• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Home
  • About
  • Recognition
  • Advertise
  • Disclosure
  • Contact

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

  • ABOUT ME
  • Traveling
  • Advertorial
  • Kesehatan
  • Feature
  • Kuliner
You are here: Home / Feature / Plesiran Tanpa Tujuan di Kuala Lumpur

November 16, 2013

Plesiran Tanpa Tujuan di Kuala Lumpur

Sebelum matahari menyingsing, mata saya sudah tidak mampu lagi terpejam. Azan subuh belum pun terdengar, tetapi saya langsung bergegas ke kamar mandi untuk menyiramkan air ke tubuh dan mangambil wudhu. Hostel tempat kami bermalam masih sunyi dan senyap, belum ada tanda-tanda kehidupan dimulai. Saya sengaja buru-buru mandi karena jika telat para traveler yang semuanya berkulit putih, berambut perang, dan menginap di lantai tiga Step Inn Guest House ini pasti berhamburan keluar dari kamar mereka untuk mandi. Agak risih rasanya jika harus berpas-pasan dengan bule cowok bercelana boxer yang lalu-lalang di koridor kamar. Apalagi jika tanpa sengaja melihat mereka buang air tanpa menutup pintu. Aih… Saya trauma!

Usai shalat subuh dan Malaysia mulai terang, kami beranjak dari hostel dan berkeliling tak tentu arah ke luar. Ogah naik taksi karena bisa jadi kejadian yang sama seperti malam pertama kami tiba di KL terulang lagi. Itu lho, supirnya minta bayaran lebih walaupun kami sudah membeli tiket di loket. Kami memilih jalan kaki saja kemana-mana, kalau kejauhan baru naik mass rapid transit (MRT). Karena tidak tahu hendak kemana, kami akhirnya mutar-mutar di seputaran Bukit Bintang sambil mencari sarapan.

DSC04536


Pukul sepuluh waktu Malaysia, kami singgah di restoran Anuja, salah satu restoran yang lumayan banyak pengunjungnya pagi itu. Biasanya kalau banyak yang datang, pasti restorannya enak. Bang Thunis pingin menyantap nasi lemak Malaysia yang terkenal itu sedangkan saya ingin mencicip canai Mamak. Untuk minuman kami kompakan memesan teh tarik. Sayangnya, nasi lemak sudah habis. Padahal dari daftar menu yang ditawarkan resto itu, nasi lemaklah andalan mereka dan harganya juga murah, 3,5 RM/porsi. Berhubung perut sudah keroncongan, akhirnya Bang Thunis memesan nasi campur dengan lauk ayam, menu yang paling praktis dan siap saji.

101MSDCF2

Menu sarapan, teh tarik, canai Mamak, nasi campur

Eits, jangan berpikir kalau nasi campur di KL itu sama dengan nasi campur yang ada di Aceh atau tempat lain di Indonesia. Biasanya kalau disebut nasi campur itu kan penuh dengan berbagai jenis kuah dan sayuran. Apalagi nasi campur Padang, beragam kuah plus daun singkong rebus-cabe hijau terhidang dengan nikmat di piring. Nasi campur KL di restoran ini hanya ada kuah gulai dan sepotong paha ayam, tidak ada sayuran. Ketika saya meminta sayuran tambahan, pelayan di sana menambahkan terong sambal.

Sarapan canai saja tidak membuat perut saya kenyang. Saya juga kurang suka dengan kuah kari yang terlalu banyak jintan dan dihidangkan bersama bahan dasar martabak Aceh itu. Jadi sambil makan canai, saya juga mencomot ayam dan nasi campur suami. Begitu pun Bang Thunis, sesekali ia mencomot canaiku.

Setelah menyantap nasi campur, canai, dan teh tarik, kami kembali berjalan kaki menelusuri jalan yang ada di depan mata. Perjalanan kami tak tentu arah, kemana pun kaki melangkah tidaklah masalah karena ini adalah perjalanan yang tidak ada tujuannya. Kami hanya menamakannya jalan-jalan.

Berjalan beberapa meter ke depan kami melihat lampion merah terpasang di gapura. Petailing street, nama jalan itu. Konon, di sanalah barang-barang dengan harga miring dijual seperti tas, pakaian, dan souvenir khas Malaysia. Selain itu, banyak juga pedagang beretnis Cina yang menjual obat-obatan herbal di jalan ini. Namun, pagi itu Petailing masih belum begitu ramai, hanya beberapa tempat yang dipenuhi pembeli. Pasar ini baru disesaki oleh pedagang dan pembeli pada malam hari.

DSC04553

Lampion di pasang di sepanjang jalan di Petailing, KL

DSC04552

Salah satu pedagang topi di Petailing Street, Kuala Lumpur

Ada yang menarik saat melewati Petailing street. Sebuah gerobak penjual minuman terlihat dikerumuni oleh puluhan pembeli. Nama minuman itu pun agak aneh, Air Mata Kucing. Weleh! Air mata kucing kok diminum. Terus warna air mata kok bukan putih ya, tapi coklat! Selidik punya selidik ternyata air mata kucing itu campuran dari air, gula merah, buah kelengkeng, biji selasih, nata de coco, dan es batu. Rasanya segar apalagi waktu itu matahari di KL sedang terik teriknya. Terus kenapa dinamakan air mata kucing? Rupanya bahasa Malaysia lengkeng/kelengkeng itu tidak lain adalah mata kucing. So, air mata kucing ini merupakan air yang isinya mata kucing.

DSC04550

E6ypDpLeUPO0l XymODYAvCqKI2rDkpbat5SqhGnHyE=w446 h366 no

Harga air mata kucing itu beragam. 1.5 RM kalau pake es, kalau ngga pake es lebih mahal lagi (Foto: @masterweb)

Dari Petailing kami kembali melangkahkan kaki tidak tentu arah lagi. Melewati kuil yang arsitekturnya cukup unik menurut kami. Ratusan patung dewa menjadi atap yang menjulur tinggi ke angkasa. Warnanya beraneka ragam begitu pula bentuknya. Kuil di tengah-tengah kota itu begitu ramai. Para pengunjung rumah ibadah umat Hindu itu juga memiliki rupa yang khas. Tinggi semampai, kulit sawo matang, berhidung mancung, dan perempuan memakai sari. Mereka adalah etnis India yang menetap di negeri Jiran ini. Melihat mereka beribadah, saya tiba-tiba teringat Shahrukh Khan dan film India. Salam Namaste!

IMAG3172

Kuil yang terletak di tengah-tengah kota di Kuala Lumpur

Di sepanjang jalan, di antara pertokoan terdapat beragam penginapan. Mulai dari hotel berbintang sampai hostel-hostel yang menawarkan harga miring bagi para pengunjungnya. Restoran-restoran Malayu, India, dan Timur Tengah juga dengan mudah dijumpai. Aroma rempah-rempah sampai dupa begitu menusuk indra penciuman. Kami terus berjalan. Cuaca Malaysia sangat mendukung dan tanpa terasa perjalanan kami sampai ke Mesjid Jamek Malaysia. Aksi jalan kaki kami pun berakhir sementara di terminal tepat di depan mesjid raya ini. Lelah juga berjalan hampir satu jam lebih. Kaki saya pegal-pegal pemirsa 🙂

Share this:

  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
  • Click to share on Telegram (Opens in new window)
  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Tumblr (Opens in new window)
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window)
  • More
  • Click to share on Pocket (Opens in new window)
  • Click to share on Reddit (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Filed Under: Feature, Kuliner, Malaysia, PhotoBlog, Traveling Tagged With: air mata kucing, canai, Kuala Lumpur, kuliner, malaysia, nasi lemak, petailing, plesiran, traveling

  • 1 Liza Fathia
    • 8 Kafe Unik dan Cozy yang Wajib Dikunjungi di Tokyo
    • Stabilizer Listrik: Lindungi Peralatan Elektronik Anda
    • Membangun Keluarga Bahagia dengan Sekolah Keluarga Samara
    • Mengenal Tanda-tanda Hamil Anggur
    • Keuntungan Memilih Bayar Listrik Online di Aplikasi Belanja Online

Reader Interactions

Comments

  1. Liza Fathia says

    November 16, 2013 at 10:50 PM

    ohya? liza baru tahu mbak intan. tapi ini aslinya dari Malaysia atau surabaya sih?

    Reply
  2. khusnuldwityasari says

    November 16, 2013 at 11:13 PM

    wah,,jadi pengen jalan2 ke KL lagi nih mak. aku juga ga cocok sama makanannya. aneh di lidah, rempahnya banyak kaya masakan padang tapi gimanaaa gitu. saking bingungnya mau makan apa yang ramah di perut, dulu aku sama temen2 makan di KFC. cape deeehhh..

    Reply
    • Liza Fathia says

      November 16, 2013 at 11:26 PM

      iya nih mak, kalau masakan padang aku cocok di perut, cuma agak pedas aja. tapi ini bau jintannya terasa banget

      Reply
  3. Azhar Ilyas says

    November 16, 2013 at 11:33 PM

    meski tanpa penjadwalan, foto-foto tetap tak boleh dilupakan. sesuai pesan makmur dimila … 🙂

    Reply
    • Liza Fathia says

      November 16, 2013 at 11:36 PM

      hahahhaha… biar tulisan tambah hidup…

      Reply
    • Makmur Dimila says

      November 26, 2013 at 9:24 AM

      Hehe, saya berpesan begitu ya? Iya deh, memang, conten blog tanpa foto atau ilustrasi kurang menarik, apalagi jika tulisannya is not interesting. Cerita Kak Liza tampak cukup mantap dipadu dengan foto-foto yang memanjakan mata. 😀

      Reply
      • Liza Fathia says

        November 27, 2013 at 2:06 AM

        Waaahhh Terima kasih makmur jurnalis 🙂

        Reply
  4. Efi Fitriyyah says

    November 16, 2013 at 11:57 PM

    Begitu, yaaa. Lidah kita bisa bedabanget taste-nyapadahal satu rumpun. Catet ah, siapa tau tiba2 dapat rejeki nomplok ditraktirjalan2ke Malaysia 🙂

    Reply
    • Liza Fathia says

      November 17, 2013 at 5:38 PM

      amiin. semoga bisa kesana juga ya mbak

      Reply
  5. monda says

    November 17, 2013 at 7:05 AM

    jalan santai begini asyik juga ya, banyak yang bisa dilihat dan diresapi Liza
    senang bisa ngeliat keseharian orang sana

    Reply
    • Liza Fathia says

      November 17, 2013 at 10:52 AM

      Iya kak monda, daripada ke tempat wisata. Tapi lain kali harus ke tempat wisata nih

      Reply
  6. Liza Fathia says

    November 17, 2013 at 10:51 AM

    Iya aslan, di aceh kalo the dingin lebih Mahal dari teh panas. Padahal kalo dipikir lebih mahal teh panas lagi. Kk kalo beli Pepsi di kf* juga gitu, ga pake es jadi airnya lebih banyak

    Reply
  7. buzzerbeezz says

    November 17, 2013 at 2:25 PM

    Setelah menyantap nasi campur, canai, dan segelas sanger, kami kembali berjalan kaki menelusuri jalan yang ada di depan mata <- minumnya sanger apa teh tarik Za?

    Reply
    • Liza Fathia says

      November 17, 2013 at 2:42 PM

      Eh teh tarik ri… Wkwkwkkw, dipikiranku Sanger terus :p

      Reply
  8. tazaemjayy says

    November 17, 2013 at 3:18 PM

    maulah jalan jaan ke malaisia

    Reply
    • Liza Fathia says

      November 17, 2013 at 5:38 PM

      libur sekolah ya dek 😀

      Reply
  9. Lidya says

    November 18, 2013 at 12:30 PM

    nanti kita ketemuan ya mbak kalau jalan2 disana 🙂

    Reply
    • Liza Fathia says

      November 20, 2013 at 6:54 AM

      Amiin…

      Reply
  10. Citra Rahman says

    November 22, 2013 at 12:45 PM

    Aaaaah…seru kaliiiii jalan-jalan sama pasangan. Jadi pengen cepat-cepat ketemu calon istri! ;P

    Reply
    • Liza Fathia says

      November 22, 2013 at 6:04 PM

      Amiin. Iya dong citra, seru kali jalan2 sama org tercinta

      Reply
  11. putqa says

    May 8, 2014 at 10:53 PM

    Wah, ada juga ya masakan padang di malaysia. Terkenal bangat ya masakan kampung ku.

    Reply

Leave a ReplyCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Primary Sidebar

Liza Fathia

Welcome to liza-fathia.com!

Hi, I 'm Liza, a working mom with a beautiful daughter who loves blogging and traveling. I started blogging to create a lifestyle and travel blog that allows me to spend more time focusing on the things I love. Grab a cup of coffee and enjoy reading this blog. I hope you leave the site with some new exciting ideas!

Follow Me

  • Twitter
  • Instagram
  • Pinterest
  • LinkedIn
  • Facebook

Recent Posts

  • 8 Kafe Unik dan Cozy yang Wajib Dikunjungi di Tokyo
  • Stabilizer Listrik: Lindungi Peralatan Elektronik Anda
  • Membangun Keluarga Bahagia dengan Sekolah Keluarga Samara
  • Mengenal Tanda-tanda Hamil Anggur
  • Keuntungan Memilih Bayar Listrik Online di Aplikasi Belanja Online

Community

blogger perempuantravel blogger indonesiagaminong blogger

Copyright© 2023 · by Liza Fathia

%d