Kalau pejalan kaki harus menyediakan payung sebelum turun hujan, maka pengendara sepeda motor harus membawa jas hujan di dalam bagasi agar tidak basah rintik hujan mulai membasahi bumi. Ya, jas hujan adalah pakaian yang bersifat waterproof (antiair) yang bisa melindungi kita dari air hujan.
Sebenarnya jas hujan atau yang sering disebut mantel tidak hanya dipakai oleh mereka yang bermotor tetapi juga digandrungi oleh pejalan kaki. Lebih simpel dibandingkan harus menenteng payung dan dijamin tubuh kita tidak akan basah jika hujan disertai badai menerpa.
Lalu bagaimanakah sejarah penemuan jas hujan tersebut?
Sudah menjadi fitrah jika manusia memiliki akal untuk melindungi diri dari berbagai macam bahaya baik itu yang berasal dari alam atau buatan manusia. Melindungi diri dari hujan contohnya. Sejak zaman manusia purba, para Homo Sapiens telah mampu melindungi tubuh mereka dengan menggunakan kain dari bulu binatang yang telah dilapisi minyak sehingga pakaian tersebut bersifat antiair dan membuat tubuh menjadi hangat.
Seiring berjalan waktu, manusia semakin berinovasi dalam menciptakan jas hujan. Suku Inca telah mampu melindungi tubuh mereka dari hujan dengan membuat ekstrak getah dari kulit kayu yang diolesi ke pakaian mereka. Begitu pula dengan suku Inuit dan bangsa Viking yang merendam baju mereka ke dalam minyak ikan dengan tujuan yang sama. Tidak ketinggalan dengan masyarakat Saxon yang mengolesi kain tenunan mereka dengan lemak binatang untuk mengurangi penyerapan air.
Zaman pun semakin berkembang terutama saat Revolusi Industri terjadi. Dengan menggunakan bahan kimia tambahan, kain yang bersifat waterproof pun tercipta. Penemuan ini diprakarsai oleh ahli kimia Charles Macintosh pada tahub 1816. Dia mengembangkan lem dengan menggunakan produk dari penyulingan batu bara yang bernama naptha. Lem tersebut ia gunakan untuk lapisan tenun yang ditekan bersama kain wol denhan menggunakan rol. Jas hujan tersebut dipatenkan pada 1823.
Sayangnya, jas hujan yang tahan air itu sangat berat dan berbau karet. Tidak hanya itu, jas hujan yang dipatenkan Macintosh juga sangat berat kaku serta selalu bolong saat dijahit.
Manchitos kembali melakukan inovasi dengan menggandeng Thomas Hancock. Kali ini sang ahli kimia dan rekannya mengembangkan proses vulkanisasi yaitu memanaskan lateks dan menggabungkannya dengan sulfur dan akselerator. Hasilnya, karet menjadi kuat dan lebih elastis sehingga tercipta kain yang lebih lembut, mudah dijahit, dan kedap air tentunya.
Puluhan bahkan ratusan tahun berikutnya, inovasi untuk menghasilkan kain yang antiair semakin berkembang. Ditambah lagi dengan kemajuan di bidang teknik dan kimia sehingga bahan-bahan yang digunakan untuk menghasilkan kain yang anti terhadap air juga semakin aplikatif.
Pada zaman sekarang, kain yang tahan air tersebut dapat dimodifikasi dan didesain menjadi jas hujan dengan berbagai jenis. Ada jas hujan ponco atau yang sering disebut jas hujan klebet, jas hujan overcoat yang berbentuk jaket atau mantel, jas hujan training, dan jas hujan rok atau gamis. Untuk yang model terakhir adalah desain terbaru yang sangat cocok dipakai oleh kaum perempuan.
Tidak hanya model jas hujan yang didesain semenarik mungkin, pemilihan warna terhadap baju antiair ini juga beragam. Umumnya warna yang dipilih adalah warna-warna terang yang berfungsi untuk memudahkan pemakainya terlihat saat hujan lebat terutama ketika jarak penglihatan berkurang.
Nah, itu dia sejarah jas hujan dari masa ke masa. Karena saya adalah pengendara motor, maka jas hujan ini tidak perna lupa saya masukkan ke dalam bagasi motor. Apalagi di musim yang tidak menentu seperti ini, kadang cerah dan kadang hujan. Jadi, untuk mengantisipasi, jas hujan rok selalu saya bawa ke mana-mana saat berkendara.
ade anita says
kalo aku lagi naksir jas hujan yang dijual di toko barang buatan jepang… itu dilipetnya ramping, motifnya keren karena dari plastik tebal yang jatuh, dan katanya sih awet alias gak cepet robek… sayang harganya mahal banget. harus nabung dulu biar bisa beli… tapi percaya sih kualitasnya bagus.
Liza Fathia says
Ohya? Jadi penasaran juga saya mbak
turiscantik says
jas ujan penting banget paling suka seperti yang mbak pake bener2 menutup badan
Liza Fathia says
Terima kasih kakak
wisatania says
Saya tuh malah tertarik dengan ide nulis tentang jas ujan.. koq ya kepikir dapet ide itu ya?? Keren banget..!
Liza Fathia says
Hihihi… Mumpung lagi musim hujan mas
monda says
kejadian deh ujan2an pas naik ojek, cuma bisa ngumpet di belakang jas ujan ojeker, basah kuyup seluruh badan, hadeeeh emang musti sedia sendiri deh jas hujan dalam tas
Liza Fathia says
Beneran kak monda, harus nyiapin sendiri
Cut Inong Mutia says
Baru tahu ada jas hujan gamis…
Liza Fathia says
Ada emang kak nong…