“Finally, Selangor.“ desisku saat tiba di Negeri Selangor. Sudah lama saya ingin berkunjung ke negeri yang namanya berasal dari kata Selang Ur yang berarti tanah selat, tetapi baru kali ini hasrat itu bisa terwujud. Acara Rentak Selangor membuatku tidak hanya bisa melihat Selangor dari dekat tetapi juga mengenal kebudayaan yang ada di sana.
Rentak Selangor adalah sebuah program wisata tahunan dari Jawatan Kuasa Pembangunan Generasi Muda, Sukan, Kebudayaan dan Pembangunan Usahawan Selangor (Selangor Youth Generation Development, Sports, Cultural and Entrepreneurship Development) Unit Perancang Ekonomi Negeri (UPEN) yang bekerja sama dengan Gaya Travel and Magazine. Kegiatan ini memang bertujuan untuk memperkenalkan warisan, tradisi, dan kebudayaan Selangor sebagai negeri yang kaya tradisi ke persada. Berbagai perwakilan media online dan konvensional baik dari Malaysia sendiri maupun dari negara jiran seperti Indonesia dan Filipina diundang untuk melihat langsung tradisi yang ada di Selangor.
Acara yang berlangsung dari tanggal 9 Maret sampai dengan 12 Maret 2017 di The Kabin, Kuala Selangor ini mengusung tema “The Breathing Pulse of Our Land”. Tradisi dan kebudayaan yang akan ditampilkan pada perhelatan akbar ini antara lain: Gamelan, Wayang Kulit Jawa, Kompang Jawa, Kuda Kepang, dan Tarian Singa.
“Kenapa kesenian Jawa yang ditampilkan pada acara Beats Of Selangor ini?” tanyaku dalam hati.
Daftar Isi
Selangor, Mikrokosmos dengan Multi Kultur
Jika diibaratkan, Selangor adalah mikrokosmos, dunia kecil yang di dalamnya terdapat beragam etnis dan kebudayaan. Tidak hanya masyarakat Melayu yang mendiami wilayah yang dipimpin oleh Menteri Besar Mohamed Azmin Ali ini, tetapi terdapat juga etnis Jawa, Bugis, Minangkabau, Aceh, Cina, dan India. Tidak mengherankan jika di negeri yang pada abad ke -15 merupakan bagian dari Kerajaan Malaka ini memiliki beragam tradisi kebudayaan ataupun kesenian.
Gamelan, Wayang Kulit Jawa, Kompang Jawa, Kuda Kepang dan Barongan, dan Lion Dance adalah deretan tradisi masyarakat Jawa dan Cina yang ada di Selangor. Dan pada acara Rentak Selangor kali ini saya dan peserta yang lain bisa melihat langsung atraksi kesenian tersebut.
“Sejak permulaan abad ke-19, masyarakat Jawa telah mendiami wilayah Selangor. Mereka memiliki tradisi dan kebudayaan yang unik. Oleh karena itu, Goverment of Selangor berupaya melestarikan tradisi ini dan mengenalkan kepada persada kalau di Selangor juga terdapat Gamelan, Wayang Kulit Jawa, Kompang, dan Kudang Kepang,” jelas Amirudin Shari, Pengurus Jawatan Kuasa Pembangunan Generasi Muda, Sukan, Kebudayaan dan Pembangunan Usahawan Selangor saat membuka kegiatan.
“Selangor adalah sebuah mikrokosmos. Banyak sekali etnis yang tinggal di sini selain masyarakat Melayu asli. Ada Jawa, Minangkabau, Bugis, orang Aceh, Cina, dan India. Masing-masing etnis tersebut memiliki keseniannnya tersendiri. Seperti suku Jawa, mereka memiliki tradisi kesenian gamelan dan wayang kulit, lalu kompang Jawa, dan kuda kepang. Semua itu dimainkan oleh penduduk jawa yang ada di Selangor ini.“ tambahnya lagi.
Di bawah rumah panggung yang terletak tidak jauh dari pintu masuk penginapan The Kabin, Rentak Selangor pun resmi dibuka oleh Cik Amirudin Shari. Beliau pun ikut memainkan Gamelan bersama dengan beberapa laki-laki paro baya yang telah siap sedia. Irama Gamelan yang mereka mainkan terdengar sangat merdu dan menenangkan. Di sebelahnya terdapat wayang kulit yang telah dipajang di tempat yang sama dan seakan sudah tidak sabar menunggu Dalang memainkannya.
Melihat Gamelan dan Wayang Kulit dari Dekat
Setelah acara Rentak Selangor resmi dibuka oleh Cik Amirudin Shari, saya dan awak media lainnya memiliki kesempatan untuk melihat lebih dekat dan memainkan gamelan serta wayang kulit yang dibimbing langsung oleh ahlinya.
Sebenarnya gamelan dan wayang kulit bukanlah alat kesenian yang baru saya ketahui. Keduanya adalah kesenian Jawa yang telah sejak lama saya saksikan lewat televisi atau membaca buku. Tetapi, saya belum pernah melihat pergelarannya secara langsung. Jarak Aceh dan Jawa yang sangat jauh ditambah dengan perbedaan tradisi membuat saya belum pernah melihat gamelan. Akhirnya, di acara Rentak Selangor ini saya bisa menyaksikan kesenian Jawa langsung di depan mata.
Bagaikan anak-anak yang mendapatkan mainan baru, itulah yang saya rakan saat memukul Gamelan. Ya, alat musik ini dimainkan sesuai dengan namanya, Gamel, yaitu bahasa Jawa yang bermakna memukul atau menabuh. Sedangkan akhiran An berfungsi untuk menjadikannya sebuah kata benda. Alat musik ini terdiri dari beberapa jenis seperti Gong, gamelan berukuran besar. Lalu Bonang, yang merupakan kumpulan dari 10-14 gong kecil yang berjajar secara horizontal dan tersusun menjadi dua deretan. Ada Gender, perangkat Gamelan yang terbuat dari logam dan dimainkan dengan cara dipukul. Ada juga Kempul, instrumen yang sangat mirip dengan gong tapi ukurannya lebih kecil. Kethuk kempyang, alat musik yang mirip dengan bonang. Dan Kendang atau yang juga disebut dengan gendang, alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul dan memiliki fungsi untuk mengatur irama lagu.
Gamelan telah hadir di Selangor sejak abad ke- 19. Hal ini tidak terlepas dari kedatangan masyarakat Jawa ke wilayah tersebut dan membentuk komunitas di Sungai Panjang. Instrumen musik ini biasanya dimainkan saat mengiring persembahan wayang kulit Jawa. Gamelan juga digunakan untuk mengiringi Kudang Kepang dan Barongan.
“Gamelan yang ditampilkan di sini adalah gamelan yang berasal dari Kebumen, Jawa Tengah. Didatangkan pada tahun 1946. Grup gamelan dari Sungai Pasir Selangor pernah diundang untuk tampil di televisi Malaysia pada tahun 1997 pada acara Malaysia hari ini,” Cik Jemaan, warga Malaysia yang merupakan keturunan Jawa asli menjelaskan panjang lebar tentang sejarah Gamelan di Selangor.
Setelah puas melihat gamelan dari dekat, saya tidak ingin ketinggalan untuk mengetahui lebih lanjut tentang Wayang Kulit Jawa yang ada di Selangor. Sama seperti gamelan, wayang, yang dalam bahasa Jawa disebut dengan ringgit, juga dibawa oleh masyarakat Jawa ke Selangor. Ia dimainkan dengan iringan musik gamelan. Jika biasanya pergelaran wayang kulit dimulai dengan berbagai ritual, maka hal ini tidak berlaku untuk pergelaran wayang kulit Jawa yang ada di Selangor. Semuanya telah dimodifikasi mengikuti ajaran Islam.
“Pun demikian dengan tokoh-tokok dan kisah-kisah yang diceritakan oleh Dalang, tidak ada lagi unsur-unsur ajaran Hindu di dalamnya. Kesenian gamelan dan wayang kulit ini biasanya dimainkan saat acara perkawinan atau khitanan,” ungkapnya seraya mengakhiri penjelasan singkatnya.
Dahyatnya Paluan Kompang Jawa
Malam hari, usai menyantap lezatnya hidangan makan malam, kami pun disuguhi kembali tradisi Jawa yang ada di Selangor. Semilir angin tepi pantai membuat malam terasa sejuk. Iringan paluan kompang ditambah dengan syair dari Kitab Barzanzi yang didendangkan membuat malam semakin syahdu.
Kompang Jawa, itulah kesenian yang dimainkan pada malam itu. Sesuai dengan namanya, Kompang Jawa yang disebut juga dengan Kompang Tiga adalah salah satu kesenian mayarakat Melayu keturunan Jawa yang dilakukan dengan memukul/memalu kompang. Sambil memukul kompang, mereka juga menyanyikan lagu-lagu seperti Asshalatu, Bissari, Ya Shalatun, Sailillah, dan lain-lain yang bersumber dari Kitab Barzanzi. Kitab Barzani itu sendiri adalah sebuah kitab yang berisi doa-doa, puji-pujian, dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad saw yang dilafalkan dengan suatu irama atan nada.
Menurut sejarah, kehadiran alat musik gendang bahan utamanya terdapat dari kulit kambing atau lembu ini tidak terlepas dari penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Wali Songo (Wali Sembilan) di tanah Jawa. Konon, kompang menjadi media dakwah para Wali tersebut untuk menarik minat masyarakat Jawa agar mau memeluk agama Islam.
Di Selangor sendiri, Kompang Jawa telah ada sejak tahun 1900. Alat musik ini dibawa oleh pedagang Jawa yang merantau ke negeri ini. Kompang Tiga ini tidak hanya dimainkan di mesjid atau surau, tetapi juga pada majlis-majlis seperti khatam Al Quran, khitanan, perkawinan, dan acara-acara besar lainnya.
“Asal muasal kompang Jawa berkembang di Selangor sebenarnya diawali oleh kaum Adam keturunan Jawa. Waktu itu, mereka sedang duduk-duduk di pondok dan butuh hiburan. Akhirnya mereka pun memalu kompang sambil bernyanyi shalawat dari kitab Barzanzi,” kata salah satu pemain kompang yang berasal dari Sungai Panjang dan memiliki grup yang dinamakan Kompang Kadaro.
Tanpa terasa, malam pun semakin larut. Kegiatan di hari pertama Rentak Selangor pun usai. Sambil berjalan menuju kabin tempatku menginap, irama paluan kompang masih menggema berikut dengan syair yang didendangkan.[]
Mau tahu apa saja keseruan Rentak Selangor 2021? Teman-teman bisa langsung membacanya di situs Gaya Travel atau klik link ini
Donna Imelda says
Ulasannya cantik sekali, Liza… selama di Selangor cool banget tapi ternyata setelah jadi tulisan, keren banget. Kapan2 liputan bareng lagi yuuuk…
Liza Fathia says
Ayuuuuk. Cant wait kak
Nusantara Adhiyaksa says
semoga kekayaan bangsa bisa terus dilestarikan sebagai aset kebanggan seluruh Rakyat Indonesia …
Liza Fathia says
Amiin. Jangan sampai negara lain yang melestarikannya ya mas
Zata says
Seru banget ya acara rentak selangor ini.. Kebayang deh klo aku ada di sana, pasti bakalan takjub, secara aku suka banget sama acara2 dan hiburan adat …
Liza Fathia says
Lain kali ikutan kak zata
Ika Puspitasari says
budaya Selangor ternyata ada kemiripan dengan budaya Jawa ya mbak Liz, jangan-jangan banyak orang jawa yang tinggal di sana ya, hehe
Liza Fathia says
Memanng banyak org jawa disitu mbak
yervi hesna says
Daftarnya dulu gimana mbak. Mupeng euy
Liza Fathia says
Biasanya setiap tahun mereka emang ngajak blogger mbak yervi
Tunis says
Besok2 kalo pigi lagi pakat2 saya ya??!!
Liza Fathia says
Gampang tuh
Yulia Marza says
Pasti seru tuh, melihat budaya yang ada di Indonesia berkolaborasi dengan budaya lain.
Liza Fathia says
Seru banget mbak
meutia rahmah says
seru ya za acaranya, jalan-jalan sambil menikmati budayanya
ameliatanti says
Betul banget ya.. Selama ini kita sibuk dengan saling tuding pencurian budaya padahal orang Jawa migrasi ke Selangor
Liza Fathia says
Thats the point mbak tanti.
fardelynhacky says
Aku suka event budaya begini. Semoga suatu hari aku bisa ikut ya
Liza Fathia says
Amiin. Iya kak, seru kali acaranya
Helena says
Mungkin karena Selangor ini dekat dengan Indonesia jadi campuran budaya Jawa kental di sana. Btw, bahasa yang dipakai di sana apa ya? Tetap Melayu? atau ada sebagian pakai bahasa Jawa?
Liza Fathia says
Kalo sesama orang jawa mereka pakai bahasa jawa say. Tapi dengan melayu mereka pakai bahasa melayu
Frida Herlina says
Akulturasi yg menawan.
Seneng banget liat aneka ragam budaya bisa bersatu begitu.
TFS mbak.
Liza Fathia says
Iya mbak frida. Senang banget lihatnya
ibu bahagia says
nah kalau gini agak bingung. ga bisa mengklaim juga sih, lha orangnya asli dari jawanya sendiri
Liza Fathia says
Bingung jadinya ya mbak. Tapi orang malaysia tetap menyebut kesenian tsbt dengan kesenian jawa
Rindang says
Saya bersuku Banjar dan sendiri tertarik dg kesenian Melayu yg ada di beberapa negara. Sebagian Sumatera, Kalimantan, Singapura, Brunei, dan Malaysia adalah beberapa di antaranya. Kalau sy yg ikut acara ini pasti senang bgt bisa menyaksikan langsung pagelarannya. Apalagi dipadukan dg kesenian Jawa yg notabene tak begitu saya kenali.
Liza Fathia says
Di malaysia banyak juga orang banjar ya mbak rindang. Sama, saya pun belajar ttg semua ini di negeri orang mbak. Di aceh ga ada gamelan dan kesenian jawa lainnya
Amanda Desty Yunistyani says
Gamelan gak ada matinya ya emang mbak. Jadi inget pernah nyoba main gamelan timplak timblung doang gak ngerti cara menghasilkan nada yang cakep hehehe
Liza Fathia says
Hihihi. Benar mbak manda. Aku pun demikian
unggulcenter says
mikrokosmos.. tingkat tinggi bahasanya yak. aku tak paham sebenarnya. Tapi kutipan yg menarik!
Liza Fathia says
Mikrokosmos itu istilah lain untuk dunia yang kecil mas unggul. Dunia kecil yanng semuanya ada di dalamnya
Atanasia Rian says
Beberapa waktu lalu sempat ada keluarga membawa mahasiswa malaysianya untuk liburan kejoga. Dia belajar banyak tentang gamelan, kadang malu juga waktu itu. Disana berkembang pesat
lendyagasshi says
Rentak Selangor membuat hati ini bangga!
Dimana banyak budaya disatukan menjadi harmonisasi sempurna.
Liza Fathia says
bangga dan sedikit miris mbak lendy 🙁 miris karena di negara orang budaya kita malah menjadi objek wisata
Ocha Rhoshandha (kak Roos) says
saya sudah mendengar lama tentang selangor yang memiliki etnis banyak dan budayanya bisa jadi satu
tapi baru kali ini membaca lebih detail tentang sajian-sajian di selangor
ternyata…. banyak banget ya.. keren-keren
semoga dalam waktu dekat saya bisa ke selangor
Liza Fathia says
amiin. semoga impiannya tercapai kak roos
omith says
Emg kita satu rumpun dg Selangor, MY. Jd kalo dibilang penduduk sana jg ada sebagian dr masyarakat indo spt etnis2 yg mba sebut diatas. cm yg jd kuatir kadang itu kl mereka menganggap bahwa itu adalah salah satu aset mereka dan menjadikan itu sbg original milik MY hehe. tp ga semudah itu ya.
Liza Fathia says
iya, itu yang kita takutkan. tapi enggak semudah itu kok mitth. kayak wayang, udah dijadikan warisan budaya oleh unesco
Fania surya says
Seru ya acaranya. Jadi pengen tahu langsung nih kayak apa budaya disana
Liza Fathia says
seru bbanget mbak fani
Tarry KittyHolic says
Sebagai orang jawa ikut bangga mbak, budaya jawa dilestarikan di daerah luar jawa.
Disini sudah mulai jarang ada pagelaran wayang kulit atau gamelan, kompangpun sekarang sudah di modifikasi dengan organ dan gitar agar tetap dapat job untuk orang hajatan.
Meskipun begitu di sini masih ada generasi muda yang melestarikannya. Bahkan ada calon dalang cilik di kampung saya. 🙂
Liza Fathia says
wah keren mbak tarry. semoga tradisi di negara kita tetap terjaga ya. amiin
wanda syafii says
(((mikrokosmos)))) saya jadi kepincut sama kata ini, kak. hahaha
wah acara rentak selangor tapi kayanya kebanyakan mempertunjukkan kesenian jawa ya. hehehe
semoga mereka nggak maruk ngakuin itu punya mereka wkwkwkk
Liza Fathia says
iya, aku kemarin itu pas diucapkan demikian, sampe bela2in googling. apa maksud mikrokosmos itu. sempat teringat pelajaran biologi juga
Jiah says
Kompang Jawa itu kalo di sini rebana. Wayangan sendiri sdh jarang saya temui, Mbak. Ongkosnya lumayan mahal. Seneng deh pas ada budaya macam Rentak Selangor
Pu says
Kalau lihat seru jg. Tapi kadang saya entah knp kadang kurang menikmati wayangan apalagi pas gak paham ceritanya. Payah sekali saya
andhikamppp says
Kalau kata selangor dan melayunya dihilangkan. Membaca hanya tentang kebudayaan dan kesenian yang dipertontonkan. Kita kayanya ga akan ngeh kalau ini bukan di negeri ini.
Mikrokosmos, menarik, dan menjadi wajar, ya. Karena perpaduan budayanya luar biasa kental.
Di indonesia sendiri, banyak tampakya daerah yg juga “mikrokosmos” juga
Tukang Jalan Jajan says
Menyaksikan bagaimana budaya yang terakulturasi dalam kesenian sungguh menyenangkan. Kita dibuat banyak belajar untuk tahu dan paham dari mana itu semua berasal. Sungguh kaya budaya Indonesia bisa sampai kenegeri seberang. Salut dengan orang jawa di Malaysia yang masih ingat akar budaya
Liza Fathia says
Bener mas. Semoga kita pun demikian
Pertiwi Yuliana says
Menarik sekali ulasannya, Mbak. Tidak hanya sekadar melaporkan apa yang dilihat tapi juga menelusuri sejarah beserta definisi yang menarik untuk disimak dengan seksama. Ingin rasanya bisa sekomplit ini nulisnya.
Btw, untuk acara pentas kebudayaan sendiri masih jarang banget bisa nonton. Kepingin!
Liza Fathia says
Bener mbak, ini aku malah nonton di kampung orang
tour lombok says
Terimakasih untuk artikel yang sangat bermanfaat ini, kami bertambah pengetahuan setelah membaca artikel ini, para pembicara internet marketing selalu menyarankan untuk kita terus menulis artikel bermanfaat seperti ini, salam dari mutiara untuk membawa kesuksesan pearl wholesale Indonesia dan sukses selalu untuk Anda.