• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Home
  • About
  • Recognition
  • Advertise
  • Disclosure
  • Contact

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

  • ABOUT ME
  • Traveling
  • Advertorial
  • Kesehatan
  • Feature
  • Kuliner
You are here: Home / Aceh / Bertualang ke Gua Batee Meucanang: Objek Wisata Gua di Aceh Selatan dengan Pemandangan Aduhai

July 23, 2017

Bertualang ke Gua Batee Meucanang: Objek Wisata Gua di Aceh Selatan dengan Pemandangan Aduhai

gua di aceh selatanGua di Aceh Batee Meucanang, sudah lama saya mendengar nama objek wisata gua di Aceh Selatan itu tepatnya ketika mencari tahu tempat-tempat wisata menarik di kabupaten yang langsung berbatasan dengan tempat tinggal saya saat ini, Aceh Barat Daya. Gua yang namanya memiliki makna batu yang menghasilkan bunyi seperti canang atau gong.  Namun, baru beberapa waktu yang lalu saya sampai di lubang besar yang terletak lereng gunung yang termasuk ke dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) itu. Gua Batee Meucanang ini tepatnya terletak di Desa Batee Meucanang, Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan. Untuk sampai kesana, kamu bisa menggunakan transportasi umum seperti mobil penumpang L300 sampai ke Labuhan Haji. Ohya, saat ini kamu bisa unduh Moovit, aplikasi di smartphone yang memudahkan kita untuk berjalan kemanapun dengan angkutan umum di negeri ini.

Hari itu, kami memang tidak memiliki itenary khusus saat memutuskan traveling ke Aceh Selatan. Berawal dari pemadaman listrik dari pagi sampai sore oleh PLN sehingga tak ada yang bisa saya lakukan di rumah, maka bersepakatlah saya dan Naiza, teman saya untuk jalan-jalan ke Kota Naga, sebutan lain untuk kabupaten itu. “Jalan aja, kalau ada tempat menarik, kita singgahi.” Begitu ucapku kepada Naiza ketika ia bertanya hendak kemanakah kami.

Baca juga: Bermain di Pantai Jilbab Abdya

Dengan menggunakan motor matic, kami berjalan santai menuju kabupaten tetangga. Tatkala gapura yang bertuliskan Selamat Datang di Kota Tasawuf tepat berada di depan kami, itu bermakna bahwa kami telah tiba di perbatasan kabupaten. Sesuai dengan julukannya, di sepanjang jalan, kami melihat puluhan pesantren tradisional tempat orang-orang belajar ilmu sufi didirikan. Labuhan Haji Barat nama wilayah itu, sebuah kecamatan yang beribukotakan Blang Kejeuren.

Batee Meucanang : Batu yang berbunyi seperti gong

Tidak berapa jauh kami berjalan, pasar Blang Kejeuren yang menjadi pusat keramaian pun kami temukan. Di sana terdapat persimpangan jalan yang jika kami berbelok ke kiri, ada papan petunjuk arah dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh (Disbudpar Aceh) yang bertuliskan Objek Wisata Gua Batee Meucanang. Tidak ketinggalan logo Visit Aceh dengan sulur Bungong Jeumpa di sudut bawahnya. Namun, jika kami berbelok ke kanan, sebuah spanduk besar dengan wajah ulama Aceh yang terkenal dan baru meninggal beberapa waktu silam terpampang. Beliau adalah almarhum Jamaludin Waly mertua ustad Arifin Ilham, yang tidak lain adalah pimpinan pondok Pesantren Darussalam yang letaknya tidak jauh dari persimpangan jalan itu.

Kami pun memilih jalan ke kiri, menelusuri letak Gua Batee Meucanang yang sudah lama menimbulkan rasa penasaran.

Saat pertama sekali mendengar nama gua di Aceh Selatan ini, saya langsung penasaran dengan makna Batee Meucanang yang menjadi julukannya . Jika batee berarti batu dalam bahasa Indonesia, maka meucanang bisa jadi dia ambil dari kata canang yang bermakna gong. Ketika canang diberikan imbuhan meu maka ia telah berubah menjadi kata kerja. Imbuhan meu dalam bahasa Aceh sama seperti imbuhan ber dalam bahasa Indonesia. Bisa jadi arti meucanang itu adalah berbunyi seperti gong dan batee meucanang merupakan batu yang bisa menghasilkan bunyi seperti gong/canang, simpul saya.

Gua batee meucanang

Naiza tampaknya kesulitan membawa motor di jalan berbatu dan penuh dengan tanjakan

“Ikuti saja jalan ini. Nanti setelah jalanan beraspal akan ada hutan dan jalan berbatu yang sudah mengalami pengerasan. Jalannya sudah bagus walau belum beraspal. Tidak jauh dari sana gua itu berada,” jelas seorang ibu yang sedang menjaga kedai ketika kami dimana letak gua tersebut.

Kami lalu berjalan memasuki Desa Batee Meucanang, perkampungan penduduk yang namanya diambil dari nama gua tersebut, sampai akhirnya kami tiba di jalan berbatu yang penuh dengan tanjakan dan turunan.

Gua batee meucanang

Perjalanan menuju lokasi gua Batee Meucanang Aceh Selatan

Hawa dingin mulai merasuk pori-pori kulit ketika kami memasuki hutan yang di dalamnya tumbuh pohon durian, pohon pala, karet, dan beraneka tanaman tropis lainnya. Hutan belantara yang kami masuki ini adalah Kawasan Ekosistem Leuser. Sayangnya, hutan ini tidak lepas dari moral hazzard yang dilakukan orang-orang yang tak bertanggung jawab. Penebangan pohon dan alih fungsi hutan menjadi perkebunan juga terjadi di daerah ini.

Gua batee meucanang

Wilayah Gua Batee Meucanang termasuk ke dalam Kawasan Ekosistem Leuser

Tidak jauh kami berjalan, kami menemukan kebun warga yang telah ditanami sawit di dalamnya. Tanjakan dan turunan terus kami lewati sampai akhirnya kami mendengar gemercik air sungai yang bergesekan dengan bebatuan.

Baca juga: Ketika Air Terjun dan Lautan Saling Berhadapan di Samadua, Aceh Selatan

“Kak, keren kali pemandangannya, kayak di drama Korea gitu,” seru Naiza saat melihat sungai kecil yang jernih dengan bebatuan besar di sekitarnya tepat di pinggir jalan yang kami lalui. Rimbunya pepohonan di sekitar membuat teriknya matahari sama sekali tidak terasa.

Gua batee meucanang

Ini nih yang kata Naiza mirip di drama Korea. Mirip dari mananya ya?

Menurut Naiza, situasi seperti ini mengingatkan dirinya akan kondisi Dinasti Joseon yang kerap ditayangkan dalam drama Korea. Ah, bisa-bisa aja.

Suasana di sekitar kami tampak sepi. Hanya ada satu – dua warga yang sedang membersihkan kebun mereka. Rasa takut sempat menyelinap ketika kami berhenti di pinggir sungai, takut ada orang yang hendak berbuat iseng, tapi buru-buru kami tepis dengan mencoba berpikir positif.

Kami terus berjalan, tapi tidak ada petunjuk di mana Gua Batee Meucanang itu berada. Memang, di pinggir jalan yang kami lalui, ada sebuah mushalla. Namun, jika dilihat dari kondisi tempat ibadah tersebut yang penuh dengan kayu dan kotoran binatang, sepertinya bangunan ini sudah tidak berfungsi lagi. Pun demikian dengan kamar mandi di sampingnya, sudah tidak bisa digunakan. Hanya saja sungai di dekatnya terlihat sangat bersih. Gradasi warna pada air sungai ini sungguh memikat. Jernihnya air sungai dan hijaunya lumut semakin indah dengan pantulan cahaya matahari.

Gua bater meucanang

Sungai dengan lumut di dalamnya terlihat sangat indah dan menyejukkan

Di seberang mushalla dan sungai itu, terlihat seorang laki-laki sedang membersihkan kebunnya yang ditumbuhi semak belukar. Tapi di manakah Gua Batee Meucanang itu, ya?

Saya dan Naiza terus melaju, melewati jalan yang mendaki sambil menikmati keindahan alam di sekitarnya. Ketika menemukan sebuah rumah di tengah hutan dan melihat sepasang suami istri yang sudah paro baya dan seorang bocah laki-laki di depannya, kami pun berhenti. Ternyata, di situ adalah lokasi penyulingan minyak nilam. Minyak yang menjadi bahan baku utama sebuah parfum.

Gua batee meucanang

Rumah kayu tempat penyulingan nilam

Kami pun singgah sejenak di sana dan melihat cara penyulingan nilam sampai menghasilkan minyak. Kemudian kami pun bertanya kepada sang bapak dimana lokasi Gua Batee Meucanang itu berada.

“Gua itu tepat di depan mushalla yang dipinggir jalan waktu kalian kesini tadi. Cuma agak susah naik ke atasnya karena sudah ditumbuhi belukar. Selama pembuatan jalan, enggak ada lagi orang yang ke gua itu,” ungkap sang bapak.

Kami pun kembali ke mushalla itu dan memakirkan sepeda motor di depannya. Sesuai dengan petunjuk bapak pemilik penyulingan nilam, kami menyebrangi jalan dan mendaki gunung tempat gua berada. Hampir 20 meter gunung itu kami daki dengan nafas yang sudah putus-putus tapi tidak ada petunjuk tentang keberadaan gua. Syukurnya, seorang lelaki yang sedang membersihkan kebunnya itu mengatakan bahwa jalur yang kami daki itu salah. Ia lalu menunjukkan arahnya kepada kami.

Gua di aceh selatan

Bang Den sedang membersihkan semak belukar agar kami bisa berjalan menuju gua

“Arahnya ke kiri. Tapi agak susah karena banyak sekali semak belukarnya,” jelas Bang Den, nama lelaki itu yang merupakan penduduk asli Labuhan Haji itu.

Dengan parang di tangan, Bang Den lalu membersihkan belukar yang menutupi badan jalan. Ia pun menemani saya dan Naiza mendaki gua tersebut.

Gua batee meucanang

Karena pendakian ke arah gua sangat terjal, Naiza menyerah. Sepatu yang ia gunakan terlalu licin dan bisa membuatnya terpeleset. Walhasil, hanya saya dan Bang Den yang mendaki gua.

Ketika kami sampai di gua yang berukuran sekitar 20 meter itu, dua ekor kelelawar yang terusik karena kedatangan kami pun berterbangan dari sarangnya.

Gua batee meucanang

“Sudah lama tidak ada orang yang ke gua ini. Hampir setahun tepatnya sejak pembangunan jalan. Makanya jadi kotor. Mushalla yang di bawah itu pun rusak karena pembangunan jalan,” jelas Bang Den.

Gua Batee Meucanang dan alunan musik dari sebuah batu

Lelaki yang ternyata adalah pemilik tanah di sekitar gua ini pun bercerita tentang legenda Gua Batee Meucanang tersebut.

“Dulu, ada seorang putri yang diasingkan di gua ini. Putri tersebut dianggap memiliki penyakit yang membahayakan. Di dalam persembunyiannya, sang putri sering memukul-pukul batu di bagian gua dan terdengar bagaikan alunan musik yang indah. Batu yang menghasilkan musik itulah dinamakan Batee Meucanang,” cerita Bang Den yang ia ketahui secara turun temurun dari keluarganya.

Gua batee meucanang

Gua batee meucanang

Pemandangan di dalam gua batee meucanang

Karena kondisi gua yang tidak memungkinkan untuk dimasuki, saya hanya bisa berpuas diri melihatnya dari selasar. Sebuah pohon besar yang ditumbuhi jamur menjadi sandaran saya saat mencoba mendaki sedikit demi sedikit bagian depan gua.

Gua batee meucanang

Menurut Bang Den, selain terdapat batee meucanang, di dalam gua ini juga terdapat peralatan masak seperti ulekan yang telah berwujud batu. 

“Ada juga telapak kaki manusia. Konon ceritanya, dulu ada ulama yang bertapa di dalam gua ini dan itu adalah tapak kakinya,” jelasnya.

Gua batee meucanang

Setelah melihat-lihat di sekeliling gua, kami pun kembali lagi ke bawah dan menuju sungai di samping mushalla.

“Di sungai inilah putri yang diasingkan itu membersihkan diri dan mengambil air untuk kelangsungan hidupnya,” lanjut Bang Den yang kemudian berpamitan karena hendak menyelesaikan pekerjaannya membersihkan kebun.

Gua di aceh selatan

Saya dan Naiza lalu memanjakan diri dengan bermain air di sungai yang ditumbuhi lumut ini. Tidak lama kemudian, dua orang laki-laki berusia remaja berhenti di sungai itu dan mengambil lumut di sana.

“Untuk mancing, Kak,” jawab salah satu dari mereka ketika kutanyakan untuk apa lumut tersebut.

Wah, saya baru tahu kalau ternyata lumut tersebut bisa digunakan untuk memancing ikan.

gua batee meucanang

Gua di aceh selatan

Hari semakin siang, perut pun mulai keroncongan. Ada rasa sesal karena tidak meembawa bekal saat berangkat dari rumah tadi. Makan-makan di pinggir sungai sambil menikmati keindahan alam pasti sangat seru. Apalagi lokasinya sangat sepi dan belum dikotori oleh aksi vandalisme. Akhirnya, setelah puas bermain air dan mengabadikannya dalam kamera di lokasi Gua Batee Meucanang, kami pun melanjutkan perjalanan ke arah ibu kota Aceh Selatan. Rencana utamanya adalah menemukan tempat makan.[] Liza Fathia

Share this:

  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
  • Click to share on Telegram (Opens in new window)
  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Tumblr (Opens in new window)
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window)
  • More
  • Click to share on Pocket (Opens in new window)
  • Click to share on Reddit (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Filed Under: Aceh, Indonesia, Traveling Tagged With: Gua Batee Meucanang, gua di Aceh, gua di Aceh Selatan

  • 1 Liza Fathia
    • 8 Kafe Unik dan Cozy yang Wajib Dikunjungi di Tokyo
    • Stabilizer Listrik: Lindungi Peralatan Elektronik Anda
    • Membangun Keluarga Bahagia dengan Sekolah Keluarga Samara
    • Mengenal Tanda-tanda Hamil Anggur
    • Keuntungan Memilih Bayar Listrik Online di Aplikasi Belanja Online

Reader Interactions

Comments

  1. Hastira says

    July 24, 2017 at 2:40 AM

    wah jalannay amsih hutan belantara gitu ya, dan sepiiiiiii, ih apa gak takut

    Reply
    • Liza Fathia says

      July 24, 2017 at 3:12 PM

      ngeri2 sedap juga mbak tira

      Reply
      • evrinasp says

        August 7, 2017 at 6:14 PM

        Iya jalanannya sepi, makin penasaraam sama aceh seperti apa, semoga berjodoh untuk ke aceh

        Reply
  2. falahalfal says

    July 24, 2017 at 8:51 AM

    wahh jadi kepengen.. pemandangan alamnya bagus bener.. cocok jdi tempat wisata

    Reply
    • Liza Fathia says

      July 24, 2017 at 3:15 PM

      cuma karena sedang perbaikan jalan, enggak ada yang datang kesana, mas

      Reply
  3. Nchie Hanien says

    July 24, 2017 at 10:55 AM

    Waah jalan menuju kesana asiknya ya Liz,ikotaan turing donk..
    Meski jalanannya hutan belantar, terbayar deh ngelihat Gua Batee Meucanangnya..

    Atulah kapan2 ajak aku ke sana yaa

    Reply
    • Liza Fathia says

      July 24, 2017 at 3:27 PM

      bener teh, asyik banget. sip2,terus kapan nih ke aceh?

      Reply
  4. lianny hendrawati says

    July 24, 2017 at 11:15 AM

    Pemandangan sekitar sungai indah juga ya, guanya juga unik.

    Reply
    • Liza Fathia says

      July 24, 2017 at 3:28 PM

      iya mbak, masih asri pemandangannya

      Reply
  5. bloggergunung says

    July 24, 2017 at 2:25 PM

    Pemandangannya asri sekali.
    Hijau bersih air juga jernih
    Oya, di tempat saya juga lumut itu sengaja dijual orang buat umpan memancing. Tinggal butir2 secukupnya pasang di kail. Ikan pada suka 🙂

    salam
    Okti Li

    Reply
    • Liza Fathia says

      July 24, 2017 at 3:30 PM

      oh gitu toh teh… aku baru tahu

      Reply
  6. Meriska Putri W says

    July 24, 2017 at 4:48 PM

    Mbak itu jalannya sepi banget.. berani banget ke sana sama cewek doank.. kalau aku udah shalawatan terus, takut ada begal, haha.

    Reply
  7. Lingga says

    July 24, 2017 at 8:15 PM

    Menantang banget perjalanannya mba liza..itu sungainya emang rada2 mirip di drama korea..hihii secara penggemar Korea. Sayanng ya guanya kurang diperhatikan jadi kurang bersih..padahal sungainya udah ciamik bgt tuh

    Reply
  8. hariekhairiah says

    July 24, 2017 at 10:06 PM

    Untung aman yaa, ke pelosok2 gitu hanya berdua, sungainya keren untuk foto2

    Reply
  9. Ihan Sunrise says

    July 25, 2017 at 1:09 AM

    wahhhh seru yaaa…..jadi pengen ke sana,

    Reply
  10. Shine says

    July 25, 2017 at 7:07 AM

    Sepi banget ya mba, jd leluasa untuk explore dan jeprat-jepret pasti.
    nanti klo ke Aceh, ajakin ke sini ya,haha *siape elo*

    Reply
  11. Shabrina (@slowtravelstory) says

    July 25, 2017 at 8:49 PM

    Seru banget sih mba Liza pengalamannya. Salam kenal ya

    Reply
  12. kopertravelers says

    July 26, 2017 at 11:24 AM

    wah, aku udah pernah main ke Aceh Kak, tapi belum sempat ke sini, semoga ada kesempatan lagi main ke sana dan bisa mendengarkan secara langsung seperti apa suara gong di gua itu

    Reply
  13. nofan says

    July 27, 2017 at 10:21 AM

    Sepertinya guanya lembab banget ya. Oh ya sungainya wow… jernih banget,…

    Reply
  14. Fillyawie says

    July 27, 2017 at 11:43 PM

    Ya Ampun itu jalan berbatu kalau hujan atau basah horor banget ya Mba, karena licin banget pastinya. agak deg deg an juga baca ceritanya, gemana kalau keberadaan gua batu canang ini nggak di temukan oleh kalian wkwkwk. Tapi ngeliat sungai yang jernih dan pemadangan alamnya, menandakan perjalanan tidak sia2 ya.

    Reply
  15. Tigor Agustinus says

    July 28, 2017 at 11:48 AM

    Tempat bagus tapi kok kurang perhatian dari pemerintah ya? Dicoba dulu promosi ke pemda setempat atau hubungi pecinta alam untuk dibuat vlog..

    Reply
  16. jendelakeluarga.com says

    July 28, 2017 at 1:22 PM

    Wah sumatera emang wisata alamnya masih juara ya. Mungkin publikasinya yg perlu ditingkatin ya mba

    Reply
  17. Sandzarjak says

    July 28, 2017 at 9:31 PM

    Saya pernah jd volunteer untuk membantu korban tsunami di Aceh tahun 2005. Anehnya kl dengar kata hutan di Aceh saya teringat GAM.

    Reply
  18. ruli retno says

    July 28, 2017 at 10:43 PM

    Bening bgt ya airnya sampe lumut di dasar pun keliatan

    Reply
  19. ruziana says

    July 29, 2017 at 9:13 AM

    wah kak liza kereen…berani ya perjalanan jauh gitu
    tapi terbayar dengan pemandangan yang lumayan
    klu bawa bekal tentu lebih asyik lg ya
    apalagi bawa baju ganti..bisa mandi mandi di sungai hahaha
    jadi ingat waktu sekolah mandi di sungai sambil makan makan

    Reply
  20. 57Promenade says

    July 29, 2017 at 11:10 AM

    Boleh ni jadi referensi wisata keluarga saya. trims

    Reply
  21. tukangjalanjajan says

    July 29, 2017 at 1:18 PM

    lingkungannya hijau banget. pasti menyenangkan perjalanan menuju kesana. Itu gua dari batu kapur kah? mudah mudahan terus terjaga dan lestari. jauh dari tangan nakal dan jahat

    Reply
  22. retno says

    July 29, 2017 at 1:24 PM

    wah hari gini pergi berdua aja…keren, pemberani sekali…tempatnya asyik juga yaaa airnya bening banget…

    Reply
  23. Tomi Purba says

    July 29, 2017 at 2:53 PM

    Luar biasa mba petualangannya ke gua Batee.. mulai jalan terjal, jalan setapak ke gua yg terjal dan licin.. mungkin kalau saya udah milih pulang dan gak jadi mba..

    Udh setahun gak dikunjungi, berarti gua nya malah kayak seram donk mba

    Reply
  24. Atanasia Rian says

    July 29, 2017 at 3:05 PM

    Wah jalannya ngeri2 sedap ya. Tapi asyik nich kalau bisa ditaklukkan. Tempatnya masih asri banget pengen kesanaaaaaaa

    Reply
  25. William Giovanni says

    July 29, 2017 at 4:14 PM

    Pemandamgannya indah sekali, sebanding dengan perjuangan yang dilakukan. Serasa ada di lokasi syuting drama Korea sih, belum kesampaian ke Korea ke tempat yang mirip dulu.

    Reply
  26. Pu says

    July 29, 2017 at 4:32 PM

    Airnya jernih sekali
    Ke sananya penuh perjuangan banget ya, Mbak

    Reply
  27. Jiah Al Jafara says

    July 29, 2017 at 4:36 PM

    Mbak aku kok ngeri ya, sepi gitu daerahnya. Kalian jalannya berdua cewek2 lagi. Kebanyakan gua juga menimbulkan bunyi2 walau gak serupa musik. Duh pengen ikut jalan2 ke alam juga deh, tp nyari teman. Kalau kaya Mbak yg dua2an, ntar dulu lah

    Reply
  28. Matius Teguh Nugroho says

    July 29, 2017 at 4:42 PM

    Sungainya seger banget, kak. Sayang nggak bisa dibuat mandi karena banyak lumut hehe. Legenda putrinya mengingatkanku dengan legenda asal usul Nyi Roro Kidul 🙁

    Reply
  29. Nova Violita says

    July 29, 2017 at 5:40 PM

    Wah..alamnya masih asri Adan alami..
    Suka liat air yang jernih..

    Kayak Drakor tapi itu yg laga..dan kerajaan mba..

    Reply
  30. Diah Kusumastuti says

    July 29, 2017 at 6:31 PM

    Wah, masih alami sekali ya Mbak pemandangannya. Dan sepiii… hihihi. Mbak Liza pemberani ih. Btw semoga ke depannya gua Batee Meucanang ini akan mendapat perhatian pihak2 terkait, ya 🙂

    Reply
  31. Dikki Cantona Putra says

    July 29, 2017 at 9:22 PM

    Wah gua batee di aceh ini bagus juga ya pemandangan alamnya bagus banget masih asri dan hijau lagi.

    Isi guanya bagus juga tuh bebatuannya
    Wajih kesini nih

    Reply
  32. aisyahfichapucino says

    July 29, 2017 at 9:41 PM

    sungainya ada lumutnya, berarti kalau pas main air harus hati hati ya, krn khawatir licin.. btw itu serasa milik sendiri.. nggak ada pengunjung lain yang juga ikutan pada hari itu kah?

    Reply
  33. Yesi says

    July 29, 2017 at 10:43 PM

    Hihi naiza kpopers banget ya mba, apa2 di sangkutin sama drama korea.. air sungainya emang bening banget ya mba keren guanya

    Reply
  34. jungjawa says

    July 29, 2017 at 10:58 PM

    Jalannya masih belukar banget ya mbak? Masih harus ditebas buat cari jalannya. Masih belum mudah ya akses transportasinya. Semoga cepat bagus deh, sayang banget wisata gua kalo aksesnya susah

    Reply
  35. Sally Fauzi says

    July 29, 2017 at 11:29 PM

    Kak, lokasi ini seberapa jauh dari tapak tuan? Rasa rasanya Labuan Haji ini kota tempat lahir nenek yang sering beliau ceritakan dulu.

    Alamnya bagus ya kak,… Huhu jadi kangen pulang ke Aceh

    Reply
  36. okymaulana910 says

    July 29, 2017 at 11:31 PM

    lagi nunggu waktu dan budget yang pas buat kesana, semoga cepat kesampaian. Amin.

    Reply
  37. lendyagasshi says

    July 30, 2017 at 12:53 AM

    Serru sekalii perjalanannya, mba Liza.
    Tadi sekilas, saya kira mau nulis Bahasa Jepang.
    *ganbatte

    Benar-benar bisa menjadi pelajaran dari sebuah perjalanan yaa..mba.

    Sejatinya,
    Orang tirakat ((beribadah)) itu harus fokus.
    Jauh dari pengaruh-pengaruh dunia luar.

    Reply
  38. unishona says

    July 30, 2017 at 12:36 PM

    belum pernah ke gua.. serem ga sih mba? hooo

    Reply
  39. April Hamsa says

    August 2, 2017 at 10:25 AM

    Mirip2 goa gong di Pacitan gtu kali ya hehe TFS

    Reply
  40. Marina Srikandi says

    August 5, 2017 at 10:03 AM

    untung ada bang den ya mbak. kalau gak ada bisa-bisa nyasar dah itu. wkwkwkwk

    Reply
  41. Ratna Dewi says

    August 7, 2017 at 2:09 PM

    Medan ke destinasinya lumayan menantang yaa, tapi aku suka airnya jernih banget itu.

    Reply
  42. greennewresidence says

    August 14, 2017 at 2:04 PM

    saya lebih tertarik untuk destinasi ke gunung dari pada ke goa atau pantai

    Reply
  43. tanaman sawit says

    August 14, 2017 at 3:46 PM

    Wah seru sekali 🙂 selalu seru memang kalau wisata alam 🙂

    Reply
  44. indrijuwono says

    August 17, 2017 at 11:18 PM

    waahhh, saya hobi ke goa waktu muda dulu. sekarang mah jarang, tapi tetep aja masih suka goa dan bebatuan, suka penasaran pengen masuk kalau ada goa alami..

    Reply
  45. adi says

    August 18, 2017 at 9:24 AM

    Wah,bagus banget pemandanganya, alamnya masih asri dan indah. Jadi kepengen kesana bareng – bareng sama teman – teman.

    Reply
  46. Fanny Fristhika Nila says

    September 7, 2017 at 10:00 PM

    Waah sayang batunya ga dicoba seperti apa suaranya mba. Ini ngingetin aku ama goa tabuhan di pacitan jawa timur, yg bebatuannya ada bagian yg bisa dipukul menghasilkan nada musik. Tp di sana goanya bnran dijadikan objek wisata, jd terawat dan ada guidenya.. Sayang banget goa yg ini ga dirawat yaaa 🙁

    Reply
  47. Fanny Fristhika Nila says

    September 7, 2017 at 10:04 PM

    Ini ingetin aku ama goa tabuhan di pacitan, jawa timur. Di dalamnya ada bebatuan yg kalo ditabuh mengeluarkan nada. Bedanya goa di sana beneran dijafikan objek wisata mba, lengkap ama grub yg bakal nyanyi dengan iringan musik dari batuan tadi.

    Sayang banget goa yg ini ga terawat samasekali 🙁

    Reply
  48. Savia says

    October 4, 2017 at 8:39 PM

    bagus banget goanya saya baru tau ada tempat dengan pemandagan sebagus ini di aceh

    Reply
  49. Sky House BSD says

    November 20, 2017 at 1:07 PM

    waoooo recomended bnget wisatanya, asri, nyaman, dan menantang bnged

    Reply
  50. yellsaints says

    August 27, 2018 at 6:14 PM

    Sudah lama pengen kemari, tapi belum kesampaian.?

    Reply
    • Liza Fathia says

      September 1, 2018 at 7:05 PM

      ayolah yell kapan lagi

      Reply

Leave a ReplyCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Primary Sidebar

Liza Fathia

Welcome to liza-fathia.com!

Hi, I 'm Liza, a working mom with a beautiful daughter who loves blogging and traveling. I started blogging to create a lifestyle and travel blog that allows me to spend more time focusing on the things I love. Grab a cup of coffee and enjoy reading this blog. I hope you leave the site with some new exciting ideas!

Follow Me

  • Twitter
  • Instagram
  • Pinterest
  • LinkedIn
  • Facebook

Recent Posts

  • 8 Kafe Unik dan Cozy yang Wajib Dikunjungi di Tokyo
  • Stabilizer Listrik: Lindungi Peralatan Elektronik Anda
  • Membangun Keluarga Bahagia dengan Sekolah Keluarga Samara
  • Mengenal Tanda-tanda Hamil Anggur
  • Keuntungan Memilih Bayar Listrik Online di Aplikasi Belanja Online

Community

blogger perempuantravel blogger indonesiagaminong blogger

Copyright© 2023 · by Liza Fathia

 

Loading Comments...
 

    %d