Rasanya tidak afdhal kalau kita tinggal di suatu daerah, tetapi tidak tahu asal-usul daerah tersebut. Bagaimana rasa sayang akan tumbuh jika kita hanya mengenal tempat itu dari yang tampak di mata?
Maka, siang itu, saya dan teman-teman memutuskan untuk mencari tahu tempat lahirnya Banda Aceh, ibukota Provinsi Aceh. Matahari yang kian terik tidak menjadi halangan bagi saya untuk tetap melangkah. Kampung Pande, sebuah wilayah yang terletak di Kecamatan Kuta Raja adalah tujuan saya. Konon, di sanalah Banda Aceh lahir dan besar seperti sekarang ini. Karena tak ada angkutan umum ke sana, kami pun menyewa minibus.
Kampung Pande berjarak kurang lebih 15 kilometer dari pusat kota Banda Aceh. Di ujung perjalanan, ketika bus berhenti tepat di bibir pantai Selat Malaka, saya melihat sebuah tugu berbentuk persegi panjang. Itulah Tugu Titik Nol, titik pertama Banda Aceh terbentuk 808 silam.
***
Paragraf di atas adalah cuplikan tulisan saya yang dimuat di rubrik perjalanan Majalah Ummi Edisi 12 Desember 2013. Ini adalah catatan perjalanan perdana yang saya kirimkan ke majalah dan Alhamdulillah dimuat. Yeay..Yeay… Senang banget rasanya. Apalagi waktu menerima email dari redaksi Ummi dua bulan silam yang mengabari kalau tulisan saya tentang Kampung Pande, Banda Aceh akan dimuat di edisi Desember ini.
Berbicara dengan Kampung Pande, teman-teman pasti sudah tahu dengan kehebohan yang terjadi di pemukiman kuno ini beberapa waktu yang lalu. Yup, berita tentang penemuan koin emas masa kerajaan dulu dan penemuan sepasang pedang emas VOC. Penemuan benda-benda purbakala tersebut semakin membuktikan bahwa Kampung Pande menyimpan banyak sejarah.
Pada tulisan di majalah Ummi, saya hanya memaparkan dengan nisan-nisan kuno dengan beragam jenis bentuk dan pahatan yang tersebar di penjuru pemukiman penduduk. Soalnya saya berkunjung ke sana beberapa bulan sebelum koin emas dan pedang tersebut ditemukan. Rasanya ingin kembali lagi ke Kampung Pande dan menyaksikan betapa hebatnya Aceh pada masa silam.
Ohya, kalau ada yang ingin mengirimkan tulisan traveling ke Majalah Ummi caranya adalah tulis laporan perjalanan sebanyak 5000 karakter (sekitar empat halaman) spasi 1,5 dilengkapi dengan foto sebanyak 4-5 buah. Foto yang dikirim hendaknya yang beresolusi tinggi. Tulisan dan foto tersebut dikirim ke email kru_ummi@yahoo.co.id []
moer says
selamat, selamat, btw komeng komen saya yang lama pada kemana ya?
Liza Fathia says
hilang semua… tulisan ini kemarin juga ngga terback up..
novia erwida says
Selamat ya mbak. Boleh juga nih usulannya kirim catatann perjalanan. Mbak, honornya lumayan kan? 🙂
Liza Fathia says
lumayan mbak 🙂