Tapaktuan, sejak dulu saya ingin sekali berkunjung ke kota yang terkenal dengan legenda Tuan Tapa dan naga yang memelihara bayi raja. Karena cerita rakyat tersebut, pesisir Aceh ini juga disebut dengan Kota Naga. Dan sejarah penamaan ibu kota Aceh Selatan ini pun tidak terlepas dari hikayat yang begitu melekat di hati dan pikiran masyarakatnya, Tapaktuan, julukannya berasal dari sebuah telapak kaki sang Tuan Tapa yang bekasnya bisa kita lihat di kaki Gunung Lampu.
Baca juga: Ketika Air Terjun dan Lautan Bertemu di Aceh Selatan
Beruntung, beberapa waktu yang lalu saya memiliki kesempatan bertandang ke Tapaktuan. Perjalanan ke kota yang juga terkenal dengan pala dan nilam yang dihasilkannya memang membutuhkan waktu yang lama. Jika berangkat dari Banda Aceh, maka kita akan menghabiskan waktu di jalan selama kurang lebih 8-9 jam. Banyak sekali pilihan transportasi yang bisa dipilih untuk tiba di Tapaktuan, mulai dari mobil penumpang L300, mobil rental, dan jet bus full AC. Rata-rata mobil penumpang tersebut berangkat pada malam hari sehingga kita bisa memanfaatkan waktu untuk beristirahat selama perjalanan. Namun, kalau ingin melihat indahnya panorama alam pesisir barat-selatan Aceh, kita bisa merental mobil dan memilih waktu sesuai kehendak kita.
Selamat Datang di Kota Naga, begitulah ucapan selamat datang terpampang di pusat kota Tapaktuan ini. Tugu yang berbentuk ornamen naga dan telapak kaki raksasa menjadi kekhasan kabupaten ini. Perjalanan yang melelahkan terobati sudah dengan pesona alam Aceh Selatan yang elok dipandang. Laut biru dengan pasir putih yang memancarkan kilauan cahaya alibat terpaan sinar sang surya membuat kepenatan sirna seketika. Ditambah lagi dengan tiupan angin sepoi-sepoi dari pegunungan yang masih termasuk dalam Kawasan Ekosistem Leuser membuat siang yang terik terasa sejuk.
Bertandang ke Tapak Tuan Tapa dan Mendengar Legenda Kota Naga
“Saya ingin ke tapak Tuan Tapa, bagaimana caranya agar saya bisa sampai kesana?” tanyaku pada seorang ibu yang kutemui di pinggir jalan. Ia lalu menjelaskan bahwa saya harus berjalan lurus melewati bundaran kota dan Mesjid Jamik. Lalu berbelok kanan menuju pasar Tapaktuan. Di ujung jalan, saya akan menemukan perkantoran dan dari dari jalan di samping kantor itulah objek wisata tapak Tuan Tapa berada.
Ketika mendengar pasar, maka yang terbayang adalah kerumunan orang-orang yang sedang melakulan transaksi jual beli. Hm, sudah pasti jalanan akan padat merayap lebih-lebih hari itu adalah hari Minggu, pikir saya. Tetapi setelah berjalan sesuai dengan petunjuk dari wanita itu, pasar Tapaktuan yang saya jumpai jauh dari bayangan. Tidak ada keramaian di sana. Yang ada hanyalah deretan toko yang sebagian nya masih berkontrukai kayu dan hampir semua pintunya tertutup. Hanya ada beberapa toko yang buka, seperti toko kelontong dan warung makan. Kerumunan yang saya pikirkan sama sekali tidak ada, jalanan sangat lenggang, hanya satu dua kendaraan yang terlihat mondar mandir di bandan jalan.
Baca juga: Gua Batee Meucanang, Objek Wisata Gua di Aceh Selatan
Gapura bertuliskan Selamat Datang di ODTW* Tapak Tuan Tapa Gunung Lampu Kecamatan Tapaktuan menandakan bahwa saya sudah tiba di kawasan tujuan. Saya pun masuk ke dalam melalui jalanan kecil yang hanya memuat satu mobil. Tidak jauh dari gapura itu, tampak beberapa kios dan warung makan. Di sana juga terdalat tanah lapang yang dijadikan sebagai tempat memarkirkan kendaraan. Tepat di depannya, ada sebuah tugu berbentuk tapak kaki didirikan. Tugu ini langsung berbatasan dengan lautan. Di tugu tersebut, terdapat penjelasan tentang sejarah Tapaktuan ini.
Sejarah Tapaktuan
Tugu tapak Tuan Tapa itu mengingatkanku akan sejarah Tapaktuan yang pernah saya baca di buku yang berjudul Legenda Tapaktuan, Kisah Naga yang Memelihara Bayi Raja karangan Darul Qutni Ch. Kisah tentang seorang laki-laki yang setiap hari hanya bertapa dan berzikir kepada Allah. Lelaki itu hidup di sebuah gua di Aceh Selatan dan dijuluki dengan Tuan Tapa. Ada yang mengatakan kalau Tuan Tapa memiliki tubuh yang besar, tetapi ada juga yang meriwayatkan jika ukuran tubuh Tuan Tapa sama seperti manusia biasa tetapi beliau memiliki kesaktian untuk menjadikan tubuhnya besar layaknya raksasa.
Kali ini, kisahnya kembali diceritakan oleh Khairil, pemandu wisata yang menemani perjalananku selama berada di objek wisata Tapak Tuan Tapa ini.
“Suatu hari, sepasang naga yang berasal dari Negeri Cina datang ke gua tempat Tuan Tapa berada. Naga jantan dan betina tersebut diusir dari negerinya karena tidak memiliki keturunan. Konon, bangsa mereka percaya bahwa naga yang tidak memiliki anak dianggap sebagai pembawa sial dan malapetaka. Keduanya baru bisa kembali ke kampung halamannya jika mereka bisa memiliki keturunan. Karenanya, naga tersebut meminta izin kepada Tuan Tapa agar bisa menetap di sana. Atas izin dari Tuan Tapa, naga itu pun tinggal di sebuah lembah bukit yang dikenal dengan Bukit Naga.”
Saat sedang berenang di lautan, sepasang naga itu menemukan bayi perempuan yang mengapung dalam keranjang yang terbuat dari rotan di tengah-tengah laut. Putri ini adalah anak dari raja dari Kerajaan Asralanoka,di dekat pulau India. Naga itu pun membawa pulang bayi tersebut dan merawatnya bersama Tuan Tapa. Putri ini pun diberi nama Putri Naga.
Mengetahui putri bungsunya masih hidup dan dirawat oleh sepasang naga, Raja Asralanoka bertandang ke Aceh Selatan untuk meminta kembali putrinya yang hilang. Sayangnya, kedua naga tersebut tidak mau memberikan sang putri karena mereka hendak membawanya ke Negeri Cina.
Tuan Tapa pun tidak tinggal diam dan membujuk pasangan naga itu untuk menyerahkan sang putri. Dan kedua naga itu tetap enggan menyerahkan sang putri. Akhirnya, terjadilah pertempuran antara naga dan Tuan Tapa dan pertempuran tersebut dimenangkan oleh sang Tuan. Tubuh kedua naga tersebut hancur berkeping-keping dan terdampar di lautan. Pecahan tubuh naga tersebut menjadi asal muasal terbentuknya pulau-pulau lain di Aceh Selatan ini. Sang putri yang diberi nama Putri Bungsu pun kembali kepangkuan orang tuanya yang memutuskan untuk menetap di Aceh Selatan. Tidak lama kemudian Tuan Tapa jatuh sakit dan menghembuskan nafas terakhirnya. Ia dikuburkan di Gunung Lampu. Tapaknya yang tersisa saat melawan naga menjadi objek wisata yang dikunjungi oleh banyak wisatawan lokal dan luar daerah.
Sambil mendengar Kharil bercerita, saya lalu berjalan menaiki anak tangga kecil menuju bukit Gunung Lampu. Di belakang bukit itulah tapak Tuan Tapa berada. Ketinggian bukit ini sebenarnya tidak seberapa tetapi mampu membuat nafas saya ngos-ngosan. Dari anak tangga itu saya bisa melihat indahnya laut biru. Pun dekikian denngan bebatuan hitam yang menjadi benteng pertahanan dari abrai laut semakin mempercantik tempat ini. Dari bukit ini juga saya bisa melihat Pelabuhan Tapaktuan. Indah sekali.
Setelah berjalan beberapa meter, tapak Tuan Tapa belumlah terlihat. Ternyata saya harus mendaki bebatuan besar untuk tiba ke sana. Saya harus berhati-hati saat memanjat bebatuan besar yang licin karena terpaan ombak lautan. Salah-salah saya bisa terpeleset dan terjatuh.
Akhirnya setelah berjuang, saya pun tiba di sebuah pondok yang dibangun oleh Dinas Pariwisata setempat untuk pengunjung yang ingin melihat tapak Tuan Tapa. Dari pondok itu, saya bisa melihat sebuah telapak kaki raksasa yang tergenang air. Semakin lama melihatnya dari kejauhan saya semakin penasaran untuk melihatnya dari dekat. Saya pun mengikuti beberapa orang laiki-laki yang menuruni bebatuan raksasa untuk melihat tapak dari dekat.
Voila, akhirnya saya bisa merasakan langsung air laut yang tergenang di dalam telapak kaki raksasa. Saya juga bisa melihat beberapa ekor ikan kecil yang saling berkejaran di dalamnya. Beberapa orang mengambil air itu dan membasuh wajahnya sembari berdoa. Ya, banyak yang mengatakan kalau tapak ini keramat dan air di dalamnya bisa menyembuhkan penyakit.
Sayangnya, tapak Tuan Tapa ini sudah tidak berwujud bentuk aslinya lagi. Tapak Tuan Tapa tampak seperti semen yang diukir sehingga menyerupai telapat kaki. Awalnya saya meragukan keaslian tapak itu, tetapi setelah dijelaskan oleh pemandu di sana jika tapak tersebut sengaja disemen agar tidak hilang digerus ombak lautan keraguan saya pun sirna.
*ODTW: Objek dan Tempat Wisata
ysalma says
Aceh Selatan ternyata juga punya legenda naga.
Calon objek wisata yg wajib kunjung kalau pada ke Aceh Selatan ini, mana pemandangan alamnya bening banget.
Liza Fathia says
Iya mbak Salma. Legenda naga dan tuan Tapa
Matius Teguh Nugroho says
Jadi telapak kakinya memang benar-benar ditemukan ya, kak? Dan kebenaran seluruh kisah itu? Menarik, seperti masuk ke dalam sebuah novel fantasi :D.
Liza Fathia says
Iya nugi, tapi itu adalah legenda, masih diragukan kebenarannya. Tapi semua tempat2 hasil pertarungan Tuan Tapa dan Naga memang ada. Pulau banyak di Singkil juga konon terbentuk karena pecahan gunung saat mereka bertempur.
Rhoshandhayani KT says
mbak, suwer deh
aku langsung nyari ke google “apakah naga beneran ada?”
dari beberapa sumber bacaanku dulu dan sekarang, serta analisis ala-ala… aku menduga bahwa itu hanyalah legenda, ceerita pengantar tidur, yang dikait-kaitkan dengan bentuk-bentuk dari daerah sekitar situ
eh tapi bisa jadi sih, memang ada kebenarannya. mengingat bahwa orang dulu itu sakti-sakti dan juga naga memang ada. hmmm katanya sih begitu…
tapi kan yang perlu diambil dari sini adalah pelajarannya, ya kan
Liza Fathia says
iya, bisa jadi juga batu tersebut menyerupai telapak kaki, terus ada ulama yang dikuburkan di dekat tapak tersebut. heheheh. kita hanya bisa menerka saja ya kak rios
omnduut says
Sekilas mirip di kawasan Tanjung Pesona yang ada di kota Sungailiat, Bangka Belitung.
Suka nyantai di sana sore-sore, tapi pantainya gak cocok buat berenang karena banyak batu karangnya 🙂
titialfakhairia says
Wow saya baru dengar legenda tapak tuan dan kaki naga ini. Ada ya? Wah betapa kayanya negeri ini akan hikayat dan legenda ya
Nova Violita says
View..dilerweng bukit cakep banget ya mba… Seger banget pasti disana buat refreshing..
Tapak naganya disemen agar bentuk aslinya tetap terjaga… Airnya bening..
Liza Fathia says
Bener bNget mbK Nova
Aini says
Keren ulasannya, kak Aini cuma lewat-lewat aja saat pulkam. Insya Allah disinggahi nanti objek wisatanya.
Liza Fathia says
Waah, ayo disinggahi kak Ani soalnya keren banget tempatnya
noe says
Indonesia mmg punyq bqnyqj legenda dan cerita rakyat yg sangat melekat dg daerah masing2 ya. Btw, itu telapak tuan tapa guede banget 😀
Liza Fathia says
Iya, raksasa memang kak Noe
Anindita Ayu says
Kereeeen.. Mesti masuk wishlist daerah yang harus dikunjungi nih kak.. ^^
Liza Fathia says
Siip, ditunggu ya
Nchie Hanien says
Wah baca ceritanya berasa didongengin niy, btw itu telapak kakinya gede banget yaa.
hmm, pokoknya kalo aku ke Aceh lagi ajak2 ke sini ya sama ke Gua Batte Meucanang
Tapi ya Liz, kemaren tuh main ke beberapa Pantai di Aceh, asli dalam hatiku was2, ga mau lama2 di pantai, takuuut sama air, mana baru aja dari museum tsunami, tambah ngeri deh hiks
Liza Fathia says
Karena ingat tsunami ya Teh? Hehehw. Nanti kalau mau ke pantai, jangan ke museum tsunami dulu. Sip, aku ajak touring pake si maticku ya
Inge says
Saya belum pernah ke sumatra nih. Tenpatnya cakep yaa ?
Liza Fathia says
Ayo mbak Inge, ke Aceh. Pantainya cKep memang
dianravi82 says
Duh aku senang banget baca legendanya, Mbak. Tapi sedih juga mengingat naga diusir karena tidak miliki keturunan. Langsung baper gitu aku.
Tempatnya cantik ya. Ah, kapan ya aku bakal bisa kembali ke Aceh lagi? Semoga bakal berjodoh. aamiin
Liza Fathia says
Sabar ya mbak Dian. Iya, bikin baper alasan naganya di usir ya
Rach Alida Bahaweres says
Bentuknya memang seperti telapak ya, mba. Memang kayaknya harus di semen agar kondisinya masih terjaga sehingga tak mudah tergerus
Liza Fathia says
Iya, kalau enggak bisa2 lapuk batu yang menyerupai kaki tsb
merida merry says
Wow … Pemandangannya indah banget ya mba. Liat jejak kaki sebesar itu, ga terbayang wujud aslinha sebesar apa. Ckckckck
Liza Fathia says
Konon katanya ukuran tuan tapa itu 7 meter mba
Ambar Pravita says
wahh keren,, semoga ada kesempatan berkunjung kesini..
Liza Fathia says
amii. kalau ke sini kabar2i ya
Wiyati Rino says
Ya Allah sangat indah… kapan ya bisa sampai kesini?
Liza Fathia says
Ayo, pesan tiket pesawat trs
andyhardiyanti says
Tempatnya cantik ya mbak. Tapi kayaknya emang gak pas nih kalau ke sana bareng krucil. Hihihihi..
Yudi says
Kalau.dilihat dari panjang dan besarnya makam.tuan tapa, maka tak mungkin kakinya segede gini. Apakah dia punya ajian meraksasakan diri? Hmmm
Liza Fathia says
Di situ disampaikan kalau tuan tapa memiliki kemampuan membesarkan diri
Yudi says
Oooh.. baru tahu kalau itu
Maya Siswadi says
Wah beneran Ada tapaknya ya, besar pula. Kadang kalau dengan legend begitu, suka ragu2, antara percaya atau ngga
Liza Fathia says
Iya mbak maya. Aku pun demikian. Namun paati ada hikmah dan pelajaran yang bisa diambil dari setiap legenda
Nova DW says
Tempatnya amazing banget. Tapaknya segede itu ya? Ih … Keren. Foto-fotonya juga bagus. Nice share, mbak 🙂
Liza Fathia says
Iya mbak nova, tapaknya besaaar
April Hamsa says
Wah jadi asli ya sebenarnya?
Bagus juga sih disemen supaya jejaknya gak ilang.
Legenda2 semacam itu bagus ya buat cerita anak cucu 😀
Meski emang diragukan bener apa gaknya tapi filosofi dari ceritanya bagus mbak 😀
TFS
Liza Fathia says
Iya, karena legenda, jadi kita ga yakin itu asli atau ccuma buah bibir ya.
Yosfiqar Iqbal (@kening_lebar) says
Legenda yang menarik. Alangkah lebih baiknya jika ada foto Tuan Tapa sebelum disemen. Lokasi ini jika dari bandara Iskandar Muda jauh kah?
Liza Fathia says
Jauh bang Yos, banndara SIM di Aceh Besar, 8 jam dari situ
Liza Fathia says
Jauh banget bang yos, 8-9 jam. Iya, aku penasaran dengan tapak aslinya
Pujiaman says
Cerita Tuan Tapa yang melegenda itu sudah menjadi cerita Rakyat yg memiliki banyak versi. Aku gak tahu versi mana yg benarnya.
Kemudian ada lagi cerita Sorban dan tongkat Tuan tapa jatuh ke laut.
Liza Fathia says
Iya, pas perang dengan naga kan? Panjang banget ceritanya kalau ditulis dalam satu tulisan. Namanya juga legenda, pasti banyak versinya
Rangga says
Saya pernah membaca tapak tuan dari buku-buku, deskripsi dan fotonya memberikan lukisan on the spot bagaimana Tapak Tuan yang sesungguhnya. Alhamdulillah, tahun lalu saya sempat jalan-jalan ke Sabang, Aceh
Liza Fathia says
Alhamdulillah, ditunggu kunjungannya ke Aceh selatan juga mas
Alaika Abdullah says
Wah, tapaknya besar sekali ya, Za. Kakak belum pernah sampai kesini. Dan hikayatnya pun baru dengar dari tulisan Liza ini.
Jadi sengaja disemen agar tak tergerus oleh ombak ya? Make sense!
Viewnya luar biasa ya, Za? Kece!
Liza Fathia says
Iya kak, kece badai. Ayolah kita kesana
Tomi Purba (@tomipurba) says
keren banget mba pemandangan objek wisata tapak tuan mba.. apakah kita juga bisa mandi di air laut mba? atau cuma bisa lihat doank dari tepi bebatuan ya??
Tapak tangannya aja gede, gimana ukuran asli orangnya ya mba
Liza Fathia says
Kalau mandi kayaknya ga bisa soalnya banyak batu karangnya
Marfa says
Wah aku jadi tau pengetahuan baru legenda di Aceh ini, aku jadi penasaran tapi sama naganya abis kalah mereka kemana? Nyahaha. Iya sih bentukannya udah semen, tapi kalo ga di semen nanti jadi ilang juga, setidaknya jadi dapet gambarannya yah Mbak 😀
Liza Fathia says
Habis kalah mati berkeping2 mbak, dan menjadi asal muasal terbentuknya beberapa pulau di Aceh Selatan
Jiah Al Jafara says
Wah ada ya cerita kaya gitu di Aceh, baru tahu banget Mbak. Tapaktuan saya kira apa. Ternyata tapak kaki dan beneran gedhe gitu ya. Itu air yg ditapak kaki dari lautkah? atau ada sumbernya sendiri?!
Liza Fathia says
Itu air laut mbak jiah. Ada ikan juga lho disitu
Rhoshandhayani KT says
wuaw, telapak kakinya gede banget ya mbak
eh tapi ya memang bener gede sih. lahwong telapak kakinya nabi siapa tuh ya lupa aku, telapak kakinya gede. nabi ibrahim kayaknya. aku lupa.
lalu telapak kaki manusia, menjadi sekecil kita sekarang ini, hehehe
aku baru tau legenda ini loh
dan legendanya menarik banget
menarik banget kalo imajinasi kita aktif, ya kan?
Liza Fathia says
Iya, gede banget
Yelli Sustarina says
Tapaknya memang sudah di semen kak, dulu masih asli dari batu karang tu langsung
Liza Fathia says
Wah jadi aslinya baatu karang ya yell? Penasaran kk
Fandhy Achmad Romadhon says
Kota Tapaktuan itu diambil dari Tuan Tapa yang mengalahkan sang naga demi merebut kembali putrinya. Tapak = Telapak / Tuan = Tuan, jadi Tapaktuan itu berasal dari Telapak Tuan Tapa, ya ini dibuktikan dengan adanya kolam berbentuk jejak kaki raksasa yg mengalirkan air keramat…
Tapaktuan, daerah aceh Selatan yang banyak menawarkan wisata legenda yg layak untuk dikunjungi bagi mereka yang suka akan cerita legenda, selayaknya cerita malinkundang, sangkuriang, dsb
Liza Fathia says
Bener banget fandi. Ya, kurleb menurutku mirip legenda sangkuriang dan malin kundang
Zefy Arlinda says
kasihan naganya diusir, udah dapat anak agkat diperangi. naganya salah juga sih, coba dikasi aja ke keluarganya tu anak dengan syarat mereka ikut agar bisa tetap mengasuh sang putri, kan endingnya bahagia
Liza Fathia says
Iya, naganya sih yang ga mau kasih lagi anak raja. Coba kalo dikasih, kan ga gini akhirnya
pertiwiyuliana says
Aku baru tau ada legenda itu dari Aceh Selatan. Baca dan lihat soal tapak Tuan Tapa ini aku jadi ingat Avatar The Legend of Aang. Huehehe ada episode yang serupa tapi tak sama. Tapi bekas tapaknya gak disemen kayak tapaknya Tuan Tapa. Indah banget kayaknya ya. Duh jadi ingin nyebrang pulau hwehehe
Liza Fathia says
Ayo ayo ayo kak tiwi. Ke aceh dan aku ajak kesana
Tukang Jalan Jajan says
Suka dengan cerita legenda Indonesia walaupun kebenarannya di pertanyakan tapi tetap saja suka mendengarkannya. Apalagi kalau situsnya dijaga bener oleh masyarakatnya. Dibukanya akses pariwisata tentuu memberikan dampak positif pengenalan sejarah. Semoga situsnya tetap terjaga dan bisa awet terus
Liza Fathia says
Beneer banget kak doni, alhamdulillah pemerintah disana sangat perhatian denngan objek ini
helenamantra says
waaah legendanya lengkap. Trus itu kakinya gede banget. Teringat waktu main ke situs megalith yang batunya guede-guede.
Liza Fathia says
Iya, tapaknya gede banget
ruziana says
liat fotonya sy sempat ragu juga..tp ketika baca jika itu mmg sengaja disemen jd lega
besar kali ya tapaknya..kebayang berapa besar orangnya
aceh indah ya..moga suatu hari sampe kesana
Liza Fathia says
Amiin. Batam juga luar biasa uni. Pingin juga kesana. Apalagi sudah ada direct flight sekarang kan
mudrikahsiti says
Pemandangannya Bagus ya, tadi aku kira tapak tuan tapa gak ada tapak kakinya ternyta ini sesuai sm namanya y ada tapak kaki tuan tapa nya. Aceh Selatan jauh ya ternyata dr banda aceh.
Liza Fathia says
Iya, dari situlah asal nama Tapaktuan. Jauh mbak siti, aku tiap weekend PP nih
Nurul Fitri Fatkhani says
Saya baru dengar cerita tentang Tapak Tuan, seorang pertapa yang memenangkan pertarungan dengan dua ekor naga. Seru juga ceritanya, ya …
Eh, Kak, bagaimana ceritanya sampai putri raja itu, terapung-apung sendirian di lautan?
Tapaknya besar sekali ya, Kak …untung diperlihara denga baik hingga tidak terkikis air laut
Liza Fathia says
Konon kabarnya raja tsb dan keluarga sedang berlayar mbak nurul.
Dikki Cantona Putra says
Jadi tapak tuan itu adalahcerita legenda dengan seorang yg semedi gitu ya blm pernah dengerin dan baca ceritanya sih. Jadi penasaran ingin kesana deh bagus pemandangannya tuh
Liza Fathia says
Iya, keren banget tempatnya diki
Yulia says
Bekgron pantainya adem banget ya … Jauh banget ga sih dari kota leuksumawe? Dan bayar tiketnya mahal ga ya..
Liza Fathia says
Mak yul kok tau Lhokseumawe? Pernah kesana y? Jauh mak kalo dari lsm, 12 jam perjalanan
Widya Herma says
Saya baru tau legenda naga yang berasal dari Aceh ini. Saya selalu suka denger cerita legenda seperti ini. Semoga suatu hari nanti bisa kesana juga. Apalagi indah banget pemandangan disana langsung menghadap laut 😀
lendyagasshi says
MashaAllah indahnya hikayat cerita Tapak Tuan.
Aku sudah lama gak memperbanyak koleksi cerita rakyat dalam otakku, mba…
Inget banget dulu kecil suka beli buku-buku cerita rakyat.
karena menurutku, ini kekayaan budaya bangsa Indonesia.
Jadi imajinatif, membuat kita mengkhayal dan membayangkan bagaimana kejadiannya pada jaman itu.
Mba Fathia kuaatt banget…naik ke tangga yang sepertinya melelahkan.
Mau dongeng lagiii…mba Fathia…
Tulis lagi yaa, mba…*laff
Liza Fathia says
Insyaallah nanti saya tulis lagi ya mbak Lendy 🙂
Sepenuhnya.com says
Sudah lama saya pengen ke sana, entah kapan sampainya… huhuhu…
Tinggal di Aceh tapi ngak pernah ke Tapak Tuan, apa kata Apa Lahu? 😀
Liza Fathia says
pergi terus jangan cuma pengen aja 🙂
Firsty Chrysant says
Kereen ceritanya… Kenapa kisah yang berhubungan sama naga selalu dri cina ya…
Aku pengen banget ke Aceeh, udah lamamau ke sana sama satu sahabatku…
Pantainya bagus bangeeett yaaa
Liza Fathia says
ayo uni first, kalo ke Aceh kabari ya
Firsty Chrysant says
Iya Insya Allah Mba… nanti saya kabari kalau ada kesempatan ke Aceh
Sally says
Nenekku asli dari Tapak Tuan kak,…dulu semasa aku kecil, cerita tentang putri bungsu ini ssring aku dengar.
Nenek bilang, rumah keluarga mereka di belakang gunung sedangka depannya menghadap laut. Sampai sekarang aku penasaran, belum pernah ke sana.
Momtraveler says
Belom nyampe sini dan pengeeenn bangeett. Semoga tqhun depan bisa mampir