• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Home
  • About
  • Recognition
  • Advertise
  • Disclosure
  • Contact

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

  • ABOUT ME
  • Traveling
  • Advertorial
  • Kesehatan
  • Feature
  • Kuliner
You are here: Home / Kesehatan / Konsumsi Dedak aka Bekatul Dapat Turunkan Berat Badan

December 29, 2014

Konsumsi Dedak aka Bekatul Dapat Turunkan Berat Badan

bekatul Pernah dengar bekatul atau dedak? Teman-teman yang memelihara ayam atau bebek pasti tidak asing dengan dua nama yang saya sebutkan tadi. Yang tinggal di desa pun demikian, istilah dedak pasti sudah melekat diingatan. Begitu pun dengan saya, yang pernah memelihara ayam/bebek dan tinggal di pedesaan, bekatul atau dedak sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Tanpa dedak, hidup ini kurang lengkap. Apalagi ibu saya, rela melanglang buana kemana saja untuk mencari sisa gilingan padi ini. Maklum saja, dedak adalah makanan ternak peliharaan kami.

Namun, apa jadinya jika pakan ternak itu disuruh makan ke kita? Hii… Ngebayangi saja saya enggak sanggup. Tapi kalau yang menawarkan itu suami tercinta?

Awalnya saya sempat tersinggung saat suami menyuruh saya makan dedak.
“Dek, Adek makan dedak aja biar kurus,” pintanya saat saya sedang lahap menyantap nasi plus terasi dan kepala ikan tongkol tumis.

Mendengar itu saya pura-pura ngambek. Duh, tega nian suami saya. Masa istrinya disuruh makan makanan bebek.
“Bang, Abang enggak sanggup ngasih makan adek lagi ya? Kalau emang enggak sanggup bilang.”
“Benar lho, dedak itu bagus untuk diet karena bisa bikin cepat kenyang. Terus tinggi kadar vitamin B dan mineral.”
“Enggak percaya!”
Suami saya kadang suka usil. Jadi, apa yang diucapkannya terkadang meragukan.
“Betul lho, profesor gizi klinik sendiri yang bilang. Coba adek lihat, bebek aja bisa sehat makan dedak. Ayo dek, jangan sampai adek terserang sindrom metabolik gara-gara overweight.”

Hmm… Memang benar kata suami saya. Saat hamil, berat badan saya naik drastis sebanyak 20kg. Saya yang sebelum hamil memang sudah overweight dengan postur tubuh genoid, tambah bulat saat mengandung dulu. Kini setelah melahirkan, berat badan saya masih belum ideal. Walaupun kata orang menyusui itu bisa bikin kurus, tapi itu belum berlaku untuk saya. Mungkin karena baru dua bulan menyusui kali ya. Jadi saya harus melakukan apa?

Diet dengan cara mengurangi makan? Big No! Haram hukumnya diet untuk busui. Lalu? Makan dedak? Oh tidaak… Saya juga tidak mau terserang sindrom metabolik gara-gara kegemukan. Tau kan apa itu sindrom metabolik? Itu lho, kumpulan penyakit seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan dislipidemia. Nah, salah satu faktor resiko penyakit ini adalah KEGEMUKAN alias obesitas. Idealnya, saya harus menurunkan 15kg berat badan untuk mencapai indeks masa tubuh yang normal.

“Abang ini, mentang-mentang lagi neliti tentang metabolic syndrome, kita-kita juga kena getahnya.”
“Ya, ini juga demi kebaikan kamu, Dek. Kalau adek langsing, tambah cantik, kan abang juga yang senang :)”
Eaaaaa… Mulai deh, si Abang merayu. Huh, bilang aja malu punya istri dudut 🙁

Manfaat Bekatul

Penasaran dengan kuliah singkat dari suami, saya pun mencari tahu tentang manfaat bekatul. Jreng jreng. Ternyata apa yang dikatakan suami saya bukan hoax semata. Jadi malu udah negative thinking duluan. Dedak atau bekatul benar-benar bisa menjadi makanan bagi mereka yang ingin mendapatkan tubuh yang ideal tanpa kekurangan gizi. Yup, makanan yang sering dijadikan pakan ternak ini ternyata mengandung banyak gizi.

Seperti yang dituliskan oleh Nagendra Pasad, dkk dalam jurnal ilmiah yang berjudul Health Benefits of Rice Bran, dedak yang selama ini dijadikan pakan ternak ternyata tinggi akan antioksidan dan phytonutrients (nutrisi penting dari tumbuhan) seperti oryzanols, tocopherols, tocotrienols, phytosterols dan serat yang penting bagi tubuh. Konsumsi dedak juga bisa menurunkan kadar kolestrol, mencegah kanker, mengurangi gejala-gejala saat menopause dan post menopause.

Hmm… Rupanya dedak tidak hanya bermanfaat untuk ternak saja, tapi juga bisa menguruskan sang pemilik ternak dan mencegahnya dari berbagai penyakit. Karena kaya akan zat gizi, banyak orang yang menjadikan dedak sebagai pengganti nasi. Memodifikasikan bekatul ini menjadi kue atau biskuit sehingga sangat lezat dimakan. Lalu, akankah saya beralih untuk menggunakan dedak untuk diet saya? Hm… Pikir-pikir dulu ya, sobat. Kalau ada yang pernah mencoba, share ke saya, ya! siapa tahu bisa termotifasi.

Share this:

  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
  • Click to share on Telegram (Opens in new window)
  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Tumblr (Opens in new window)
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window)
  • More
  • Click to share on Pocket (Opens in new window)
  • Click to share on Reddit (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Filed Under: Kesehatan, Kuliner Tagged With: bekatul, dedak, manfaat dedak, pitonutrien

  • 1 Liza Fathia
    • Serunya Pakai Aplikasi Gym Indonesia untuk Atur Jadwal Latihan
    • 8 Kafe Unik dan Cozy yang Wajib Dikunjungi di Tokyo
    • Stabilizer Listrik: Lindungi Peralatan Elektronik Anda
    • Membangun Keluarga Bahagia dengan Sekolah Keluarga Samara
    • Mengenal Tanda-tanda Hamil Anggur

Reader Interactions

Comments

  1. Cough says

    January 20, 2015 at 6:15 PM

    Tapi kok dedak sih ya mbak … saya sebelum baca tuntas jadi kaget hehe tapi iya juga sih klo mematikan pasti ternak pada habis 😀

    Reply
    • liza says

      April 28, 2016 at 5:59 PM

      aku juga awalnya enggak percaya, tapi bgitulah kenyataanya

      Reply
  2. tunis says

    January 20, 2015 at 7:46 PM

    wah, tega sekali misua nya ya? 🙂

    Reply
  3. konveksi seragam jaket kaos says

    July 14, 2015 at 9:04 AM

    postingan nya bermanfaat i like it

    Reply
  4. Bams says

    August 16, 2015 at 9:14 AM

    mungkin ini alasan kenapa bebek (yang notabene memakan dedak) tidak ada yang overweight 😀
    terima kasih ya mba, tulisannya begitu bermanfaat dan tentunya patut untuk dicoba 🙂

    Reply
  5. Alinebula says

    April 24, 2016 at 7:37 PM

    Turun 16 kilo kurang Dr 3 bulan tapi setelah berhenti makan, berat tetap stabil. Padahal sy makan bekatul cuma sbg pengganti nasi, tetep makan ayam daging snack. Kalo pagi beli topping d abang bubur ayam, buburnya pale bekatul. Pokoknya ga makan nasi ama belajar minum teh tawar, gulanya paling klo pengen jajan martabak atau kue ape

    Reply

Leave a ReplyCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Primary Sidebar

Liza Fathia

Welcome to liza-fathia.com!

Hi, I 'm Liza, a working mom with a beautiful daughter who loves blogging and traveling. I started blogging to create a lifestyle and travel blog that allows me to spend more time focusing on the things I love. Grab a cup of coffee and enjoy reading this blog. I hope you leave the site with some new exciting ideas!

Follow Me

  • Twitter
  • Instagram
  • Pinterest
  • LinkedIn
  • Facebook

Recent Posts

  • Serunya Pakai Aplikasi Gym Indonesia untuk Atur Jadwal Latihan
  • 8 Kafe Unik dan Cozy yang Wajib Dikunjungi di Tokyo
  • Stabilizer Listrik: Lindungi Peralatan Elektronik Anda
  • Membangun Keluarga Bahagia dengan Sekolah Keluarga Samara
  • Mengenal Tanda-tanda Hamil Anggur

Community

blogger perempuantravel blogger indonesiagaminong blogger

Copyright© 2023 · by Liza Fathia

%d