Setiap masa memiliki arti tersendiri bagi kita. Entah itu masa ketika kita masih kecil, remaja, dewasa, atau bahkan saat usia ini telah beranjak tua. Bagiku semua masa itu sangat berharga. Terlebih ketika usia ini masih kecil dan belum begitu paham tentang dunia ini.
Yupz, aku sangat merindukan masa-masa kecilku yang sudah tentu ngga bakal kugapai lagi. Kalau direfresh kembali, maka otakku akan mengingat hari ketika adikku dilahirkan. Saat itu aku masih berumur 3 tahun. Selebihnya aku ngga ingat apa-apa lagi diusia tersebut.
Kemudian di umur empat tahun, aku diantar mama untuk masuk taman kanak-kanak. Ya, aku masih mengingat jelas masa itu. Waktu itu mama menggendong adik yang masih bayi. Kami pergi bersama Cut dan ibunya. Saking senangnya, aku terus saja berlari-lari tak sabar ingin segera tiba di TK kecamatan yang berjarak sekitar setengah kilo dari rumah.
Di sana aku bertemu dengan Bu Nong yang kata-katanya selalu kuingat, “Jangan ribut ya, nanti ibu kunci mulutnya.” Saat itu aku benar-benar membayangkan seorang Bu Nong, yang merupakan keturunan Aceh-Medan itu mengambil kunci lemari lalu mengunci mulut kami. Bu Nong yang bahasa Acehnya kurang lancar itu sering menggunakan Bahasa Indonesia untuk berinteraksi dengan kami. Walhasil, aku yang dengan kemampuan bahasa yang pas-pasan hanya mengangguk-angguk saja ketika beliau berbicara. Sedangkan teman-teman yang tinggal di kecamatan memiliki kemampuan bahasa Indonesia yang cukup baik, malahan banyak di antara mereka adalah anak-anak tentara yang sama sekali tidak bisa bahasa aceh.
Selain Bu Nong, ada juga Bu Rohana yang rambutnya dikeriting. Saat itu rambut keriting memang sangat ngetrend lho, mamaku yang dulu sempat membuka salon selalu mendapat pelanggan yang hendak mengkriwil-kriwilkan rambutnya. Duh, aku paling benci saat-saat itu. Bau obat untuk membrekelekan rambut sangat menyengat. Ngga tahann…
Bu Rohana berasal dari Meulaboh, beliau sering banget pulkam. Jadinya kami ngga begitu dekat dengannya. Ada juga Bu Halimah. Ibu itu sedikit judes, jadi aku kurang menyukainya. Jadi di antara ke tiga guru TK ku itu, Bu Nong is the best..
Ada satu lagi nilai plus Bu Nong. Apakah itu ? Yupz, Bu Nong dengan senang hati selalu membelikan kue bakwan untuk kami. Pastinya setelah mengumpulkan Rp 25 dari setiap murid. Sebelum makan, ia selalu mengajak kami untuk berdoa bersama. “Allahumma bariklana fiimaa razaqtana waqina ‘aza bannar. Siapa yang ngga baca doa, maka dia makan ???”
“Pajoh jeen (makan setan) buuu,“ jawab kami serentak.
Ketika TK aku termasuk murid yang cuek. Teman-temanku cowok semua. Sering aku bersama Zul mengganggu murid-murid yang lemah. Pernah sekali kami menakut-nakuti anaknya Pak Camat yang mengalami retadarsi mental. Tanpa merasa bersalah kami usir dia dari tempat duduk yang menjadi daerah kekuasaan kami. Kemudian menakut-nakutinya dengan menarik bibir kami menyerupai monster berbibir besar sampai akhirnya dia ngga mau lagi masuk sekolah.
Karena sering bergaul dengan cowok, aku menolak langsung ketika Bu Rohana memintaku untuk menari dengan yang lain. “Han ek buk (ngga mau Bu) !!!” tolakku tegas lalu berlari keluar.
“Kalo ngga nari, kamu ngga bisa ikutan ke Sigli, Liza!” rayu Bu Rohana. Namun aku tetap ngga mau. Aku paling benci menari. Dan hanya merasa sedikit menyesal ketika Cut, teman yang rumahnya dekat dengan rumahku memamerkan fotonya ketika menari di Sigli. Egp eikkzzzz.
Ada beberapa nama teman-teman TK yang masih membekas di otakku. Seperti Zulfikar, Kak Rifka Junina, Nafsul Muthmainnah, Cut Rauzatul Jannah, Adi, Heri Finaldi, Irdawati, Fajar, Tina, Eric, Ayu, Maida, dan yang lainnya aku lupa. Aku tidak bersama mereka lagi ketika duduk di bangku SD kecuali Cut. Aku dimasukkan ke SD yang ada di desaku. Alasannya? “1. SD kecamatan jauh, 2. walaupun SD kampung, tapi kualitasnya cukup bagus.” Jelas papaku.
tengkuputeh says
Kecil2 Liza udh bandel ya??? Hahahahaha…
Pake punya daerah kekuasaan, sampai anak itu tidak mau masuk sekolah lagi, hahahahaha…
Aulia says
jangan ragu ku menanti part ke dua 🙂
liza fathiariani says
@ tungkuputeh : ngga kok, liza anak baik,…hehhehehe
@ aulia : ok bang aulia,..tunggu saja part selanjutnya 🙂
adnan says
hmm…masa kecil yg indah…:)
Ardi says
beda bgt ama masa kecil ku za, sibuk pindah2 sekolah aja 🙂