• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Home
  • About
  • Recognition
  • Advertise
  • Disclosure
  • Contact

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

  • ABOUT ME
  • Traveling
  • Advertorial
  • Kesehatan
  • Feature
  • Kuliner
You are here: Home / Uncategorized / Dokter Atau Badut???

January 10, 2009

Dokter Atau Badut???

dokter1Siang itu saya merasa kesal sendiri dengan pernyataan dosenku, “ Kita harus memanage waktu seefektif mungkin. Ketika cluenya sudah dapat, segera alihkan pembicaraan dengan pasien. Ingat, selain dia masih banyak pasien lain yang sedang antri di belakang.”jelasnya ketika memberikan instroduksi anamnesis psikiatrik kepada kami. Memang tidak ada yang salah dengan kata-katanya. Kalau kita hanya terfokus pada satu pasien, maka kita telah mengabaikan pasien yang lain. Jadi kesimpulannya adalah bagaimana caranya kita harus bisa meresepkan obat kepada semua pasien. That’s all. Lantas dimanakah hubungan terapeutik antara dokter dan pasien disini? Kalau sang dokter hanyalah penulis resep, bukan rekan, mitra, ataupun orang yang dianggap mampu memberikan solusi yang mantap?
Dalam praktik kedokteran, menyembuhkan merupakan interaksi anatara manusia yang harus penuh dengan kasih sayang, dan bukan transaksi bisnis. Ketika seorang dokter atau perawat mengulurkan tangan mereka kepada pasien yang mengeluhkan rasa sakit atau kerapuhan mereka, maka ini bisa mnejadi dasar sebuah ikatan sejati, bahkan persahabatan. Tapi dalam kenyataannya, sedikit sekali dokter atau pasien yang merasakan kedekatan ini. Saya merasa yakin bahwa dengan hilangnya hubungan ini telah memicu banyaknya kritik terhadap dunia kedokteran, klaim malpraktek, dan menimbulkan ketidakleluasaan paramedic untuk memberikan pelayanan kesehatan.
 

Sekarang dapat kita lihat betapa ilmu kedokteran telah berpindah dari tataran komunitas ke tataran perusahaan sehingga menjadi industri nomer wahid hampir di setiap negara. Padahal kita tahu bahwa perawatan kesehatan itu tidak bisa dijadikan sebuah industri. Bagaimana suami-istri, keluarga, kelompok, komunitas, negara, atau dunia bisa kuat kalau kesehatan atau kesejahteraan mereka bukan sebuah prioritas? Yang terjadi saat ini lebih menitikberatkan pada bisnis ketimbang pelayanan sehingga menyebabkan banyak kesulitan, biaya pengobatan yang tinggi, ataupun tuntutan malpraktik.

Kita, baik itu dokter atau pasien memiliki kesempatan yang lebih besar untuk dapat melalui saat-saat terburuk dalam hidup jika kita bersikap sebagai teman dekat dan saling menghormati. Hidup itu lebih besar dari penyakit, diagnosis, pengobatan atau mekanisme penyakit.

Berubah Menjadi Badut

badut

Inilah yang dilakukan Patch Adams, seorang revolusioner sosial, DOKTER, badut, dan pria dengan segudang prestasi. Patch adalah pendiri Gesundheit! Institute, klinik pengobatan gratis di West Virginia ang telah merawat lebih dari 15.000 pasien. Patch melakukan pendekatan hubungan personal kepada pasien untuk membantu mereka sembuh, bukan semata pendekatan klinis yang diterapkan rumah sakit pada umumnya. Dia sering kali memakai hidung badut berwarna merah untuk menghibur anak-anak kecil yang sakit ataupun mengajak mereka yang gelisah berjalan-jalan menuruni perbukitan.

Sungguh perbuatan yang sangat mulia. Pertanyaannya, adakah klinik pengobatan gratis di tempat kita? yang tenaga medisnya dengan tulus melayani pasiennya 24 jam seperti di Gesundheit Institute? Seorang dokter yang berubah menjadi badut dan melakukan berbagai atraksi yang dilakukan badut umumnya agar pasiennya tersenyum dan tidak ketakutan?

Jujur, setelah membaca kisah inspiratifnya Patch Adams, seorang dokter eksentrik yang menyembuhkan dengan humor dan kebahagiaan. Aku seperti ingin menyelami dunia yang dilakukan Patch. Memang, aku tidak mungkin menjadi badut, tapi aku bisa menjadi apapun itu yang pada akhirnya dapat membuat pasienku merasakan kalau aku adalah sahabatnya.

Share this:

  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
  • Click to share on Telegram (Opens in new window)
  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Tumblr (Opens in new window)
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window)
  • More
  • Click to share on Pocket (Opens in new window)
  • Click to share on Reddit (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Filed Under: Uncategorized

  • 1 Liza Fathia
    • 8 Kafe Unik dan Cozy yang Wajib Dikunjungi di Tokyo
    • Stabilizer Listrik: Lindungi Peralatan Elektronik Anda
    • Membangun Keluarga Bahagia dengan Sekolah Keluarga Samara
    • Mengenal Tanda-tanda Hamil Anggur
    • Keuntungan Memilih Bayar Listrik Online di Aplikasi Belanja Online

Reader Interactions

Comments

  1. ijal says

    January 10, 2009 at 5:37 PM

    mencoba berprasangka baik saja, barangkali dosen liza tu ga da maksud untuk mengabaikan hubungan yang ‘sekedar’ aktifitas klinis saja antara dokter-pasien. Dosen liza mungkin menganggap bahwa kalo terlalu lama dengan satu pasien akan mengabaikan pasien lain. Dengan kata lain, dosen liza tu pengen semua pasien tu terlayani..apalagi kan katanya sekarang dimana2 tu kekurangan dokter

    Ijal

    Reply
  2. goenk baik says

    January 12, 2009 at 7:14 AM

    kalo kamu pilih yg mana neh?jadi dkter sedokter2nya atao dokter nyambi bisnis hahaha

    kl km bnr2 jd dokter sedokter2nya wuih…mantap tu salut sesalut2nya dech:)

    kalo bingung tar mlm sholat istikharak dl ya biar diberi pilihan yg pas sebelum terjun di dunia senyata nyatanya.

    Reply
  3. Piyoh says

    January 12, 2009 at 2:42 PM

    Kalo abang..dukung yang mana terbaik buat kamu dech, soalnya prioritas orang beda-beda jadi dokternya…tapi kalo itu yang terbaik buat dua-duanya, malah lebih bagus, karena hidup cuma sekali, so buat keputusan yang terbaik…
    Ojo kongsi…kleru…

    Reply
  4. Anonymous says

    January 12, 2009 at 8:24 AM

    iya, ijal benar… tapi… susah diungkapkan dengan kata-kata..

    doain aja ya gung!!!

    wass
    liza

    Reply
  5. Daniel Azhari says

    January 13, 2009 at 9:43 AM

    Wawww…
    Keren banget ya blognya..
    Artikelnya berbobot bangettt
    sukses terus ya….

    mampir ya..!!
    http://gitarkeren.blogspot.com

    tukeran link ya…

    Reply
  6. liza fathiariani says

    January 15, 2009 at 6:13 AM

    thx daniel azhari,..wah namamu sama seperti artis itu yaaa.. ada azharinya 🙂

    iya bang hijrah,.semua depend on ourself.. semoga apa yang sedang dijalani adalah yang terbaik..

    amiin

    Reply
  7. Dr Heru Noviat Herdata SpA says

    February 23, 2009 at 3:56 AM

    Kunjungan balik dari saya.
    Nice blog

    Reply
  8. Anonymous says

    February 28, 2009 at 3:14 PM

    belajar forex

    forex

    bisnis internet

    internet marketing

    Reply

Leave a ReplyCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Primary Sidebar

Liza Fathia

Welcome to liza-fathia.com!

Hi, I 'm Liza, a working mom with a beautiful daughter who loves blogging and traveling. I started blogging to create a lifestyle and travel blog that allows me to spend more time focusing on the things I love. Grab a cup of coffee and enjoy reading this blog. I hope you leave the site with some new exciting ideas!

Follow Me

  • Twitter
  • Instagram
  • Pinterest
  • LinkedIn
  • Facebook

Recent Posts

  • 8 Kafe Unik dan Cozy yang Wajib Dikunjungi di Tokyo
  • Stabilizer Listrik: Lindungi Peralatan Elektronik Anda
  • Membangun Keluarga Bahagia dengan Sekolah Keluarga Samara
  • Mengenal Tanda-tanda Hamil Anggur
  • Keuntungan Memilih Bayar Listrik Online di Aplikasi Belanja Online

Community

blogger perempuantravel blogger indonesiagaminong blogger

Copyright© 2023 · by Liza Fathia

%d