Ponsel Oppo A54, Temani Muli Belajar dan Bekerja
Daftar Isi
Terpaksa Putus Sekolah Karena Pandemi
Kenyataan pahit ini dialami oleh banyak pelajar di seantero Indonesia. Angka putus sekolah ini menurut Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah (Paud Dikdasmen) Kemendikbudristek, Jumeri, disebabkan oleh berbagai faktor seperti anak yang terpaksa bekerja membantu keluarganya yang juga terpuruk secara ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Hal inilah oleh Muliaton. Pandemi Covid-19 menjadikan ia yang sedang duduk dibangku kelas 2 SMA terpaksa putus sekolah dan bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART).
Pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang berkepanjangan membuat Muli, begitu ia dipanggil, tidak dapat mengikutinya secara optimal. Jangankan gadget yang memadai, koneksi internet juga sangat susah dijangkau di tempat tinggalnya di Desa Blang Pandak, Kec, Tangse, Pidie, Aceh.
Lokasi tempat tinggal Muli sangatlah terpencil. Baru beberapa tahun terakhir desanya diterangi listrik. Sedangkan untuk sinyal ponsel, ia dan masyarakat Blang Pandak harus mendaki bukit untuk mendapatkan sinyal atau turun ke desa tetangga untuk mengakses internet.
Saat di bangku SMP, Muli dan anak-anak Blang Pandak lainnya dengan mudah mengakses pendidikan karena ada SMP di desa mereka. Namun, untuk jenjang SMA, mereka harus pergi ke ibukota kecamatan yang berjarak 40 menit. Tidak ada bus sekolah atau angkutan umum yang bisa mengantar mereka.
Sebelum pandemi, kalau ayahnya tidak ke gunung, Muli menggunakan sepeda motor sang ayah untuk berangkat sekolah. Kalau tidak ada motor, ia menumpang dengan temannya yang memiliki sepeda motor.
“Dulu, saya kesulitan ke sekolah karena tidak ada kendaraan. Sekarang ditambah lagi karena saya nggak punya hape smartphone,” tuturnya.
Ya, karena ekonomi yang pas pasan, orangtuanya tidak mampu untuk membeli smartphone lebih-lebih laptop. Kalau pun punya, ia harus pergi ke desa tetangga yang berjarak puluhan kilometer untuk mendapatkan koneksi internet.
Walhasil, Muli tidak dapat mengikuti proses belajar mengajar, tidak ikut ujian, dan tinggal kelas.
Setelah berembuk dengan ayah dan ibunya, Muli memutuskan tidak melanjutkan sekolah. Ia bertekad untuk bekerja dan memperbaiki perekonomian orang tuanya. Setidaknya, meskipun ia putus sekolah, ia bisa membantu adik semata wayangnya yang kini kelas 5 SD bisa melanjutkan pendidikan kalau bisa sampai sarjana.
Dan tempat Muli bekerja saat ini adalah rumahku.
Mendengar ceritanya yang harus putus sekolah karena pandemi, aku hanya bisa bersimpati dan memintanya agar tetap semangat.
“Kalau Queeva lagi tidur, Muli bisa baca buku-buku di ruang baca. Biar tambah ilmu,” saranku dikuti dengan anggukannya.
Sambil menunggu anakku yang bungsu tidur siang, ia membaca buku-buku motivasi seperti Chicken Soup for The Soul.
Sebuah Smartphone dari Gaji Pertama
Setelah beberapa bulan bekerja, Muli memintaku untuk membelikan smartphone dari gajinya yang belum pernah ia ambil sejak pertama bekerja.
Aku pun setuju. Jika ada ponsel, dia bisa mengisi waktu kosong dengan hal yang ia sukai dan bermanfaat.
“Boleh, tapi jangan sampai Muli lalai dengan hape terus adek nggak dijaga,” aku mengingatkannya.
“Iya, Kak. Kalau ada waktu luang, Muli mau download aplikasi belajar dan nonton video pelajaran. Terus mau coba jualan. Sama mau main Tik Tok juga.” jelasnya
Mendengar jawaban yang terakhir spontan membuatku tertawa dan sadar meskipun seorang ART, dia masih berusia remaja.
Lalu aku pun mencari informasi tentang ponsel yang ia inginkan di carisinyal.com, sebuah situs yang menyajikan berbagai informasi tentang smartphone yang paling up to date.
Carisinyal tempatnya Informasi Tekno Ter-Update
Dilansir dari situsnya, Carisinyal adalah media online yang menyuguhkan berbagai macam informasi mengenai dunia teknologi. Semenjak diluncurkan di Bandung pada 7 September 2013, situs ini selalu menyajikan berbagai ulasan bermutu mengenai smartphone, laptop, aplikasi, game, dan berbagai informasi dari dunia teknologi lainnya.
Untuk orang yang awam tentang teknologi sepertiku, review yang dituliskan di Carisinyal sangat mudah dipahami. Tidak hanya itu, referensi dan spesifikasi ponsel yang disajikan juga sangat lengkap serta terdapat juga daftar harga smartphone yang selalu diperbaharui setiap bulannya.
Tampilan situs Carisinyal juga eye catchy dan mobile friendly sehingga mau diakses lewat PC atau ponsel, sama-sama mudah dibaca.
“Muli mau hape apa? Dan mau yang harga berapa?” tanyaku kemudian.
“Saya mau Oppo yang harga dua jutaan, Kak.”
“Harus Oppo? Kalau ada merk lain yang speknya sama tapi harganya lebih murah, mau?” .
Air muka Muli tampak keberatan tetapi dia tidak berani mengatakannya.
Aku pun teringat kisah beberapa tahun yang lalu saat hendak membelikan ponsel untuk ibuku. Ibu minta dibelikan Oppo seharga 2 jutaan. Sama halnya dengan Muli, aku menawarkan ponsel lain dengan keunggulan yang sama tapi harga lebih murah. Tetapi ibuku tidak mau karena yang ia tahu ponsel yang bagus kalau bukan Samsung ya Oppo. Tidak peduli bagaimanapun spesifikasinya.
Setelah bertahun-tahun pemakaian, Oppo ibuku masih awet. Sedangkan ponselku sudah beberapa kali berganti.
Oppo A54, Teman Setia Muliaton
Setelah membaca berbagai referensi ponsel di Carisinyal.com, Muli memilih Oppo A54.
Pilihan Muli menurut saya sudah sangat tepat. Ponsel tersebut sangat membantu kegiatannya sebagai ART yang ingin belajar dan berjualan online.
Dari review di situs Carisinyal.com tentang kelebihan dan kekurangan Oppo A54 di, disebutkan jika ponsel ini:
- tahan air,
- memiliki tampilan yang oke,
- memorinya besar yaitu 128 GB,
- baterai yang mumpuni,
- sensor dan port yang lengkap,
- serta mendukung Wi-Fi AC dan Bluetooth 5.0.
Setelah memiliki Oppo A54, Muli tampak semakin bersemangat saat bekerja. Sambil membersihkan rumah, ia menghidupkan musik dari Youtube atau aplikasi penyedia musik gratis.
Tidak perlu khawatir baterai ponsel habis karena Oppo 54 memiliki kapasitas Li-Po 5000 mAH yang bisa dipakai untuk streaming video sampai 19,9 jam, atau mendengarkan musik tanpa henti hingga 41 jam.
Kelebihan Oppo A54 yang tahan terhadap air juga terbukti. Sudah beberapa kali ponsel ini Muli gunakan untuk memotret aktivitas anak-anakku di tengah hujan deras dan ponselnya baik-baik saja. Sertifikasi tahan percikan air IPX4 yang ada di Oppo A54 mampu membuat Muli tak was-was ketika air hujan mengenai si ponsel.
Saat pekerjaannya selesai, aku sering melihat Muli menonton tayangan pendidikan di aplikasi belajar online yang sudah diunduhnya. Kadang ia ikut menyelesaikan soal-soal yang diberikan.
“Belajar terus kak Muli, nanti kalau mau bisa ikut ujian Paket C,” saranku.
“Iya, rencananya nanti Muli mau ikut paket C. Biar ada ijazah.”
Karena modal untuk berjualan online belum cukup membuat Muli harus menunda keinginan berikutnya setelah memiliki ponsel. Namun, ia mulai mencari tahu cara menjadi doorshiper barang-barang yang dijual di marketplace lewat berbagai artikel review atau video.
Muli tidak perlu khawatir ponselnya menjadi lambat atau memorinya menjadi penuh karena Oppo A54 miliknya memiliki kapasitas RAM 4GB dan memori 128GB.
Ketika sedang sendiri, aku pernah melihatnya sedang asyik bermain Tik Tok. Namun, ia langsung malu-malu saat mengetahui aku sedang memperhatikannya.
Setelah beberapa bulan memiliki smartphone, aku melihat Muli memegang kata-katanya. Dia tidak bermain ponsel saat sedang bekerja dan baru membuka ponselnya saat pekerjaannya usai.
Muli juga sangat semangat belajar untuk mengikuti ujian Paket C lewat aplikasi belajar online.
Aku berharap, Muli bisa mendapatkan yang ia inginkan. Menjadi ART adalah salah satu jalan baginya untuk sampai pada tujuannya.
Referensi:
- https://carisinyal.com/kelebihan-dan-kekurangan-oppo-a54/
- https://carisinyal.com/us/
- https://www.suara.com/news/2021/09/21/113329/efek-pandemi-ri-makin-banyak-anak-putus-sekolah-korban-kdrt-hingga-hamil-di-luar-nikah
Leave a Reply