Berangkat dari kota yang cukup jauh dari bandara, dan harus mengejar pesawat dini hari, memiliki tantangan tersendiri. Kota Sukabumi berjarak sekitar 136 km dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Dengan adanya pembangunan akses jalan tol Bocimi, arus lalu lintas jadi lebih tidak terprediksi. Selepas panggilan mendadak karena urusan keluarga di kampung halaman, saya harus terbang lagi ke luar negeri karena ada tugas dari kantor, lagi-lagi harus ambil penerbangan pagi hari.
Tidak mau mengambil resiko terlalu tinggi ketinggalan pesawat dan ingin beristirahat sebelum naik pesawat, saya putuskan untuk menginap di hotel transit dekat bandara. Dengan memeriksa Traveloka.com, saya putuskan memilih Swiss-Belinn Hotel. Komentar di situs dari tamu yang pernah menginap di hotel tersebut umumnya baik, walaupun saya sebenarnya tidak berharap banyak, toh saya hanya akan sekadar transit di sana. Yang paling penting, harga hotel di Jakarta ini juga masih masuk di akal.
Dari Sukabumi saya berangkat usai shalat zuhur dan tiba di hotel saat mau maghrib, ada sedikit kemacetan hari itu, biasalah, ini kan kota besar. Resepsionis sempat membuat saya menunggu sejenak untuk konfirmasi pesanan lewat Traveloka, atau mungkin hanya perasaan saya saja, rasa lelah hari itu membuat saya tidak sabaran ingin cepat-cepat istirahat di kamar. Setelah proses check-in selesai, saya langsung menuju kamar dan melemparkan tubuh ke tempat tidur. Ingin berselfie seperti kawan-kawan travel blogger lain yang kerap berfotoria didalam kamar Hotel, tapi rasa lelah hari itu mengalahkan semua nafsu selfie. hmmm.
Setelah beberapa saat memejamkan mata namun belum tertidur, baru saya sadar kalau kamar ini cukup sunyi untuk ukuran hotel yang berada dekat bandara. Awalnya saya berpikir kalau saya bakal terus menerus mendengar suara pesawat hilir mudik, secara hotel ini kan dekat bandara, tapi ternyata tidak. Sekilas saya lihat kalau kasur dan kamar yang saya tempati cukup bersih, ada TV di depan mata, plus AC nya yang terus menyala. Cuma saya benar-benar hanya ingin istirahat sehingga tidak ada minat sama sekali untuk menyalakan TV.
Setelah bangun tidur dan merasa tidak begitu lelah lagi, baru saya sempat untuk “observasi” lebih jauh dengan keadaan kamar saya menginap hari itu. Nuansa coklat muda dan putih yang mendominasi ruangan menenangkan pikiran dan badan yang lelah. Ada welcome drink di meja samping tempat tidur. Jendela dengan tirai cokelat muda tertutup rapat. Pemandangan selalu menjadi nilai tambah dari suatu kamar yang kita pilih, dan saya penasaran dengan pemandangan apa yang bisa saya lihat dari kamar ini. Ternyata pemandangan lampu-lampu malam daerah sekitar yang tampak, maklum, waktu bangun udah gelap. Yah, ini lebih baik saya pikir, daripada pemandangan siang hari yang katanya adalah pemandangan daerah perkampungan, tergantung posisi kamar berada.
Selesai “obervasi” dari dalam kamar, saya putuskan untuk mandi dulu sebelum makan malam. Baru sadar kalau dari Sukabumi tadi saya belum makan apa-apa. Kamar mandinya cukup memadai dan peralatan mandi cukup lengkap. Berhubung aku menginginkan kesegaran, saya mandi pakai air dingin saja. Handuk yang disediakan juga sangat bersih, dan ada dua biji, satu saya pakai untuk mengelap selesai mandi, satunya lagi sebagai sajadah, hehe, baru sadar kalau saya lupa bawa sajadah dari rumah, jadinya handuk bersih ini saya alihfungsikan.
Selesai mandi dan shalat Isya, saya putuskan untuk tidak meng order makanan kedalam kamar, tapi langsung ke restoran hotel. Mengacu pada ulasan tamu, saya memesan sop buntut yang katanya lezat. Ternyata benar! Good food really does add something to your perspective, and your mood! Penilaian saya tentang hotel ini langsung bertambah. Minuman hangat kurang bervariasi, tapi tidak masalah karena saya hanya ingin teh hangat dan itu tersedia. Sempat ingin pesan kopi Aceh disana, tapi kalau minum kopi Aceh itu ya di tempat asalnya langsung lah, “ntar saja waktu pulang ke Aceh saya minum sepuasnya” pikir saya, sekarang nikmati dulu apa yang ada di restoran hotel ini.
Selesai makan malam, perut kenyang dan badan bersih namun lelah, membuat saya langsung ingin tidur lagi. Namun saya sadar kalau harus mengejar pesawat jam 4 pagi esok harinya. Untuk meyakinkan diri, sekali lagi saya ke resepsionis dan diberitahu bahwa shuttle bus tersedia sejak jam 2 pagi dan memastikan bahwa saya akan mendapatkan kursi. Dengan perasaan tenang, saya balik ke kamar dan pergi tidur.
Benar saja, jam 2 dini hari shuttle bus sudah siap dan mungkin karena memang tidak banyak yang berangkat sepagi itu, masih ada beberapa kursi kosong tersedia. Lalu lintas yang lengang membuat kami cepat sampai di bandara dan saya bisa melanjutkan sedikit istirahat saat menunggu pesawat.
Walaupun hanya hotel transit, saya mendapatkan pengalaman yang cukup memuaskan menginap diĀ Swiss-Belinn Hotel. Istirahat yang cukup berkualitas di sana membuat perjalanan berikutnya dapat saya lakukan dengan semangat baru. Kapan-kapan kalau transit, mau tidur di hotel ini lagi ah..
Linto says
Lha mbak, bagaimana bisa lupa selfie di kamar hotel? Biasanya dimana mana selfie.. Hehe
Liza Fathia says
Ah, tau saja anda…
Lidya says
jadi gaktakut terlambat ketinggalan pesawat ya
Liza Fathia says
Iya mbak, benar sekali…
puputs says
harga.. bagaimana dengan harga, berbanding lurus dng fasilitas atau gmn
Liza Fathia says
harganya cukup bersahabat puuts
abah shofi says
Kalo saya biasa melewati (nggak menginap) swiss-bellin nya kemang. š
Memang hotelnya bagus ya mba..
Liza Fathia says
bener banget abah…
cumilebay.com says
Selarang banyak banget hotel di seputaran bandara
Liza Fathia says
Iya bener banget
kholis says
sebenarnya banyak hotel dijakarta dibawah 300rb mba, bahkan yg 100rb juga ada hehe
kalo mau hemat tidur dimesjid aja, saya waktu traveling suka gitu heheh
academic Indonesia says
Terima kasih atas artikel rekomendasinya ya š
Makanan hotelnya ada yang khas dari desa-desa tidak ya
mysukmana says
kalau saya pernah nginep nya di Swiss Belin Saripetojo, hote baru di solo hehe..kamarnya mirip banget..apa emang udah standarnya ya
Liza Fathia says
Iya mas, aku pernah baca review mas. Mgkn sdh standard spt itu y
Lidya says
mengingat kondisi Jakarta yang gak bisa diprediksi ya mbak ,lebih enak menginap di hotel dekat bandara. Aku kalau penerbangan pagi dari rumah jam 3 dini hari š
ternakayam99 says
makasih reviewnya, mga makin sukses
Liza Fathia says
Sama2