• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Home
  • About
  • Recognition
  • Advertise
  • Disclosure
  • Contact

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

  • ABOUT ME
  • Traveling
  • Advertorial
  • Kesehatan
  • Feature
  • Kuliner
You are here: Home / Opini / Mengubah Diri Melalui Opini

April 22, 2011

Mengubah Diri Melalui Opini

Sebagai mahasiswa, terkadang saya malu dengan predikat yang menempatkan saya sebagai intelektual muda, kelompok penekan (pressure group), dan agen perubahan (agent of change). Rasa malu itu menantang saya untuk menunjukkan apa telah saya dedikasikan selama ini. Meski saya hanya mahasiswa biasa tetapi saya selalu mencoba untuk menjadi luar biasa. Berbagai organisasi kampus pun saya ikuti dengan harapan dapat membimbing saya untuk mengaktulisasikan potensi diri.

Saya bukanlah orator handal pada setiap pertemuan. Malah, saya termasuk dalam golongan pendengar yang budiman di setiap diskusi. Tetapi dengan intelektualitas yang saya milik,i saya ingin menjadi mahasiswa sesungguhnya. Walau tak mampu berteriak-teriak ketika demonstrasi, hanya menjadi pesuruh ketika amal bakti, tidak pernah menjadi decision maker dalam rapat, tetapi saya yakin saya bisa melakukan sesuatu perubahan. Setidaknya perubahan untuk saya sendiri.

Caranya adalah dengan menulis. Dengan kemampuan menulis yang saya miliki, saya ingin menjadi agen perubahan. Namun menulis saja tanpa mempublikasikannya sama saja saya mengeramkan tulisan yang tak akan pernah menetas menjadi tulisan-tulisan baru lainnya. Jadi, agar tulisan saya dibaca oleh banyak orang, maka saya memilih surat kabar (koran-red) sebagai medianya.

Di koran, baik koran kampus, koran lokal, maunpun nasional memiliki rubrik khusus yang disediakan untuk menuliskan opini pembaca. Di dalam opini tersebut seorang penulis dapat menulis gagasan yang disertai dengan teori, referensi dan data sehingga memunculkan solusi.

Media pertama yang saya pilih untuk mengirim opini adalah koran kampus. Berbagai gagasan saya tentang kejadian-kejadian yang saya dan mahasiswa alami di kampus termaktub dalam tulisan saya. Entah itu tentang organisasi kampus, permasalahan antara satu fakultas dengan fakultas yang lain, kekacauan di rektorat, fasilitas kampus yang tidak sesuai dengan iuran SPP yang setiap semesternya harus dibayar oleh mahasiswa, dan lain-lain.

Ketika dimuat untuk pertama kalinya, saya senang bukan main. Namun lama kelamaan saya mulai jenuh sendiri. Saya merasa dengan mudahnya tulisan saya dimuat tanpa ada penolakan sama sekali. Setelah saya telusuri, ternyata animo mahasiswa di kampus saya untuk menyumbangkan gagasannya dalam bentuk opini sangatlah sedikit. Banyak diantara mereka yang lebih memilih berdemonstrasi untuk menyampaikan ketidaksetujuan mereka atas kebijakan-kebijakan kampus. Menggunakan fisik untuk melawan sesuatu yang dianggap tidak benar. Atau hanya diam saja ketika mulut dibungkam.Padahal, saat-saat di mana kita tak memiliki tenaga untuk melawan, kita masih bisa menulis. Saat-saat di mana suara kita dibungkam, kita masih bisa menulis. Saat-saat fisik kita dipenjara, kita masih bisa menulis. Lakukanlah perlawanan, meski dengan hanya menulis.

Setelah tulisan saya dimuat di koran kampus, saya semakin semangat untuk menulis dan membaca.  Saya juga tertantang untuk mengirim opini ke koran lokal. Karena semakin besar media yang dipilih untuk mengirimkan tulisan, maka semakin banyak pula pembaca tulisan tersebut. Sehingga gagasan yang disampaikan oleh penulis tak hanya dibaca oleh satu dua orang, tetapi ribuan bahkan jutaan orang akan membacanya.

Agar opini saya dimuat, berbagai trik agar sebuah opini dimuat di koran pun saya pelajari. Diantaranya mengenal koran yang akan saya kirimkan tulisan, membaca opini-opini yang dimuat setiap harinya, serta mencari tahu informasi yang sedang hangat dan terkini.

Namun, usaha saya untuk mengirimkan opini di koran lokal tidak semulus koran kampus. Sering sekali opini saya tidak dimuat alias ditolak. Akhirnya saya pun menyadari kekurangan  tulisan saya. Saya adalah seorang mahasiswa kedokteran tetapi saya menulis tentang hukum dan ekonomi. Sangat tidak relevan bukan? Kalaupun ingin dimuat, tentunya saya harus mampu beropini yang lebih bagus dibandingkan pakar ekonomi atau setidaknya mahasiswa ekonomi.

Lalu saya berpikir. Kenapa saya tidak menulis tentang kesehatan saja? Bukankah topik ini juga banyak diperbincangkan orang? Sebagai mahasiswa kesehatan sudah seharusnya  saya paham tentang isu-isu kesehatan yang berkembang. Hal itu pasti akan membantu saya dalam berargumentasi. Ternyata usaha saya kali ini membuahkan hasil. Opini saya dimuat di koran.

Selain menulis tentang topik yang kita kuasai, ternyata menulis topik yang paling kita minati juga berpeluang untuk menghasilkan sebuah opini yang bagus. Kenapa demikian? Hal ini dikarenakan pengetahuan kita tentang sesuatu yang ingin ditulis lebih banyak dibandingkan dengan topik-topik yang sedang hangat-hangatnya tetapi bukan dibidang yang kita geluti atau yang kita minati.

Saya merasa saat opini saya dimuat di koran, keinginan saya untuk menjalankan tugas sebagai mahasiswa mulai terealisasi. Saya telah mampu menjadi agen perubahan untuk diri saya sendiri. Dengan menulis saya bisa mengubah diri saya yang pendiam dan selalu menjadi pendengar budiman ke seorang mahasiswa yang mampu mengungkapkan gagasannya melalui tulisan.

Saya yakin, semua mahasiswa mampu menulis opini. Ingat! Kita adalah kaum intelektual. Pelajaran menulis telah kita pelajari sejak duduk di bangku sekolah dasar sampai menjadi mahasiswa. Sekarang tinggal bagaimana cara kita mengasah kemampuan yang telah kita miliki tersebut dengan terus berlatih. Jika sekarang kita telah mulai menumbuhkan kebiasaan untuk menulis, beberapa tahun nanti akan lahir mahasiswa-mahasiswa yang mampu menulis opini diberbagai media yang dapat mencerahkan banyak orang. Semoga. Salam Mahasiswa.

Share this:

  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
  • Click to share on Telegram (Opens in new window)
  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Tumblr (Opens in new window)
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window)
  • More
  • Click to share on Pocket (Opens in new window)
  • Click to share on Reddit (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Filed Under: Opini Tagged With: lomba blog, opini

  • 1 Liza Fathia
    • 8 Kafe Unik dan Cozy yang Wajib Dikunjungi di Tokyo
    • Stabilizer Listrik: Lindungi Peralatan Elektronik Anda
    • Membangun Keluarga Bahagia dengan Sekolah Keluarga Samara
    • Mengenal Tanda-tanda Hamil Anggur
    • Keuntungan Memilih Bayar Listrik Online di Aplikasi Belanja Online

Reader Interactions

Comments

  1. Sugeng says

    April 22, 2011 at 10:14 PM

    Memang seharusnya mahasiswa menjadi agen perubahan dan bukan menjadi agen provokasi yang sering merusak fasilitas umum. Selamat atas prestasi yang bisa menjadi agen perubahan setidaknya bagi diri sendiri 😆

    Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan

    Reply
  2. AMYunus says

    April 23, 2011 at 12:08 AM

    Wah ternyata memang jago nulis ya si mbak ini :mrgreen:

    Reply
  3. Ayi says

    April 26, 2011 at 5:35 PM

    nah, yg ini saya sangat setuju, kenapa harus mendewakan koar-koar dijalan dari pada duduk menarikan jemari. yah, mungkin karena kita lupa kenapa Tuhan mencipta satu mulut dengan dua telinga 🙂

    Reply
  4. Aulia says

    April 26, 2011 at 8:54 PM

    Selain opini, argumentasi yang kuat lengkap fakta sekitar layaknya “agent of change” juga patut diperhitungkan, terlebih dari itu adalah aksi, implikasi dalam kehidupan sehari-hari 🙂

    Hidup Mahasiswa!

    Reply
  5. auraman says

    April 28, 2011 at 7:51 PM

    salut denganmu mbak,.. perubahan itu memang penting apalagi perubahan menuju kebaikan, jangan sampai mudah terpengaruh dan mudah di provokasikan,.. ayo rubah nama mahasiswa yang sekarang sudah di cap suka ribut antar jurusan bahkan satu kampus ck ck

    Reply
  6. Fahrie Sadah says

    May 4, 2011 at 11:55 PM

    Senjata perubahan kita dengan menulis ..! keep writing

    Reply
  7. awitara says

    May 7, 2011 at 5:18 PM

    salu buat lisa. Diantara mahasiswi, yang pernah tulisannya saya baca cma kmu. sangat menari,runtut dan tidak belepotan,,hehe.
    dikampussaya pun seperti itu, saya juga penggiat persma kampus. animo mhasiswa/mahasiswi begitu minim, apalahi mau beropini di mediasekelasmedia cetka(koran).
    Menrik sekaligus tepat saya berkunjung kesini. saya juga penulis aktif di media cetak lokal di Bali, tentunya tulisan yang saya kirim pun seperti lisa. harus berhadapan dengan orang yang lebi diatas keilmuan saya. belum lagi harus mengangkat tulisan di luar konteks keilmua saya, namun acapkali itu lah tantangannya. salam kenal ya lisa,,,,

    Reply
  8. Suakcot says

    May 13, 2011 at 10:48 AM

    Bgus opininya,emanx pnter,
    yasirmaster.Blogspot.Com

    Reply
  9. rumah dijual says

    May 18, 2011 at 9:42 AM

    opini asukan yang asangat bagus tw,,, 🙂

    Reply
  10. johan says

    May 21, 2011 at 7:19 PM

    cukup menginspirasi kita bersama, opini bagian dari ide kita, bebas beropini, berbas berkarya, namun tetap bertanggung jawab

    Reply
  11. Poen says

    May 27, 2011 at 10:46 AM

    Teruslah berusaha dan berjuang karena Kegagalan itu biasa… Keberhasilan yang luar biasa bagi kehidupan kita

    Reply

Leave a ReplyCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Primary Sidebar

Liza Fathia

Welcome to liza-fathia.com!

Hi, I 'm Liza, a working mom with a beautiful daughter who loves blogging and traveling. I started blogging to create a lifestyle and travel blog that allows me to spend more time focusing on the things I love. Grab a cup of coffee and enjoy reading this blog. I hope you leave the site with some new exciting ideas!

Follow Me

  • Twitter
  • Instagram
  • Pinterest
  • LinkedIn
  • Facebook

Recent Posts

  • 8 Kafe Unik dan Cozy yang Wajib Dikunjungi di Tokyo
  • Stabilizer Listrik: Lindungi Peralatan Elektronik Anda
  • Membangun Keluarga Bahagia dengan Sekolah Keluarga Samara
  • Mengenal Tanda-tanda Hamil Anggur
  • Keuntungan Memilih Bayar Listrik Online di Aplikasi Belanja Online

Community

blogger perempuantravel blogger indonesiagaminong blogger

Copyright© 2023 · by Liza Fathia

%d