Salah satu hal yang paling disukai oleh tukang jalan seperti saya adalah bisa jalan-jalan gratis ke tempat yang belum pernah saya tapaki. Bak pucuk dicinta ulam pun tiba, sebuah sms dari staf bagian umum tempat saya bekerja mengabari bahwa tanggal 20-23 Februari, saya harus terbang ke Palembang untuk mengikuti pelatihan. Akomodasi selama perjalanan pastinya ditanggung sepenuhnya oleh kantor. Karena berdomisili di Aceh Barat Daya yang akses ke bandara terdekat memakan waktu yang lama, keberangkatan saya dipercepat satu hari. Pun demikian dengan jadwal pulang, diperlambat satu hari. Jadi, sambil menunggu pesawat membawa pergi dan pulang dari Palembang, saya bisa memanfaatkannya untuk jalan-jalan.

Bandara Cut Nyak Dhien , Nagan Raya, Aceh
Walhasil, pagi hari di tanggal 19 Februari, saya pun menumpangi mobil L300 ke Bandara Cut Nyak Dhien yang terletak di Kabupaten Nagan Raya. Butuh waktu dua jam untuk menempuh jarak ke bandara kecil dan sepi di pantai barat selatan Aceh ini. Kecil karena rute penerbangan hanya ke ke Medan dan pesawat yang mendarat hanya satu-dua. Waktu tempuhnya juga singkat, sekitar 50 menit jika cuaca tidak buruk. Sepi karena hanya kesunyian yang menyambut saya ketika memasuki area bandara. Baru ketika saya melakukan check in, beberapa penumpang lain berdatangan. Sepertinya, perjalanan udara lewat bandara yang namanya diambil dari pahlawan perempuan Aceh ini hanya ditempuh oleh mereka yang memiliki keperluan penting seperti saya atau tidak betah menumpangi bus.
“Wah, nanti Adik bakal naik pesawat baling-baling GA ATR 72-600. ” seru suami saat saya memberitahukan tentang perjalanan dinas ini dan pesawat yang saya tumpangi dari Nagan Raya ke Medan adalah Garuda.
“Itu pesawat baru Garuda, lho. Kalau enggak salah Abang, di Lhokseumawe, Sabang, dan Nagan Raya baru aja beroperasi.” Untuk masalah pesawat dan jenis-jenisnya suami saya memang patut diacungi jempol. Beliau selalu update mengenai burung besi ini.

Awak pesawat di Bandara Cut Nyak Dhien sedang mengangkut bagasi dan membersihkan bagian dalam pesawat
Pesawat baling-baling? Hm… Ini adalah kali ke empat saya naik pesawat dan pertama saya terbang dengan pesawat jenis ATR. Selain itu, seperti yang dikatakan suami saya, Garuda Indonesia juga baru beberapa hari silam membuka rute penerbangan Nagan Raya – Medan. Sebelumnya, hanya ada Wingsair dan Susi air yang lepas landas di bandara Cut Nyak Dhien itu.
Penasaran dengan jenis pesawat ATR, saya pun bertanya pada Wikipedia. ATR 72 adalah pesawat penumpang regional jarak pendek bermesin twin-turboprop yang dibangun perusahaan pesawat Perancis-Italia ATR. Pesawat ini memiliki kapasitas hingga 78 penumpang dalam konfigurasi kelas tunggal dan dioperasikan oleh dua kru penerbang.
Tepat pukul 09.20 WIB, pesawat yang akan membawa saya terbang ke Medan lepas landas dari Bandara. Karena duduk dekat jendela, saya bisa langsung melihat baling-baling pesawat yang berrotasi kencang. Kursi penumpangnya hanya empat perbaris. Dua di sisi kanan dan dua di sisi kiri. Jarak antara seat yang di depan dengan agak berjauhan sehingga saya dengan leluasa menggerakkan kaki. Di setiap kursi terdapat majalah Colours-nya GA dan di edisi Februari ada tulisan tentang Aceh!
Karena GA ATR 72-600 ini adalah pesawat kecil, maka ketinggian terbang tidak setinggi pesawat besar yang lain. Penerbangannya juga mulus, tidak ada rasa takut seperti lagu “naik kapal kecil taku goyang-goyang” yang kerap saya senandungkan waktu kecil dulu. Dari udara saya bisa melihat hamparan samudra, bebukitan, dan gunung Sinabung yang sedang mengeluarkan asapnya.
Ada dua kru kabin yang melayani penumpang yang tidak genap 72 orang itu. Dengan cekatan mereka juga membagikan roti dan air mineral untuk semua penumpang. Dua roti yang mereka suguhkan lumayan mampu mengisi oerut saya yang tidak sempat sarapan saat berangkat dari rumah. Tanpa terasa, 50 menit pun telah berlalu dan saya pun tiba di Bandara Kuala Namu, Medan, Sumatera Utara.
Dari Medan-Palembang, saya juga menumpang pesawat GA. Tapi ini pesawat yang besar, begitu pun saat pulang. Dan dari Medan-Nagan, saya kembali terbang dengan ATR 72-600. Seru juga rasanya mengudara bersama burung besi “baling-baling” Garuda ini. Semoga akan ada perjalanan dinas berikutnya dan terbang lagi bersama Garuda Indonesia.
wah pemandangannya dari atas bagus yaaaa… TFS mak ^_^
Iya mbak… Seru
Sama2 mak
serasa naik bis terbang ya mbak, seat-nya 2-2 hihihi
tapi ini enak dikasih snack juga 😀
Iya, seperti naik bus di udara 🙂
Betul banget mbak, bis terbang
Baru tau Garuda punya ATR. Sepertinya seru ya perjalanannya 🙂
Iya, baru ATRnya. Di aceh bulan januari kemarin berlaku
Seru banget maak
pulau sumatera memang indah ya mak kalau dilihat dr udara.. dan saya baru tahu kalau garuda ada pesawat ATR.. hehe
Benar banget mbak…
Baru juga ATRnya mak. Betul banget, indah sekali dari udara
wah asyik bisa liat pemandangan di bawah dgn jelas… penasaran pingin nyoba jg 😀
Ayo ayo…
Ayoo mak, naik baling2 bambu..heheh
subhanallah, kaliza, pemandangannya indah nian…
Iya dek…
Iya dek, indah banget. Gunung2 yang belum terjamah tangan manusia terlihat sangat rimbun
deg degan bacanya..hihihi…
Wew
Hihihi
Dapat kursi yang bisa ngelihhat baling2 itu bikin sensasi tersendiri ya, empat kali naik pesawat, cuma sekali yang duduk dekat jendela 🙂
Iya mbak..Deg degan
Betul mak, setiap check in saya pasti nyari seat yang paling dekat jendela
ma
Walah, baru tahu saya di Aceh ada bandara lain selain Iskandar Muda 🙂
Yaelah kak nong, di aceh udah banyak bandara lho. Di lhokseumawe ada, sabang juga ada. Kapan pulanh ke Seulimum nih?
itu, anu, pramugarinyaaa Cantikk yaaa 😀
gambarnya kereennnn …
seru ya bisa ambil foto foto dari atas
Wah sempet foto2 yak