• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Home
  • About
  • Recognition
  • Advertise
  • Disclosure
  • Contact

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

  • ABOUT ME
  • Traveling
  • Advertorial
  • Kesehatan
  • Feature
  • Kuliner
You are here: Home / Traveling / Jalan-jalan Ke Museum Balaputra Dewa Palembang

July 12, 2017

Jalan-jalan Ke Museum Balaputra Dewa Palembang

museum balaputra dewa palembang

Sudah lama saya ingin berkunjung ke Museum Balaputra Dewa Palembang, tepatnya setelah mengetahui bahwa gambar Rumah Limas yang terdapat pada uang Rp 10.000 ternyata ada di sana. Alhamdulillah, keinginan itu terwujud di Ramadhan 2017. Minggu pertama bulan puasa, saya ditugaskan oleh instansi tempat saya bekerja untuk mengikuti pelatihan beberapa hari di ibu kota Provinsi Sumatera Selatan ini. Tentu, waktu luang selama pelatihan tidak saya sia-siakan dengan mendekam di penginapan. Bergegas saya menghubungi ojek online dan meminta sang supir mengantarkan saya ke Museum Balaputra Dewa.

***

Palembang lagi? Spontan komentar itu keluar saat rekan kerja saya mengabari bahwa saya akan mengikuti diklat selama beberapa hari di sana. Itu bermakna bahwa perjalanan dinas ke Palembang kali ini adalah perjalanan ke-3 saya ke kampung Wong Kito. Seperti biasa, setiap mendapatkan tugas ke luar daerah, saya pasti mencari waktu kosong untuk melalak ke tempat wisatanya. Tapi, saya sudah 2 kali ke Palembang dan hampir semua objek wisata di sekitar kota telah saya kunjungi. Ketika tahu akan berangkat ke Palembang, ada sedikit rasa bosan yang menyelinap. Walaupun sebenarnya, ada satu tempat yang ingin sekali saya kunjungi kalau di sana, Pulau Kemaro namanya. Namun, karena waktu lenggang selama pelatihan sangat sedikit, tidak mungkin saya bisa menyebrang ke Pulau tersebut.

Baca juga : Kembali (lagi) ke Tanah Wong Kito

Aha! Spontan saya berdecak gembira ketika memegang lembaran uang Rp 10.000 lama. Rasa kecewa karena ditugaskan ke Palembang lagi perlahan sirna. Gambar Rumah Limas pada salah satu sisi uang kertas itu menjadi pelipur lara. Dari cerita teman yang pernah berkunjung ke sana, Rumah Limas tersebut terdapat di dalam Museum Negeri Balaputra Dewa Palembang. Langsung saja saya membuka Google Map dan melihat jarak tempuh museum tersebut dari hotel tempat pelatihan berlangsung. Ternyata sangat dekat.

museum balaputra dewa palembang

Rumah Limas yang terdapat pada uang Rp 10.000 ada di Museum Balaputra Dewa Palembang

Pukul tiga siang, usai tiba di Palembang dan meletakkan koper di kamar, saya telah berada di jok belakang sepeda motor pengemudi ojek online. Kami melalui jalan raya yang mulai menunjukkan kemacetan. Pak supir lalu berbelok menuju kawasan Srijaya. Jalanan tampak lenggang di daerah pemukiman penduduk tersebut. Pun demikian dengan pertokoan yang didirikan di sana, hanya satu dua yang terbuka dan di depannya terdapat aneka takjil yang dijual untuk buka puasa.  Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit dari Talang Aman, tempat saya menginap, saya pun tiba di Museum Balaputra Dewa.

Baca juga kisah perjalanan ke Palembang lainnya : Wisata Sehari di Palembang, Kemana dan Ngapain Aja?

Lokasi Museum Balaputra Dewa tepatnya berada di Jalan Sriijaya I No.288 KM 5.5, Alang Alang  Lebar, Sukaramai, Srijaya,, Kota Palembang, Sumatera Selatan. Ketika saya tiba di sana, museum tampak sepi. Hanya satu dua orang yang terlihat keluar dari museum negeri tersebut.

museum balaputra dewa palembang

Museum Negeri Balaputra Dewa Palembang

“Selama puasa, museum tutup pukul 15.00,” jelas petugas museum tersebut. Ah iya, saya lupa kalau ada perubahan jadwal bekerja selama bulan puasa.

“Tapi kita bisa melihat arca-arca dan rumah limas,” ujar Koh Dedy, teman saya warga asli Palembang yang juga seorang blogger membuat saya kembali bersemangat.

Setelah membayar tiket masuk seharga Rp 5.000 per orang, saya dan teman saya pun mulai mengelilingi museum yang namanya diambil dari nama salah seorang raja yang paling masyur pada Kerajaan Sriwijara, Balaputra Dewa.

Ketika memasuki ruang masuk museum Balaputra Dewa, saya disambut oleh ukiran-ukiran berbentuk sulur dan bunga khas Palembang serta relief kehidupan masyarakat Palembang yang dipajang di dinding.

museum balaputra dewa palembang

Pada gambar itu saya melihat 3 orang perempuan yang mengenakan pakaian tradisional Palembang sedang menari.

“Nama tariannya Gending Sriwijaya. Tarian khas Palembang saat menyambut tamu,” jelas Koh Deddy.

Di dalam relief tersebut saya juga melihat rumah Bari, rumah lama khas Palembang. Ada juga rumah limas dengan ornament tanduk kambing di atasnya. Perempuan yang sedang menenun songket juga terdapat di sana. Tidak ketinggalan pula gambar sungai musi dan Jembatan Ampera.

Ketika melihat lebih dekat relief yang dipajang pada dinding museum itu, saya jadi tahu kalau Palembang adalah wilayah yang memiliki banyak sekali sungai. Tidak mengeharankan jika Belanda pernah menjuluki Palembang sebagai Venesia dari Timur Jauh. Selain memiliki banyak sungai, Palembang juga di kelilingi oleh rawa-rawa sehingga rakyatnya mendirikan rumah panggung agar bisa tinggal di atasnya. Dan yang paling menarik adalah gambar wanita-wanita Palembang yang mengenakan tudung saji sebagai penutup kepala.

Arca-Arca dari Zaman Megalitikum

Saya pun berjalan pelan memasuki bagian dalam museum. Di selasar, saya melihat batu-batu yang telah dipahat menjadi patung dipamerkan tepat di tengah-tengah kolam berbentuk persegi panjang. Dari tulisan di sampingnya, patung-patung berbentuk kepala manusia dan binatang itu adalah arca yang berasal dari zaman megalitikum.

museum balaputra dewa palembang

Arca dari zaman megalitikum yang terdapat di selasar Museum Balaputra Dewa

museum balaputra dewa palembang

Karena ruang pamer museum tersebut telah ditutup, saya hanya bisa berpuas diri melihat peningalan-peninggalan pra sejarah yang terletak di luar ruangan. Padahal, menurut Koh Deddy, di dalam ruang pamer terdapat banyak sekali peninggalan-peninggalan berharga mulai dari zaman pra sejarah,  Kerajaan Sri Wijaya, Kesultanan Palembang Darussalam, sampai masa mempertahankan kemerdekaan dari kolonialisme Belanda.

Setelah melewati ruang pamerbyang terkunci rapat, saya kembali melihat arca. Kali ini adalah arca yang diperoleh dari daerah Pagaralam.  Di antara arca tersebut, ada arca berbentuk patung kepala Budha. Ada juga arca berbentuk lembu yang dikeraskan dan hewan ini dianggap sebagai kendaraan Dewa Shiwa. Kemudian terdapat sebuah pahatan batu berbentuk wadah panjang yang digunakan untuk meletakkan tulang manusia yang telah meninggal. Arca Ganesha, yaitu patung gajah yang menutup kedua telinganya juga terdapat di sana. Dan terakhir terdapat sebuah patung anak muda yang sedang menaiki seekor binatang.

museum balaputra dewa palembang

Arca Budha di museum Balaputra Dewa Palembang

museum balaputra dewa palembang

Rumah Limas di Museum Balaputra Dewa

museum balaputra dewa palembang

Ketika menuju halaman belakang museum, akhirnya saya pun tiba di tempat yang saya membuat saya bertandang ke museum ini. Rumah Limas yang terdapat pada uang Rp 10.000 berdiri tegak di sana. Rasa kecewa karena tidak bisa melihat ruang pamer di museum Balaputra Dewa pun terobati  dengan rumah adat khas Palembang ini.

Rumah Bari, begitu orang Palembang menyebut rumah limas ini yang bermakna lama atau kuno. Sesuai dengan namanya, rumah adat Palembang ini berbentuk limas dan berdiri di atas tiang kayu unglen atau ulin. Rumah ini memiliki teras yang bertingkta-tingkat atau disebut dengan kijing. Ternyata tingkatan teras tersebut merupakan simbol untuk memisahkan kelompok keturunan kaum bangsawan, seperti Kemas, Ki Agus, Masagus. dan terakhir golongan Raden.

museum balaputra dewa palembang

Konon menurut sejarah, Rumah Limas di Museum Balaputradewa adalah milik Pangeran Syarif Abdurahman Al Habsyi. Rumah yang dibangun pada tahun 1830 itu kemudian dijual kepada Pangeran Betung. Baru pada tahun 1985 rumah limas ini dipindahkan ke kawasan Museum Balaputra Dewa Palembang.

Di dalam rumah panggung tersebut masih lengkap dengan berbagai macam perabotan yang khas Palembang seperti kursi, lemari, lampu-lampu gantung, dan lainnya. Langit-langit Rumah Limas dihiasi dengan lampu-lampu stolop dengan menggunakan lilin dan air sehingga terlihat efek pelangi.  Terdapat tanduk rusa sebagai gantungan pakaian, lemari gerobok leket, pintu yang tidak menggunakan engsel dan umumnya Rumah Limas menghadap ke arah Sungai.

museum balaputra dewa palembang

Rumah Ulu yang Anti Gempa

museum balaputra dewa palembang

Selain Rumah Limas terdapat pula Rumah Ulu yang tahan terhadap goncangan gempa bumi. Dinamakan  Rumah Ulu karena rumah ini berasal dari Hulu Sungai Musi. Yang paling menarik dari rumah ini adalah tiangnya tidak ditanam namun hanya menggunakan batu yang dijadikan sebagai penyanggah dan lantainya menggunakan bambu. Jadi, kalau ada gempa, rumah ini hanya bergoyang saja. Selain itu, Rumah Ulu memiliki bobot yang ringan, dinding yang bisa dibuka dan tidak memiliki jendela.

Usai mengelilingi Museum Balaputra Dewa, hari pun semakin beranjak senja. Waktu luang untuk menjelajah Kota Palembang semakin menipis. Walhasil, sambil berjalan pulang, Koh Dedy mengajak saya singgah ke Pasar Beduk, tempat dijual aneka takjil khas Palembang sampai waktu berbuka puasa pun tiba.

Mau jalan-jalan ke Bali, Yuk Baca Tulisan Menarik Tentang Bali Di Sini

Share this:

  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
  • Click to share on Telegram (Opens in new window)
  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Tumblr (Opens in new window)
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window)
  • More
  • Click to share on Pocket (Opens in new window)
  • Click to share on Reddit (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Filed Under: Traveling Tagged With: museum balaputra dewa palembang, rumah limas, rumah ulu

  • 1 Liza Fathia
    • 8 Kafe Unik dan Cozy yang Wajib Dikunjungi di Tokyo
    • Stabilizer Listrik: Lindungi Peralatan Elektronik Anda
    • Membangun Keluarga Bahagia dengan Sekolah Keluarga Samara
    • Mengenal Tanda-tanda Hamil Anggur
    • Keuntungan Memilih Bayar Listrik Online di Aplikasi Belanja Online

Reader Interactions

Comments

  1. rahmat2709 says

    July 13, 2017 at 2:54 PM

    Museumnya mirip rumoh panggong di Aceh ya kak. Nice post.

    Reply
    • Liza says

      July 18, 2017 at 11:07 AM

      iya, rumah adat melayu mirip2 memang rahmat, rumah orang padang juga mirip kan, cuma ornamen dan atapnya aja yang beda

      Reply
  2. omnduut says

    July 13, 2017 at 4:01 PM

    Sayang banget gak bisa masuk ya mbak. Karena isi dalamnya bagus 🙂 next ke Palembang bisa main ke Kampung Arab Al-Munawwar dan Pulau Kemaro ya 🙂

    Reply
    • Liza says

      July 18, 2017 at 11:08 AM

      iya, telat soalnya. amiin, lain kali harus dijadwalkan sejak awal nih. heheh tapi jadwal pelatihannya sering mendadak, jadinya ya semuanya harus disesuaikan

      Reply
  3. zata ligouw says

    July 13, 2017 at 4:04 PM

    Waaa keren bangettt.. Aku suka bgt jalan2 ke museum. Mudah2an kapan2 bisa ke sana yaa..

    Reply
    • Liza says

      July 18, 2017 at 11:08 AM

      iya mbak Zata, keren banget. amiin

      Reply
  4. Ophi Ziadah says

    July 13, 2017 at 5:57 PM

    Waktu ke palembang blom mampir sini

    Reply
    • Liza says

      July 18, 2017 at 11:09 AM

      itu artinya kak opi harus ke palembang lagi

      Reply
  5. Nchie Hanie says

    July 14, 2017 at 1:26 AM

    Bayarnya sih cuma 5rb, tapi banyak yang didapatkan ya, sejarah yang luar biasa yang perlu kita mengenalnya. Btw itu rumah limas itu iya ya ada di uang kertas 10rb baru ngeh.
    Ahh jadi mau ke museum balaputra dewa maak..

    Reply
    • Liza says

      July 18, 2017 at 11:09 AM

      ayooo teteh… hihihi, baru ngeh kaaan?

      Reply
  6. Rach Alida Bahaweres says

    July 14, 2017 at 5:50 AM

    Senangnya bisa ke museum, mba. Awalnya aku mengira hanya satu rumah saja tapi teryata ada beberapa ya termasuk rumah anti gempa

    Reply
    • Liza says

      July 18, 2017 at 11:10 AM

      iya, itu kumpulan beberapa rumah sebenarnya. ada tingkatannya sesuai dengan kasta masing-masing

      Reply
  7. andyhardiyanti says

    July 14, 2017 at 1:08 PM

    Museumnya cantik sekali mbak 🙂
    Aihh, kapan yaa saya bisa berkunjung ke Palembang~

    Reply
    • Liza says

      July 18, 2017 at 11:10 AM

      bener banget mbak Andy. ayo ayo dari timur jalan2 ke barat

      Reply
  8. Bobby Ertanto says

    July 14, 2017 at 1:28 PM

    waaah ternyata ada disini toh lokasinya

    Reply
    • Liza says

      July 18, 2017 at 11:11 AM

      iya bang boby, di museum inilah lokasinyaa

      Reply
  9. unishona says

    July 14, 2017 at 3:06 PM

    oh yg d uang 10ribu rumah limas palembang? *kemana aja hehe

    Reply
    • Liza says

      July 18, 2017 at 11:11 AM

      hihihiih…kemana aja mbaak?

      Reply
  10. novaviolita says

    July 14, 2017 at 4:07 PM

    museum sejarah ini ya… archa zaman megalitikum..itu udah lama banget. baru tau dipalembang..ada museum ini…

    Reply
    • Liza says

      July 18, 2017 at 11:11 AM

      kalau ke palembang bisa mampir ke sini mbak nova

      Reply
  11. helenamantra says

    July 14, 2017 at 10:50 PM

    aku tertarik masuk ke rumah limas. Bayangin yang selama ini cuma lihat di uang kertas terus beneran ada di depan mata. Mampir taman mini aja deh

    Reply
    • Liza says

      July 18, 2017 at 11:12 AM

      bener banget helen, tapi pas aku datang udah tutup. kalau dari yang aku baca, di dalamnya banyak peninggalan zaman dahulu yjuga

      Reply
  12. Icha faizah says

    July 14, 2017 at 11:12 PM

    Waaah baru tau saya, seru bgt pasti ?

    Reply
    • Liza says

      July 18, 2017 at 11:12 AM

      pastinya mbak icha

      Reply
  13. rumahsurgablog says

    July 15, 2017 at 8:00 AM

    wah, bangunan yang cantik 🙂

    Reply
    • Liza says

      July 18, 2017 at 11:15 AM

      benar banget

      Reply
  14. Matius Teguh Nugroho says

    July 15, 2017 at 11:56 PM

    Sayangnya kanal-kanal itu sekarang sudah mengalami pendangkalan dan juga kebersihannya nggak dijaga, kak. Venice of The East hanya tinggal sejarah. Semoga masyarakat dan pemerintah lebih sadar lagi akan potensi wisata yang satu ini.

    Reply
    • Liza says

      July 18, 2017 at 11:17 AM

      bener banget nugi, dan hanya beberapa sungai yang berfungsi. di aceh pun demikian, banyak sekali kanal2 yang bisa menjadi potensi wisata, tapi ya gitu deh. aku pun berharap sama, nug, sayang banget kan potensi wisatanya keren gitu tapi disia-siakan

      Reply
  15. aulawi ahmadulawi says

    July 16, 2017 at 8:43 PM

    nah ke plembang gak kabar2 yaaa hehehe

    Reply
    • Liza says

      July 18, 2017 at 11:18 AM

      awiiiii, aih maafkan diriku. duh, aku kok enggak ingat kalau awi di palembang. insyaallah lain waktu kalau kesana lagi aku kabari yaa

      Reply
  16. Firsta | A Travellers Journey says

    July 17, 2017 at 2:11 PM

    Aku beberapa kali ke Palembang juga belum pernah ke sini, Kak. Hahaha semoga ada waktu main lain ke Palembang 🙂 Kangen makanannya juga.

    Reply
    • Liza says

      July 18, 2017 at 11:19 AM

      iya, aku suka banget sama makanan palembang dan yang paling pas dilidahku itu adalah es kacang merah. sampai sekarang masih terasa lezatnya n pingin makan lagi

      Reply
  17. Hanif insanwisata says

    July 18, 2017 at 8:21 AM

    aku dari dulu pengen banget main ke sini 🙁
    tiap main ke Palembang kok g pernah ada yang ngajak ke sini ya

    Reply
  18. Mashadi says

    July 20, 2017 at 5:59 PM

    Wah baru tau, kalo gambar yg di 10 rb an ada di palembang, heheh

    Reply
  19. Deddy Huang says

    July 20, 2017 at 10:18 PM

    nanti kalau dapat tugas lagi kita jalan lagi ya mbak.

    Reply
  20. denie says

    July 22, 2017 at 1:38 PM

    bagus-bagus tuh, kapan saya bisa kesana

    Reply
  21. yellsaints says

    July 23, 2017 at 12:24 PM

    Pengen kemari kak, waktu yel ke Palembang nggk sempat ke Rumah Limas 🙁 cuman lihat miniaturenya aja di bandara.

    Reply
  22. Nur Azizah says

    July 24, 2017 at 11:07 AM

    Keren banget mba rumah limas nya. Tapi aku susah bagi waktu dan jaraknya jauh banget kalo dari bengkulu ke palembang pake travel. Next time aku bakal kesana

    nurazizahkim.blogspot.com

    Reply
  23. Fillyawie says

    July 24, 2017 at 4:20 PM

    Wow rumah Limas itu usianya udah ratusan tahun, keren banget. Pengen tahu kaya apa tampak dalam nya, perabotan dan lampu2nya. Haishhh keponya saya ?✌️.

    Reply
  24. ana ummu fitry says

    July 25, 2017 at 11:59 AM

    saya pikir itu rumah limas di jawa
    hehehe betapa kudetnya saya
    btw itu arca arca arca serasa membawa ke zaman pra sejarah ya
    jadi ingat pelajaran sejarah kelas 1 smp

    Reply
  25. Amanda Desty Yunistyani says

    July 25, 2017 at 2:33 PM

    seru bangeeet! Aku ke Palembang tapi udah lama banget dan gak mampir ke Museum Balaputra Dewa. Huhu. mudah2an suatu saat bisa ke Palembang lagi dan ke Rumah Limas.

    ternyata teras yang bertingkat-tingkat itu ada filosofinya yaa. oh iya.. kalau rumah limas yang umumnya menghadap ke sungai itu apa ada filosofinya juga kak?

    Reply
    • Amanda Desty Yunistyani says

      July 25, 2017 at 2:39 PM

      eh iya Pulau Kemaro bagus juga mbak. aku udah kesana dan agak ngeri nyebrangnya pakai perahu hehe

      Reply
  26. Yudi says

    July 25, 2017 at 3:53 PM

    Wah seru banget ke Palembang, jadi penasaran pengen liat Rumah Limas secara langsung!

    Reply
  27. Ernawati Lilys says

    July 25, 2017 at 3:54 PM

    belum pernah ke rumah limas, semua yang ada di cetakan uang belum ada yang didatangi termasuk danau toba.

    Reply
  28. William Giovanni says

    July 25, 2017 at 4:40 PM

    Saya jadi mengeluarkan uang pecahan sepuluh ribu. Saat mampir ke Palembang akan saya kunjungi juga, apalagi tahan goncangan gempa. Keren ya.

    Reply
  29. Tomi Purba says

    July 25, 2017 at 10:30 PM

    Ternyata uang 10 ribu itu rumah Limas yg di Palembang ya, saya baru ngeh mba.. lumayan ya akhirnya bs jalan² dan berkunjung ke tempat wisata sejarah..
    Oh iya itu rumah berarti gak ada tiang yg masuk tanah ya? Apa malah kuat mba utk fondasi gt

    Reply
  30. Atanasia Rian says

    July 26, 2017 at 8:28 AM

    Wah ini palembang, salah satu keinginanku travelling kesana. Banyak tempat cantik disana semoga bisa segera kesana ahhh mupeng bangett. Sama rumah nya itu paling apik mau foto2

    Reply
  31. Oky Maulana says

    July 26, 2017 at 11:29 AM

    Pengen banget bikin uang trip, jadi aku foto di depan tempat2 yg pernah diabadikan di uang wkwkwk semoga aja segera kejadian. amin.

    Reply
  32. tukangjalanjajan says

    July 26, 2017 at 12:11 PM

    Memang banyak tempat menarik di Palembang yang bisa dikunjungi dan dinikmati, tapi entah kenapa malah kebayang pempek, tekwan, burgo dan banyak lagi. Apakah ini bawaan siang dan aku butuh makanan enak?

    Reply
  33. fania surya says

    July 26, 2017 at 2:56 PM

    Belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di pulau sumatera apalagi kota palembang. Ternyata banyak tempat wisata ya. Museumnya asyik juga. Mudah-mudahan suatu saat ada kesempatan ke palembang dan berkunjung ke museum ini.

    Reply
  34. Yesi Intasari says

    July 26, 2017 at 4:18 PM

    waktu aku jalan-jalan ke Palembang masih banyak banget yang belum ke explore nih, baru tau ada Balaputra Dewa Palembang juga.. biaya masuknay juga murah ya mba cuma 5000 aja

    Reply
  35. Jiah Al Jafara says

    July 26, 2017 at 4:53 PM

    Musium, rumah limas, arca ngingetin kita pd jaman sejarah masa lalu. Oh iya, rumah ulunya betulan anti gempa? Padahal sanggahannya batu aja ya

    Reply
  36. Pu says

    July 26, 2017 at 4:55 PM

    Jalan-jalannya sekalian belajar sejarah. Ingin berkunjung ke sana juga

    Reply
  37. HilmanGraha says

    July 26, 2017 at 7:00 PM

    sebagai yang menyukai sejara, saya sangat ingin sekali bisa ke museum ini, itu arca nya bikin pingin datang dan mengamati

    Reply
  38. aisyahfichapucino says

    July 26, 2017 at 8:36 PM

    seneng banget kalau ada yang berkunjung ke palembang.. gimana gimana seru ya ke palembsng itu.. xixixix

    sbnrnya banyak bgt yg bisa dikulik kalau ke palembang.. salah satunya kalau kreatif kayak mbak liza ini.. bisa ngereview museum balaputra dewa..

    walau ke area ini skrg udah mulai macet..
    nggak kayak dulu masih lancar.. ah tp seru.. aku dulu hampir tiap bln kesini krn byk jg acara nikahan diadakan di aula di dpnnya

    Reply
  39. Nurul Fitri Fatkhani says

    July 26, 2017 at 9:31 PM

    Berkat Kak Liza, saya jadi tau kalau rumah yang ada di uang 10.000 itu adalah rumah limas yang ada di Palembang. Makasih sharingnya Kak.. 🙂

    Saya jadi penasaran dengan ibu-ibu yang memakai tudung saji di kepalanya, gak ada gambarnya Kak ?
    Itu beneran ya…rumah Ulu, gak akan roboh kalau ada gempa? Meskpun gempa besar?

    Reply
  40. Dikki Cantona Putra says

    July 26, 2017 at 9:41 PM

    Ternyata uang 10 ribu bagian rumahnya ada di kota palembang ya baru tau saya. Dan untuk museum balaputra ini bagus banget peninggalan prasejarah dan arca arca bisa jadi edukasi yang bagus untuk anak anak mengetahui sejarah.

    Reply
  41. Ira Duniabiza says

    July 26, 2017 at 11:01 PM

    Karena anak2 masih kecil maoa keinginan untuk mengunjungi tempat seperti di uang Rp1000 ini masih sekadar harapan. Semog pas abak kebih besar bakal punya l3bih banyak waktu dibandingkan kita

    Reply
  42. Sally Fauzi says

    July 26, 2017 at 11:06 PM

    Rumah Ulu itu mungkin bisa diadaptasi di Aceh ya kak…mengingat Aceh sering gempa.

    Huhu aku iri, belum pernah ke Palembang

    Reply
  43. lendyagasshi says

    July 26, 2017 at 11:42 PM

    Kalau melihat bangunan rumah adat tiap daerah tuuh…aku kaguuumm banget.
    Jaman boleh beheula…tapi dari segi ilmu bangunan, mereka juara!

    Dan aku baru lihat setelah disandingkan dengan uang Rp. 10.000,- looh…hiihii..iyaya…sama.

    Reply
  44. widyaherma23 says

    July 27, 2017 at 5:16 AM

    Sepertinya alasan kenapa rumah-rumah sekarang tidak tahan gempa karena proses pembangunannya tidak seperti rumah ulu. Dan baru tau juga kalo rumah yang anti gempa itu tiang nya ga ditanam

    Reply
  45. Wirawan Winarto says

    August 3, 2017 at 2:48 AM

    dua kali ke sini yang paling sering ya foto di depan rumahnya sambil bawa duit hahaha

    Reply
  46. s.aryo says

    September 10, 2017 at 7:54 AM

    pada tahun 1986 sy pernah diklat permuseuman tingkat dasar di museum balaputra dewa palembang selama 15 hari yang diselenggarakan oleh ditjen kebudayaan pendidikan dan kebudayaan ri

    Reply
  47. Nyi Penengah Dewanti says

    October 3, 2017 at 12:00 AM

    Bagus banget tempatnya mba Liz, aku belum pernah kesana. Semoga kapan2 bisa ke sana.

    Reply

Leave a ReplyCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Primary Sidebar

Liza Fathia

Welcome to liza-fathia.com!

Hi, I 'm Liza, a working mom with a beautiful daughter who loves blogging and traveling. I started blogging to create a lifestyle and travel blog that allows me to spend more time focusing on the things I love. Grab a cup of coffee and enjoy reading this blog. I hope you leave the site with some new exciting ideas!

Follow Me

  • Twitter
  • Instagram
  • Pinterest
  • LinkedIn
  • Facebook

Recent Posts

  • 8 Kafe Unik dan Cozy yang Wajib Dikunjungi di Tokyo
  • Stabilizer Listrik: Lindungi Peralatan Elektronik Anda
  • Membangun Keluarga Bahagia dengan Sekolah Keluarga Samara
  • Mengenal Tanda-tanda Hamil Anggur
  • Keuntungan Memilih Bayar Listrik Online di Aplikasi Belanja Online

Community

blogger perempuantravel blogger indonesiagaminong blogger

Copyright© 2023 · by Liza Fathia

 

Loading Comments...
 

    %d