• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Home
  • About
  • Recognition
  • Advertise
  • Disclosure
  • Contact

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

  • ABOUT ME
  • Traveling
  • Advertorial
  • Kesehatan
  • Feature
  • Kuliner
You are here: Home / Aceh / Tapaktuan, Kota Naga nan Melegenda

September 30, 2017

Tapaktuan, Kota Naga nan Melegenda

Tapaktuan Aceh

Tapaktuan, sejak dulu saya ingin sekali berkunjung ke kota yang terkenal dengan legenda Tuan Tapa dan naga yang memelihara bayi raja. Karena cerita rakyat tersebut, pesisir Aceh ini juga disebut dengan Kota Naga. Dan sejarah penamaan ibu kota Aceh Selatan ini pun tidak terlepas dari hikayat yang begitu melekat di hati dan pikiran masyarakatnya, Tapaktuan, julukannya berasal dari sebuah telapak kaki sang Tuan Tapa yang bekasnya bisa kita lihat di kaki Gunung Lampu.

Baca juga: Ketika Air Terjun dan Lautan Bertemu di Aceh Selatan

Beruntung, beberapa waktu yang lalu saya memiliki kesempatan bertandang ke Tapaktuan. Perjalanan ke kota yang juga terkenal dengan pala dan nilam yang dihasilkannya memang membutuhkan waktu yang lama. Jika berangkat dari Banda Aceh, maka kita akan menghabiskan waktu di jalan selama kurang lebih 8-9 jam. Banyak sekali pilihan transportasi yang bisa dipilih untuk tiba di Tapaktuan, mulai dari mobil penumpang L300, mobil rental, dan jet bus full AC. Rata-rata mobil penumpang tersebut berangkat pada malam hari sehingga kita bisa memanfaatkan waktu untuk beristirahat selama perjalanan. Namun, kalau ingin melihat indahnya panorama alam pesisir barat-selatan Aceh, kita bisa merental mobil dan memilih waktu sesuai kehendak kita.

Tapaktuan Aceh

Selamat Datang di Kota Naga, begitulah ucapan selamat datang terpampang di pusat kota Tapaktuan ini. Tugu yang berbentuk ornamen naga dan telapak kaki raksasa menjadi kekhasan kabupaten ini. Perjalanan yang melelahkan terobati sudah dengan pesona alam Aceh Selatan yang elok dipandang. Laut biru dengan pasir putih yang memancarkan kilauan cahaya alibat terpaan sinar sang surya membuat kepenatan sirna seketika. Ditambah lagi dengan tiupan angin sepoi-sepoi dari pegunungan yang masih termasuk dalam Kawasan Ekosistem Leuser membuat siang yang terik terasa sejuk.

Bertandang ke Tapak Tuan Tapa dan Mendengar Legenda Kota Naga

“Saya ingin ke tapak Tuan Tapa, bagaimana caranya agar saya bisa sampai kesana?” tanyaku pada seorang ibu yang kutemui di pinggir jalan. Ia lalu menjelaskan bahwa saya harus berjalan lurus melewati bundaran kota dan Mesjid Jamik. Lalu berbelok kanan menuju pasar Tapaktuan. Di ujung jalan, saya akan menemukan perkantoran dan dari dari jalan di samping kantor itulah objek wisata tapak Tuan Tapa berada.

852235511 184304 01351308569

Ketika mendengar pasar, maka yang terbayang adalah kerumunan orang-orang yang sedang melakulan transaksi jual beli. Hm, sudah pasti jalanan akan padat merayap lebih-lebih hari itu adalah hari Minggu, pikir saya. Tetapi setelah berjalan sesuai dengan petunjuk dari wanita itu, pasar Tapaktuan yang saya jumpai jauh dari bayangan. Tidak ada keramaian di sana. Yang ada hanyalah deretan toko yang sebagian nya masih berkontrukai kayu dan hampir semua pintunya tertutup. Hanya ada beberapa toko yang buka, seperti toko kelontong dan warung makan. Kerumunan yang saya pikirkan sama sekali tidak ada, jalanan sangat lenggang, hanya satu dua kendaraan yang terlihat mondar mandir di bandan jalan.

Baca juga: Gua Batee Meucanang, Objek Wisata Gua di Aceh Selatan

Tapaktuan Aceh

Gapura bertuliskan Selamat Datang di ODTW* Tapak Tuan Tapa Gunung Lampu Kecamatan Tapaktuan menandakan bahwa saya sudah tiba di kawasan tujuan. Saya pun masuk ke dalam melalui jalanan kecil yang hanya memuat satu mobil. Tidak jauh dari gapura itu, tampak beberapa kios dan warung makan. Di sana juga terdalat tanah lapang yang dijadikan sebagai tempat memarkirkan kendaraan. Tepat di depannya, ada sebuah tugu berbentuk tapak kaki didirikan. Tugu ini langsung berbatasan dengan lautan. Di tugu tersebut, terdapat penjelasan tentang sejarah Tapaktuan ini.

Sejarah Tapaktuan

Tugu tapak Tuan Tapa itu mengingatkanku akan sejarah Tapaktuan yang pernah saya baca di buku yang berjudul Legenda Tapaktuan, Kisah Naga yang Memelihara Bayi Raja karangan Darul Qutni Ch. Kisah tentang seorang laki-laki yang setiap hari hanya bertapa dan berzikir kepada Allah. Lelaki itu hidup di sebuah gua di Aceh Selatan dan dijuluki dengan Tuan Tapa. Ada yang mengatakan kalau Tuan Tapa memiliki tubuh yang besar, tetapi ada juga yang meriwayatkan jika ukuran tubuh Tuan Tapa sama seperti manusia biasa tetapi beliau memiliki kesaktian untuk menjadikan tubuhnya besar layaknya raksasa.

Kali ini, kisahnya kembali diceritakan oleh Khairil, pemandu wisata yang menemani perjalananku selama berada di objek wisata Tapak Tuan Tapa ini.

“Suatu hari, sepasang naga yang berasal dari Negeri Cina datang ke gua tempat Tuan Tapa berada. Naga jantan dan betina tersebut diusir dari negerinya karena tidak memiliki keturunan. Konon, bangsa mereka percaya bahwa naga yang tidak memiliki anak dianggap sebagai pembawa sial dan malapetaka. Keduanya baru bisa kembali ke kampung halamannya jika mereka bisa memiliki keturunan. Karenanya, naga tersebut meminta izin kepada Tuan Tapa agar bisa menetap di sana. Atas izin dari Tuan Tapa, naga itu pun tinggal di sebuah lembah bukit yang dikenal dengan Bukit Naga.”

Saat sedang berenang di lautan, sepasang naga itu menemukan bayi perempuan yang mengapung dalam keranjang yang terbuat dari rotan di tengah-tengah laut. Putri ini adalah anak dari raja dari Kerajaan Asralanoka,di dekat pulau India. Naga itu pun membawa pulang bayi tersebut dan merawatnya bersama Tuan Tapa. Putri ini pun diberi nama Putri Naga.

Mengetahui putri bungsunya masih hidup dan dirawat oleh sepasang naga, Raja Asralanoka bertandang ke Aceh Selatan untuk meminta kembali putrinya yang hilang. Sayangnya, kedua naga tersebut tidak mau memberikan sang putri karena mereka hendak membawanya ke Negeri Cina.

Tuan Tapa pun tidak tinggal diam dan membujuk pasangan naga itu untuk menyerahkan sang putri. Dan kedua naga itu tetap enggan menyerahkan sang putri. Akhirnya, terjadilah pertempuran antara naga dan Tuan Tapa dan pertempuran tersebut dimenangkan oleh sang Tuan. Tubuh kedua naga tersebut hancur berkeping-keping dan terdampar di lautan. Pecahan tubuh naga tersebut menjadi asal muasal terbentuknya pulau-pulau lain di Aceh Selatan ini. Sang putri yang diberi nama Putri Bungsu pun kembali kepangkuan orang tuanya yang memutuskan untuk menetap di Aceh Selatan. Tidak lama kemudian Tuan Tapa jatuh sakit dan menghembuskan nafas terakhirnya. Ia dikuburkan di Gunung Lampu. Tapaknya yang tersisa saat melawan naga menjadi objek wisata yang dikunjungi oleh banyak wisatawan lokal dan luar daerah.

Sambil mendengar Kharil bercerita, saya lalu berjalan menaiki anak tangga kecil menuju bukit Gunung Lampu. Di belakang bukit itulah tapak Tuan Tapa berada. Ketinggian bukit ini sebenarnya tidak seberapa tetapi mampu membuat nafas saya ngos-ngosan. Dari anak tangga itu saya bisa melihat indahnya laut biru. Pun dekikian denngan bebatuan hitam yang menjadi benteng pertahanan dari abrai laut semakin mempercantik tempat ini. Dari bukit ini juga saya bisa melihat Pelabuhan Tapaktuan. Indah sekali.

Setelah berjalan beberapa meter, tapak Tuan Tapa belumlah terlihat. Ternyata saya harus mendaki bebatuan besar untuk tiba ke sana. Saya harus berhati-hati saat memanjat bebatuan besar yang licin karena terpaan ombak lautan. Salah-salah saya bisa terpeleset dan terjatuh.

Akhirnya setelah berjuang, saya pun tiba di sebuah pondok yang dibangun oleh Dinas Pariwisata setempat untuk pengunjung yang ingin melihat tapak Tuan Tapa. Dari pondok itu, saya bisa melihat sebuah telapak kaki raksasa yang tergenang air. Semakin lama melihatnya dari kejauhan saya semakin penasaran untuk melihatnya dari dekat. Saya pun mengikuti beberapa orang laiki-laki yang menuruni bebatuan raksasa untuk melihat tapak dari dekat.

Voila, akhirnya saya bisa merasakan langsung air laut yang tergenang di dalam telapak kaki raksasa. Saya juga bisa melihat beberapa ekor ikan kecil yang saling berkejaran di dalamnya. Beberapa orang mengambil air itu dan membasuh wajahnya sembari berdoa. Ya, banyak yang mengatakan kalau tapak ini keramat dan air di dalamnya bisa menyembuhkan penyakit.

Tapaktuan Aceh

Sayangnya, tapak Tuan Tapa ini sudah tidak berwujud bentuk aslinya lagi. Tapak Tuan Tapa tampak seperti semen yang diukir sehingga menyerupai telapat kaki. Awalnya saya meragukan keaslian tapak itu, tetapi setelah dijelaskan oleh pemandu di sana jika tapak tersebut sengaja disemen agar tidak hilang digerus ombak lautan keraguan saya pun sirna.

*ODTW: Objek dan Tempat Wisata

Share this:

  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
  • Click to share on Telegram (Opens in new window)
  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Tumblr (Opens in new window)
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window)
  • More
  • Click to share on Pocket (Opens in new window)
  • Click to share on Reddit (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Filed Under: Aceh, Traveling Tagged With: legenda Tapaktuan, objek wisata Tapaktuan, sejarah Tapaktuan, Tapaktuan

  • 1 Liza Fathia
    • 8 Kafe Unik dan Cozy yang Wajib Dikunjungi di Tokyo
    • Stabilizer Listrik: Lindungi Peralatan Elektronik Anda
    • Membangun Keluarga Bahagia dengan Sekolah Keluarga Samara
    • Mengenal Tanda-tanda Hamil Anggur
    • Keuntungan Memilih Bayar Listrik Online di Aplikasi Belanja Online

Reader Interactions

Comments

  1. ysalma says

    September 30, 2017 at 3:01 PM

    Aceh Selatan ternyata juga punya legenda naga.
    Calon objek wisata yg wajib kunjung kalau pada ke Aceh Selatan ini, mana pemandangan alamnya bening banget.

    Reply
    • Liza Fathia says

      September 30, 2017 at 9:34 PM

      Iya mbak Salma. Legenda naga dan tuan Tapa

      Reply
  2. Matius Teguh Nugroho says

    September 30, 2017 at 8:02 PM

    Jadi telapak kakinya memang benar-benar ditemukan ya, kak? Dan kebenaran seluruh kisah itu? Menarik, seperti masuk ke dalam sebuah novel fantasi :D.

    Reply
    • Liza Fathia says

      September 30, 2017 at 9:34 PM

      Iya nugi, tapi itu adalah legenda, masih diragukan kebenarannya. Tapi semua tempat2 hasil pertarungan Tuan Tapa dan Naga memang ada. Pulau banyak di Singkil juga konon terbentuk karena pecahan gunung saat mereka bertempur.

      Reply
      • Rhoshandhayani KT says

        October 3, 2017 at 10:07 PM

        mbak, suwer deh
        aku langsung nyari ke google “apakah naga beneran ada?”

        dari beberapa sumber bacaanku dulu dan sekarang, serta analisis ala-ala… aku menduga bahwa itu hanyalah legenda, ceerita pengantar tidur, yang dikait-kaitkan dengan bentuk-bentuk dari daerah sekitar situ

        eh tapi bisa jadi sih, memang ada kebenarannya. mengingat bahwa orang dulu itu sakti-sakti dan juga naga memang ada. hmmm katanya sih begitu…

        tapi kan yang perlu diambil dari sini adalah pelajarannya, ya kan

        Reply
        • Liza Fathia says

          October 5, 2017 at 9:40 AM

          iya, bisa jadi juga batu tersebut menyerupai telapak kaki, terus ada ulama yang dikuburkan di dekat tapak tersebut. heheheh. kita hanya bisa menerka saja ya kak rios

          Reply
  3. omnduut says

    October 1, 2017 at 4:25 PM

    Sekilas mirip di kawasan Tanjung Pesona yang ada di kota Sungailiat, Bangka Belitung.

    Suka nyantai di sana sore-sore, tapi pantainya gak cocok buat berenang karena banyak batu karangnya 🙂

    Reply
  4. titialfakhairia says

    October 1, 2017 at 10:19 PM

    Wow saya baru dengar legenda tapak tuan dan kaki naga ini. Ada ya? Wah betapa kayanya negeri ini akan hikayat dan legenda ya

    Reply
  5. Nova Violita says

    October 2, 2017 at 11:00 AM

    View..dilerweng bukit cakep banget ya mba… Seger banget pasti disana buat refreshing..

    Tapak naganya disemen agar bentuk aslinya tetap terjaga… Airnya bening..

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 2, 2017 at 5:43 PM

      Bener bNget mbK Nova

      Reply
  6. Aini says

    October 2, 2017 at 11:53 AM

    Keren ulasannya, kak Aini cuma lewat-lewat aja saat pulkam. Insya Allah disinggahi nanti objek wisatanya.

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 2, 2017 at 5:43 PM

      Waah, ayo disinggahi kak Ani soalnya keren banget tempatnya

      Reply
  7. noe says

    October 2, 2017 at 12:15 PM

    Indonesia mmg punyq bqnyqj legenda dan cerita rakyat yg sangat melekat dg daerah masing2 ya. Btw, itu telapak tuan tapa guede banget 😀

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 2, 2017 at 5:42 PM

      Iya, raksasa memang kak Noe

      Reply
  8. Anindita Ayu says

    October 2, 2017 at 12:32 PM

    Kereeeen.. Mesti masuk wishlist daerah yang harus dikunjungi nih kak.. ^^

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 2, 2017 at 5:42 PM

      Siip, ditunggu ya

      Reply
  9. Nchie Hanien says

    October 2, 2017 at 12:46 PM

    Wah baca ceritanya berasa didongengin niy, btw itu telapak kakinya gede banget yaa.

    hmm, pokoknya kalo aku ke Aceh lagi ajak2 ke sini ya sama ke Gua Batte Meucanang

    Tapi ya Liz, kemaren tuh main ke beberapa Pantai di Aceh, asli dalam hatiku was2, ga mau lama2 di pantai, takuuut sama air, mana baru aja dari museum tsunami, tambah ngeri deh hiks

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 2, 2017 at 5:41 PM

      Karena ingat tsunami ya Teh? Hehehw. Nanti kalau mau ke pantai, jangan ke museum tsunami dulu. Sip, aku ajak touring pake si maticku ya

      Reply
  10. Inge says

    October 2, 2017 at 1:18 PM

    Saya belum pernah ke sumatra nih. Tenpatnya cakep yaa ?

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 2, 2017 at 5:40 PM

      Ayo mbak Inge, ke Aceh. Pantainya cKep memang

      Reply
  11. dianravi82 says

    October 2, 2017 at 2:04 PM

    Duh aku senang banget baca legendanya, Mbak. Tapi sedih juga mengingat naga diusir karena tidak miliki keturunan. Langsung baper gitu aku.
    Tempatnya cantik ya. Ah, kapan ya aku bakal bisa kembali ke Aceh lagi? Semoga bakal berjodoh. aamiin

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 2, 2017 at 5:40 PM

      Sabar ya mbak Dian. Iya, bikin baper alasan naganya di usir ya

      Reply
  12. Rach Alida Bahaweres says

    October 2, 2017 at 3:54 PM

    Bentuknya memang seperti telapak ya, mba. Memang kayaknya harus di semen agar kondisinya masih terjaga sehingga tak mudah tergerus

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 2, 2017 at 5:39 PM

      Iya, kalau enggak bisa2 lapuk batu yang menyerupai kaki tsb

      Reply
  13. merida merry says

    October 2, 2017 at 6:52 PM

    Wow … Pemandangannya indah banget ya mba. Liat jejak kaki sebesar itu, ga terbayang wujud aslinha sebesar apa. Ckckckck

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 2, 2017 at 9:54 PM

      Konon katanya ukuran tuan tapa itu 7 meter mba

      Reply
  14. Ambar Pravita says

    October 2, 2017 at 7:15 PM

    wahh keren,, semoga ada kesempatan berkunjung kesini..

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 5, 2017 at 9:42 AM

      amii. kalau ke sini kabar2i ya

      Reply
  15. Wiyati Rino says

    October 2, 2017 at 9:43 PM

    Ya Allah sangat indah… kapan ya bisa sampai kesini?

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 2, 2017 at 9:54 PM

      Ayo, pesan tiket pesawat trs

      Reply
  16. andyhardiyanti says

    October 2, 2017 at 10:46 PM

    Tempatnya cantik ya mbak. Tapi kayaknya emang gak pas nih kalau ke sana bareng krucil. Hihihihi..

    Reply
  17. Yudi says

    October 3, 2017 at 6:33 AM

    Kalau.dilihat dari panjang dan besarnya makam.tuan tapa, maka tak mungkin kakinya segede gini. Apakah dia punya ajian meraksasakan diri? Hmmm

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 3, 2017 at 7:54 AM

      Di situ disampaikan kalau tuan tapa memiliki kemampuan membesarkan diri

      Reply
      • Yudi says

        October 20, 2017 at 9:48 AM

        Oooh.. baru tahu kalau itu

        Reply
  18. Maya Siswadi says

    October 3, 2017 at 7:12 AM

    Wah beneran Ada tapaknya ya, besar pula. Kadang kalau dengan legend begitu, suka ragu2, antara percaya atau ngga

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 5, 2017 at 10:15 AM

      Iya mbak maya. Aku pun demikian. Namun paati ada hikmah dan pelajaran yang bisa diambil dari setiap legenda

      Reply
  19. Nova DW says

    October 3, 2017 at 7:35 AM

    Tempatnya amazing banget. Tapaknya segede itu ya? Ih … Keren. Foto-fotonya juga bagus. Nice share, mbak 🙂

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 5, 2017 at 10:14 AM

      Iya mbak nova, tapaknya besaaar

      Reply
  20. April Hamsa says

    October 3, 2017 at 9:10 AM

    Wah jadi asli ya sebenarnya?
    Bagus juga sih disemen supaya jejaknya gak ilang.
    Legenda2 semacam itu bagus ya buat cerita anak cucu 😀
    Meski emang diragukan bener apa gaknya tapi filosofi dari ceritanya bagus mbak 😀
    TFS

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 5, 2017 at 10:14 AM

      Iya, karena legenda, jadi kita ga yakin itu asli atau ccuma buah bibir ya.

      Reply
  21. Yosfiqar Iqbal (@kening_lebar) says

    October 3, 2017 at 9:23 AM

    Legenda yang menarik. Alangkah lebih baiknya jika ada foto Tuan Tapa sebelum disemen. Lokasi ini jika dari bandara Iskandar Muda jauh kah?

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 3, 2017 at 10:12 AM

      Jauh bang Yos, banndara SIM di Aceh Besar, 8 jam dari situ

      Reply
    • Liza Fathia says

      October 5, 2017 at 10:13 AM

      Jauh banget bang yos, 8-9 jam. Iya, aku penasaran dengan tapak aslinya

      Reply
  22. Pujiaman says

    October 3, 2017 at 10:15 AM

    Cerita Tuan Tapa yang melegenda itu sudah menjadi cerita Rakyat yg memiliki banyak versi. Aku gak tahu versi mana yg benarnya.
    Kemudian ada lagi cerita Sorban dan tongkat Tuan tapa jatuh ke laut.

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 5, 2017 at 10:13 AM

      Iya, pas perang dengan naga kan? Panjang banget ceritanya kalau ditulis dalam satu tulisan. Namanya juga legenda, pasti banyak versinya

      Reply
  23. Rangga says

    October 3, 2017 at 3:43 PM

    Saya pernah membaca tapak tuan dari buku-buku, deskripsi dan fotonya memberikan lukisan on the spot bagaimana Tapak Tuan yang sesungguhnya. Alhamdulillah, tahun lalu saya sempat jalan-jalan ke Sabang, Aceh

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 5, 2017 at 10:12 AM

      Alhamdulillah, ditunggu kunjungannya ke Aceh selatan juga mas

      Reply
  24. Alaika Abdullah says

    October 3, 2017 at 5:21 PM

    Wah, tapaknya besar sekali ya, Za. Kakak belum pernah sampai kesini. Dan hikayatnya pun baru dengar dari tulisan Liza ini.

    Jadi sengaja disemen agar tak tergerus oleh ombak ya? Make sense!

    Viewnya luar biasa ya, Za? Kece!

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 5, 2017 at 10:11 AM

      Iya kak, kece badai. Ayolah kita kesana

      Reply
  25. Tomi Purba (@tomipurba) says

    October 3, 2017 at 7:48 PM

    keren banget mba pemandangan objek wisata tapak tuan mba.. apakah kita juga bisa mandi di air laut mba? atau cuma bisa lihat doank dari tepi bebatuan ya??

    Tapak tangannya aja gede, gimana ukuran asli orangnya ya mba

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 5, 2017 at 10:11 AM

      Kalau mandi kayaknya ga bisa soalnya banyak batu karangnya

      Reply
  26. Marfa says

    October 3, 2017 at 8:00 PM

    Wah aku jadi tau pengetahuan baru legenda di Aceh ini, aku jadi penasaran tapi sama naganya abis kalah mereka kemana? Nyahaha. Iya sih bentukannya udah semen, tapi kalo ga di semen nanti jadi ilang juga, setidaknya jadi dapet gambarannya yah Mbak 😀

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 5, 2017 at 10:10 AM

      Habis kalah mati berkeping2 mbak, dan menjadi asal muasal terbentuknya beberapa pulau di Aceh Selatan

      Reply
  27. Jiah Al Jafara says

    October 3, 2017 at 8:50 PM

    Wah ada ya cerita kaya gitu di Aceh, baru tahu banget Mbak. Tapaktuan saya kira apa. Ternyata tapak kaki dan beneran gedhe gitu ya. Itu air yg ditapak kaki dari lautkah? atau ada sumbernya sendiri?!

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 5, 2017 at 10:09 AM

      Itu air laut mbak jiah. Ada ikan juga lho disitu

      Reply
  28. Rhoshandhayani KT says

    October 3, 2017 at 10:09 PM

    wuaw, telapak kakinya gede banget ya mbak
    eh tapi ya memang bener gede sih. lahwong telapak kakinya nabi siapa tuh ya lupa aku, telapak kakinya gede. nabi ibrahim kayaknya. aku lupa.
    lalu telapak kaki manusia, menjadi sekecil kita sekarang ini, hehehe

    aku baru tau legenda ini loh
    dan legendanya menarik banget
    menarik banget kalo imajinasi kita aktif, ya kan?

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 5, 2017 at 10:09 AM

      Iya, gede banget

      Reply
  29. Yelli Sustarina says

    October 4, 2017 at 12:10 AM

    Tapaknya memang sudah di semen kak, dulu masih asli dari batu karang tu langsung

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 5, 2017 at 10:08 AM

      Wah jadi aslinya baatu karang ya yell? Penasaran kk

      Reply
  30. Fandhy Achmad Romadhon says

    October 4, 2017 at 4:49 AM

    Kota Tapaktuan itu diambil dari Tuan Tapa yang mengalahkan sang naga demi merebut kembali putrinya. Tapak = Telapak / Tuan = Tuan, jadi Tapaktuan itu berasal dari Telapak Tuan Tapa, ya ini dibuktikan dengan adanya kolam berbentuk jejak kaki raksasa yg mengalirkan air keramat…

    Tapaktuan, daerah aceh Selatan yang banyak menawarkan wisata legenda yg layak untuk dikunjungi bagi mereka yang suka akan cerita legenda, selayaknya cerita malinkundang, sangkuriang, dsb

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 5, 2017 at 10:07 AM

      Bener banget fandi. Ya, kurleb menurutku mirip legenda sangkuriang dan malin kundang

      Reply
  31. Zefy Arlinda says

    October 4, 2017 at 7:17 AM

    kasihan naganya diusir, udah dapat anak agkat diperangi. naganya salah juga sih, coba dikasi aja ke keluarganya tu anak dengan syarat mereka ikut agar bisa tetap mengasuh sang putri, kan endingnya bahagia

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 5, 2017 at 10:06 AM

      Iya, naganya sih yang ga mau kasih lagi anak raja. Coba kalo dikasih, kan ga gini akhirnya

      Reply
  32. pertiwiyuliana says

    October 4, 2017 at 10:00 AM

    Aku baru tau ada legenda itu dari Aceh Selatan. Baca dan lihat soal tapak Tuan Tapa ini aku jadi ingat Avatar The Legend of Aang. Huehehe ada episode yang serupa tapi tak sama. Tapi bekas tapaknya gak disemen kayak tapaknya Tuan Tapa. Indah banget kayaknya ya. Duh jadi ingin nyebrang pulau hwehehe

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 5, 2017 at 10:05 AM

      Ayo ayo ayo kak tiwi. Ke aceh dan aku ajak kesana

      Reply
  33. Tukang Jalan Jajan says

    October 4, 2017 at 10:10 AM

    Suka dengan cerita legenda Indonesia walaupun kebenarannya di pertanyakan tapi tetap saja suka mendengarkannya. Apalagi kalau situsnya dijaga bener oleh masyarakatnya. Dibukanya akses pariwisata tentuu memberikan dampak positif pengenalan sejarah. Semoga situsnya tetap terjaga dan bisa awet terus

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 5, 2017 at 10:05 AM

      Beneer banget kak doni, alhamdulillah pemerintah disana sangat perhatian denngan objek ini

      Reply
  34. helenamantra says

    October 4, 2017 at 11:31 AM

    waaah legendanya lengkap. Trus itu kakinya gede banget. Teringat waktu main ke situs megalith yang batunya guede-guede.

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 5, 2017 at 10:04 AM

      Iya, tapaknya gede banget

      Reply
  35. ruziana says

    October 4, 2017 at 3:31 PM

    liat fotonya sy sempat ragu juga..tp ketika baca jika itu mmg sengaja disemen jd lega
    besar kali ya tapaknya..kebayang berapa besar orangnya
    aceh indah ya..moga suatu hari sampe kesana

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 5, 2017 at 10:04 AM

      Amiin. Batam juga luar biasa uni. Pingin juga kesana. Apalagi sudah ada direct flight sekarang kan

      Reply
  36. mudrikahsiti says

    October 4, 2017 at 5:22 PM

    Pemandangannya Bagus ya, tadi aku kira tapak tuan tapa gak ada tapak kakinya ternyta ini sesuai sm namanya y ada tapak kaki tuan tapa nya. Aceh Selatan jauh ya ternyata dr banda aceh.

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 5, 2017 at 10:03 AM

      Iya, dari situlah asal nama Tapaktuan. Jauh mbak siti, aku tiap weekend PP nih

      Reply
  37. Nurul Fitri Fatkhani says

    October 4, 2017 at 7:06 PM

    Saya baru dengar cerita tentang Tapak Tuan, seorang pertapa yang memenangkan pertarungan dengan dua ekor naga. Seru juga ceritanya, ya …
    Eh, Kak, bagaimana ceritanya sampai putri raja itu, terapung-apung sendirian di lautan?
    Tapaknya besar sekali ya, Kak …untung diperlihara denga baik hingga tidak terkikis air laut

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 5, 2017 at 10:02 AM

      Konon kabarnya raja tsb dan keluarga sedang berlayar mbak nurul.

      Reply
  38. Dikki Cantona Putra says

    October 4, 2017 at 8:30 PM

    Jadi tapak tuan itu adalahcerita legenda dengan seorang yg semedi gitu ya blm pernah dengerin dan baca ceritanya sih. Jadi penasaran ingin kesana deh bagus pemandangannya tuh

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 5, 2017 at 10:02 AM

      Iya, keren banget tempatnya diki

      Reply
  39. Yulia says

    October 4, 2017 at 8:34 PM

    Bekgron pantainya adem banget ya … Jauh banget ga sih dari kota leuksumawe? Dan bayar tiketnya mahal ga ya..

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 5, 2017 at 10:01 AM

      Mak yul kok tau Lhokseumawe? Pernah kesana y? Jauh mak kalo dari lsm, 12 jam perjalanan

      Reply
  40. Widya Herma says

    October 4, 2017 at 8:54 PM

    Saya baru tau legenda naga yang berasal dari Aceh ini. Saya selalu suka denger cerita legenda seperti ini. Semoga suatu hari nanti bisa kesana juga. Apalagi indah banget pemandangan disana langsung menghadap laut 😀

    Reply
  41. lendyagasshi says

    October 4, 2017 at 10:29 PM

    MashaAllah indahnya hikayat cerita Tapak Tuan.
    Aku sudah lama gak memperbanyak koleksi cerita rakyat dalam otakku, mba…

    Inget banget dulu kecil suka beli buku-buku cerita rakyat.
    karena menurutku, ini kekayaan budaya bangsa Indonesia.
    Jadi imajinatif, membuat kita mengkhayal dan membayangkan bagaimana kejadiannya pada jaman itu.

    Mba Fathia kuaatt banget…naik ke tangga yang sepertinya melelahkan.

    Mau dongeng lagiii…mba Fathia…
    Tulis lagi yaa, mba…*laff

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 5, 2017 at 10:00 AM

      Insyaallah nanti saya tulis lagi ya mbak Lendy 🙂

      Reply
  42. Sepenuhnya.com says

    October 5, 2017 at 1:26 AM

    Sudah lama saya pengen ke sana, entah kapan sampainya… huhuhu…
    Tinggal di Aceh tapi ngak pernah ke Tapak Tuan, apa kata Apa Lahu? 😀

    Reply
  43. Liza Fathia says

    October 5, 2017 at 9:44 AM

    pergi terus jangan cuma pengen aja 🙂

    Reply
  44. Firsty Chrysant says

    October 5, 2017 at 10:21 PM

    Kereen ceritanya… Kenapa kisah yang berhubungan sama naga selalu dri cina ya…

    Aku pengen banget ke Aceeh, udah lamamau ke sana sama satu sahabatku…

    Pantainya bagus bangeeett yaaa

    Reply
    • Liza Fathia says

      October 20, 2017 at 11:42 AM

      ayo uni first, kalo ke Aceh kabari ya

      Reply
      • Firsty Chrysant says

        October 21, 2017 at 8:59 PM

        Iya Insya Allah Mba… nanti saya kabari kalau ada kesempatan ke Aceh

        Reply
  45. Sally says

    October 22, 2017 at 8:41 AM

    Nenekku asli dari Tapak Tuan kak,…dulu semasa aku kecil, cerita tentang putri bungsu ini ssring aku dengar.

    Nenek bilang, rumah keluarga mereka di belakang gunung sedangka depannya menghadap laut. Sampai sekarang aku penasaran, belum pernah ke sana.

    Reply
  46. Momtraveler says

    October 22, 2017 at 9:34 PM

    Belom nyampe sini dan pengeeenn bangeett. Semoga tqhun depan bisa mampir

    Reply

Leave a ReplyCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Primary Sidebar

Liza Fathia

Welcome to liza-fathia.com!

Hi, I 'm Liza, a working mom with a beautiful daughter who loves blogging and traveling. I started blogging to create a lifestyle and travel blog that allows me to spend more time focusing on the things I love. Grab a cup of coffee and enjoy reading this blog. I hope you leave the site with some new exciting ideas!

Follow Me

  • Twitter
  • Instagram
  • Pinterest
  • LinkedIn
  • Facebook

Recent Posts

  • 8 Kafe Unik dan Cozy yang Wajib Dikunjungi di Tokyo
  • Stabilizer Listrik: Lindungi Peralatan Elektronik Anda
  • Membangun Keluarga Bahagia dengan Sekolah Keluarga Samara
  • Mengenal Tanda-tanda Hamil Anggur
  • Keuntungan Memilih Bayar Listrik Online di Aplikasi Belanja Online

Community

blogger perempuantravel blogger indonesiagaminong blogger

Copyright© 2023 · by Liza Fathia

%d