Siang hari yang panas pasti enaknya minum yang segar-segar, yang bisa melepaskan dahaga dan terasa dingin hingga ke tenggorokan. Apalagi kalau setelah beraktivitas yang melelahkan. Menyeruput minuman yang segar pasti mampu menghilangkan lelah dan dapat menambah stamina.
“Gimana kalau kita minum es campur di Pasar Aceh,” ajak suamiku saat itu.
Es campur Pasar Aceh memang memiliki kenangan tersendiri bagi kami. Dulu waktu kecil, setiap datang ke Banda Aceh, Pasar Aceh adalah tempat yang tidak pernah absen saya datangi. Mamak selalu mengajak saya ke pusat perbelanjaan masyarakat Aceh yang letaknya di pusat kota ini. Beragam kebutuhan sandang diperjualbelikan di sana dengan harga yang bisa kita tawar. Posisinya juga berdekatan dengan Mesjid Raya Baiturrahman. Jadi, setelah selesai berbelanja baju baru, kami sering singgah ke Mesjid Raya untuk shalat atau hanya beristirahat. Belum sah ke Banda kalau belum ke mesjid kebanggaan rakyat Aceh ini.
Tapi sebelum ke mesjid, kami singgah dulu ke gerobak penjual es campur. Menyeruput segelas es campur setelah lelah berbelanja memang nikmat tiada tara. Perpaduan es serut, santan, susu, gula jawa, kacang hijau, cincau, biji delima, tape, dan cendol mampu melepaskan dahaga dan dapat mengganjal perut untuk sementara. Slurpppp…. Segar… dinginnya sampai ke hati.
Begitu juga dengan Bang Thunis, ia juga memiliki cerita yang sama denganku. Setiap pergi ke Banda Aceh, rutinitas yang tidak pernah ia tinggalkan adalah minum es campur Pasar Aceh. Karena kebiasaan dari kecil itu, maka es campur menjadi salah satu jajanan pasar favorit kami.
Segarnya menyeruput es campur pasar Aceh
Gerobak es campur ini letakknya tepat di samping Mesjid Raya. Ia tidak hanya satu, ada tujuh gerobak yang menyajikan minuman segar ini. Letaknya berdampingan dan dijual oleh laki-laki yang usianya dibawah tiga puluhan. Semua bahan-bahan yang akan dicampurkan sehingga menjadi es yang bercampur itu dimasukkan ke dalam toples kaca dan ditutup rapat agar tidak masuk debu. Letak gerobak yang tepat dipinggir jalan membuat es campur tersebut rentan terkontaminasi debu jalanan. Karenanya, setiap selesai menyajikan es tersebut untuk pembeli, semua toples tersebut ditutup rapat.

Abang penjual es campur sedang memasukkan es serut ke dalam gelas
Tidak terlihat persaingan antara satu gerobak dengan gerobak lain di sana. Pembeli bebas memilih duduk di gerai siapapun. Bahkan, kalau ada gerobak yang sudah habis persediaan es campurnya, maka gerobak yang lain memberikan bahan-bahan yang mereka miliki. Kompak sekali. Ohya, selain rasanya yang segar dan yummy, harga es campur di Pasar Aceh ini juga sangat murah, satu gelas hanya bernilai lima ribu rupiah. Jadi, kalau ke Pasar Aceh, rugi rasanya kalau belum minum es campur ini.[]
Pas baca ini, disini cuaca dingin plus ujan, tp ttp aja ngiler lihat pic Es Campur-nya 🙂
Slurppppp…maknyus
Beuuuh…mengiler melihat es campur ini *apalagi Jakarta siang hari ini terik banget*
Pasti segar banget kan mbak?
aku juga suka minum es campur. Yang kedua baru es dawet.
Aku suka juga es dawet
ie cindoi ini juga favorit kami…
dulu sebelum tsunami kalo ke pasar Aceh wajib singgah di deretan penjual es ini.
Sekarang kenapa ga singgah lagi chaira/?
Nanti kalau saya pulang balen lagi ya…udah hawa sekali saya ini..
Iya bang moer. Apasih yang nggak untuk bang moer tercinta
Es serutnya ya bunda. Kalau isinya beda. Es teler kan ada nangka n pokatnya 🙂
Hadeuhhhh.. Lap keinget sekaligus ngelap iler nih…. Emang Cucok bgt ya es campur ni diminum siang2 abis jln2 keliling Banda Aceh yg panas.. 🙂
Hawa teuhhh.. 😀 Kami sering lewat situ tapi belum pernah nyoba,, he2. Tapi paling menarik dr cerita ini, 7 penjual itu kompak, saling kerjasama gitu. Pedagang seperti mereka inilah yg sangat layak jualan di lokasi wisata. 😀
menggoda sekali ka es campurnya