Note: Tulisan ini kutulis beberapa waktu lalu, saat tanda kehamilanku baru saja terbukti, betapa senangnya aku. Dan, apakah kehamilanku bertahan hingga kini? suamiku telah merangkum apa yang terjadi padaku saat ini (baca: 10 minggu bahagia bersamanya)
Rasanya pingin lari-lari keliling rumah sambil berteriak, “aku hamil. Aku hamil,” saat test pack di tanganku menunjukkan dua garis merah. Tapi atraksi itu urung kulakukan mengingat hari masih sangat pagi.
Tak ingin buru-buru percaya dengan apa yang kulihat, aku mencoba mengkonfirmasi dengan ibu dan adikku yang sedang berada di rumah. Yup. Garis merahnya memang dua. Itu artinya aku positif hamil. Terima kasih ya Allah.
Lekas aku mengambil ponsel pintarku, memotret hasil test pack, lalu mengirimkannya pada suamiku yang sedang melanjutkan studi di Berlin, Jerman. Dari video call yang kami lakukan, dia terlihat tak kalah girang dariku. Saban hari ia tersenyum sambil membayangkan kami akan menjadi ayah dan ibu dari janin yang kukandung.
Suamiku adalah orang yang setiap hari memantau apakah aku sudah haidh atau belum. Karena siklus haidhku teartur setiap 30 hari, maka waktu aku mengabari kalau sudah tiga hari tamu bulananku belum datang, ia langsung senang.
“Adek pasti hamil. Abang yakin,” tulisnya lewat instant message.
Setiap hari, lewat fasilitas chatting yang disediakan di ponsel, ia menanyakan apakah aku sudah haidh atau belum. Ketika balasanku belum, ia langsung senang bak anak-anak yang baru dibelikan mainan.
Maklum, aku dan suamiku adalah pengantin baru. Usia pernikahan kami baru memasuki bulan ke empat. Namun, kehadiran seorang anak sangatlah kami nanti-nantikan. Sebenarnya, aku sudah siap untuk hamil cepat atau telat. Bahkan kemungkinan terburuk tidak memiliki anak sekalipun. Aku menyerahkan semuanya pada Yang Maha Kuasa. Apa yang terbaik menurutNya, itulah yang terbaik untuk keluargaku. Meskipun demikian, aku juga sangat berharap segera memiliki momongan yang merupakan wujud cinta kami berdua. Namun terkadang rasa takut mengandung sendiri tanpa didampingi suami juga kerap melanda. Lagi-lagi aku hanya bisa menyerahkannya pada Allah.
Sebelumnya, aku sudah beberapa kali melakukan test pack. Yang pertama sekali, saat jatah haidhku belum tiba. Aku sadar, tindakan yang kulakukan adalah sia-sia. Dari mana aku bisa memprediksi kalau aku hamil sedangkan haidh saja belum telat. Saking penasarannya, aku tetap membeli test pack dan memasukkannya ke dalam air kencing. Seperti perkiraan, hanya satu garis merah yang tertera.
“Wajar dong masih negatiif. Kalau pun hamil, nilai hormon beta HCG untuk menentukan kehamilan pasti belum cukup untuk memerahkan garis yang satu lagi,” hibur Sakena, temanku yang berprofesi sebagai dokter.
Ketika haidhku tidak datang pada tanggal yang seharusnya, aku kegirangan. Begitu juga suamiku. Tapi, aku tidak ingin buru-buru untuk test pack seperti dulu. Aku menunggu sampai sepuluh hari kemudian. Kala itu, haidhku belum datang juga.
“Kali ini Abang yakin, Adik pasti hamil,” ucap suamiku via telpon. Rasa senang sekaligus takut kembali menyelimuti. Tapi lagi-lagi aku berserah pada sang Pencipta.
Aku kembali membeli alat pendeteksi kehamilan. Ketika tiba di rumah, aku langsung memeriksa urinku. Dan hasilnya masih negatif. Sedih rasanya melihat garis yang ditunjukkan alat itu. Namun, semangatku kembali berkobar saat temanku menceritakan bahwa waktu hamil dia juga mengalami hal yang sama.
“Waktu itu aku udah telat satu bulan, tapi test packnya masih negatif. Akhirnya aku dan suami berinisiatif ke dokter kandungan. Waktu di-USG, kantong rahimnya udah terbuka dan ada janin di sana,” terangnya. Bisa jadi aku pun seperti dia.
Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Aku membaca kembali kertas petunjuk alat pemeriksaan kehamilan secara manual itu. Di sana tertulis bahwa pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada kencing pertama di pagi hari setelah bangun tidur. Pada waktu itu kadar beta HCG akan tinggi. Berarti yang aku lakukan selama ini salah, aku memeriksanya pada siang hari.
Setelah dua puluh hari terlambat haidh, aku kembali membeli test pack. Aku sudah tidak terburu-buru lagi seperti kali pertama dan kedua. Dalam hati, aku yakin saat ini aku sedang hamil. Tanda-tanda wanita hamil muda seperti mual dan ngidam mulai kurasakan. Dan aku tidak pernah telat haidh selama ini. Lalu di pagi hari setelah bangun tidur aku langsung ke kamar mandi. Kutampung urinku secukupnya. Kemudian aku memasukkan alat pemeriksa kehamilan sesuai dengan petunjuk di kemasannya. Kutunggu selama satu menit. Dan, ada dua garis merah di sana. Itu artinya aku positif hamil. Senang sekali rasanya saat melihat dua garis yang seakan tersenyum seraya mengucapkan selamat atas kehamilanku.
Jika dihitung dari HPHT (Hari Pertama Haidh Terakhir), maka usia kehamilanku saat ini memasuki minggu ke enam. Seminggu setelah melakukan test pack, aku pun ke dokter kandungan. Saat di USG, tampak kantong rahimku yang telah terbuka.
“Selamat ya, Bu. Anda hamil 4-6 minggu,” ucap dokter itu. Alhamdulillah. Terima kasih ya Allah atas amanah yang kau titipkan padaku ini.
Dan, inilah keadaanku saat ini
Salam
Liza.
Haya says
Akan ada saat yang lebih tepat dan lebih indah ya Liza…. semoga. Amin.
Lidya says
Allhamdulillah, selamat ya mbak. SEmoga kehamilannya lancar
Lidya says
oops maaf aku baca tulisan ini terlebih dahulu baru membaca tulisan suaminya. Sabar ya mbak Insya Allah akan diberikan lagi yang terbaik oleh Allah
Liza Fathia says
Iya mbak lidya, gpp. Insyaallah tetap semangat
Liza Fathia says
Blm rezeki 🙁
uland adjah says
Sabar mbak liza, kisah mba sama sma apa yg perna sy alami..
1 bln stelah menikah lngsng positif, tp BO blighted ovum..
Tepat jalan 10minggu bru tau, krn flek dan baru di USG..
Apalah daya, harus dikuret.. Hancur lebur rasanya..
Smpe skrg sdah berjalan 1thn pernikahan, blm kunjung datang jg malaikat kecil yg sy dan suami nantikan..
Liza Fathia says
Semoga segera mendapat momongan ya mbak. Saya alhamdulillah sudah mendapat buah hati lagi. Sekrang umurnya 4 bln