walhasil, dalam beberapa menit, sepiring kecil rujak Aceh asli Blang Bintang ini ludes seketika.
ophiziadah says
Lizaa mau dung…duh seger banget, beneran mouth watering niih *glek
Liza Fathia says
hihihi, telan lagi mbak opi
Okti says
Kalau di kampung saya ini rujak bebek kali ya…
Ah jadi ngiler nih 🙂
Liza Fathia says
iyaaa mbak okti, mirip rujak bebek juga
Rahmi says
Waaah rujaknyaa bikin ngiler, itu cobeknya gede banget yak
Liza Fathia says
iya mbak rahmi, besar, soalnya rujaknya banyaak
pentingnya asuransi kecelakaan diri says
Mantap 😀
Ernawati Lilys says
duh, bumil paling gak kuat baca artikel ginian, bikin ngiler bgt soalnya, hihihihii
Liza Fathia says
waduh, maafkan daku bumil
Nchie Hanie says
kalo di bdg namanya rujak cuka, sama kaya gitu juga. Cuma rasanya mungkin ada ciri khas masing2 yaa.
Mauuu icip2 sil liz..
Liza Fathia says
bisa jadi teh, setiap daerah pasti ada ciri khasnya ya
Miftha kaje says
Ngiler aku mbaaakkk…. Rujaknya syegerr…
Liza Fathia says
sini sini, biar aku traktir
Pujiaman says
Ngiler kayak emak-emak ngidam aku jadinya. Setelah baca artikel kak Fatia ini..
Hehehehe
Inna Riana says
huwoww seger banget liatnya… dari bikin sampe ludes 😀
Anggarani Ahliah Citra says
dulu sering makan rujak aceh di Blok M, Mba. Di basement nya. Ada tuh kios rujak aceh yg udah femes bgt se jakarta
Hastira says
wah belum pernah jadi penasaran
Nabila Putri Karimah says
Ngiler liatnya mbaaaa. Paling gabisa liat yg seger2 ky rujak, asinan, dll. Semoga kapan kapan bisa main ke aceh lg dan nyicip ini yaaa, amin!
Mugniar says
Aaaah pengeen. Mudah2an bisa ke sana, biar bisa diajak Liza makan rujak Aceh 🙂
Wadiyo says
Salam kenal
dari fotonya saja lidah sudah ‘ngiler’ apalagi aslinya ya,
kalau ada info lokasi selain di sana bisa dibagi Mbak?
terima kasih
Levina says
Tempat ulekannya gede juga ya Mbak. Rujak Blang Bintang ini mirip.mirip dengan rujak beubeuk kalau di Jawa Barat yak …
CatatanRia says
keliatannya segerrr banget 😀 jd kepengen
FullApkZ says
Paling anti sama rujak…
perut tidak bisa di negosiasi
cK says
Belum pernah ke Aceh. Jadi penasaran pengen nyobain. :3
Tarry KittyHolic says
Buah batok disini namanya kawis Mbak, dulu sebelah rumah ada pohonnya. Sekarang udah mati sih. Makannya dikasih gula+susu enyaak banget. Apalagi kalau makan rujak aceh gitu (ish telan air liur) 🙂
turiscantik says
Sudah lama dengar kenikmatan rasanya tapi belum sempet cobain. Next time ke aceh harus di coba neh ya mbak
Ucig says
Mba mauuu… Menelan ludah ginii baca dan lihat fotonya ^^
mayasitha aarifin says
duuhh…
Di denpasar belom nemu
Baru nemi mie aceh doang 🙁
Service AC says
liat gambarnya aja mulut jadi terasa asem.. haa
Hanum says
jadi pingin beli rujak tumbuk..
Vika says
Buah batok dan rumbia-nya bikin khas. Tapi mau maka rujak aja, jauh banget (dari kota)… Bang Agam gak buka cabang deket2 kota gitu ? hehehe
Nathalia DP says
Asyik ih, seger bgt… Pgn nyoba…
Jual daun bidara says
duhh, siang-siang gini, di pamerin rujak, duhhh jadi mupeng. berasa midam lagi,mm oups
cumilebay.com says
Ah jadi kangen ke benhill makan rujak aceh 🙂
Ilham says
rujak aceh emang tiada dua nya 🙂
Ratu SYA says
wah rujak aceh 😀