Kali ini saya ingin menuliskan kembali tentang penyakit TB. Informasi tentang menular ini memang banyak dicari di blog saya terutama tulisan tentang TB dapat Disembuhkan dan Obat TB Gratis. Kebetulan, saat berwara-wiri di timeline fb, saya melihat status seorang teman sejawat, dr. Teuku Irfan, tentang Hari Tuberkulosis se Dunia atau World Tuberculosis Day yang jatuh pada hari ini, 24 Maret 2016. Unite to End TB, begitu tema yang diusung. Yup, kita semua, mulai dari tenaga medis, masyarakat, pemerintah, dan penderita TB harus bersatu untuk memusnahkan kuman Microbacterium tuberculosis. Dan, pada postingan ini saya ingin mengajak penderita TB agar rutin minum obat untuk mencegah terjadinya resistensi.
Teman-teman pasti tahu kan apa itu resistensi? Resistensi berarti “kebal” atau “tahan terhadap suatu penyakit”. Nah, berbicara tentang resistensi, ternyata kuman tuberkulosis juga bisa mengalami kekebalan terhadap obat TB yang selama ini digunakan.
Kenapa saya tertarik membahas tentang kepatuhan minum obat tb dan resistensi? Semua itu karena beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan kabar, bahwa teman saya yang notabene berlatar belakang pendidikan kesehatan mengalami TB MDR (multi drug resistant). Suasana ruangan tempat saya bekerja yang biasanya heboh dengan candaan dia kini sunyi senyap. Teman saya memilih untuk beristirahat di rumah saja karena ia takut penyakitnya bisa tertular ke orang lain.
Saya sama sekali tidak menyangka kalau teman saya menderita tuberkulosis. Pernah memang dia bertanya kepada saya tentang aturan minum obat anti tuberkulosis (OAT) selama 6 bulan lamanya.
“Memangnya minum obat TB itu harus 6 bulan, ya?” Tanyanya waktu itu dan saya jawab dengan anggukan.
“Kalau lupa minum obat tb sehari gimana, Kak?”
“Kalau lupa minum obat tb sehari atau dua hari enggak masalah. Lanjut aja lagi seperti biasa. Yang lupa itu engga usah diminum lagi.”
“Kalau lupa minum obat tb 3 hari?”
“Itu sih bukan lupa, emang sengaja enggak diminum,” jawab saya sambil bercanda dan ia pun tertawa.
“Kalau obat tb enggak diminum seminggu gimana?”
“Itu udah termasuk kategori putus obat. Harus diulangi lagi dari awal. Hati-hati lho kalau enggak patuh minum obat, nanti kumannya bisa kebal. Enggak mempan lagi dengan OAT.”
“Kak, memangnya kalau sakit tb harus minum obat 6 bulan itu? Enggak ada apa obat lain yang lebih cepat.”
“Sampai sekarang, untuk membunuh kuman tb, baru ada obat yang 6 bulan minum itu. Mudah-mudahan aja ada penemuan obat tb terbaru yang jangka waktu minumnya kebih cepat.”
“Bisa enggak sih tb sembuh tanpa minum obat? Soalnya ada temanku yang didiagnosa tb tapi dia sembuh walaupun enggak minum obat.”
“Setahu Kakak, dari berbagai refernsi yang kakak baca, tb itu baru sembuh kalau minum obat. Bisa jadi temanmu itu bukan sakit tb atau kumannya masih dorman.” Percakapan kami pun selesai.
Saya sama sekali tidak menyangka kalau yang ia tanyakan itu adalah tentang penyakitnya sendiri. Saya terkejut saat ia menceritakan kalau ia akan berangkat ke Banda Aceh untuk mengecek apakah ia menderita TB MDR atau tidak. Karena memang hanya di RSuDZA di Banda Aceh yang memiliki fasilitas pemeriksaan TB MDR untuk wilayah Aceh. Ketidakpatuhannya minum obat tb membuat penyakitnya tidak kunjung sembuh dan dokter paru mencurigai ia mengalami TB MDR.
Kenapa bisa terjadi TB MDR
Penyebab TB resistan obat bermacam-macam. Seperti tertular langsung dari orang lain yang menderita TB MDR, tidak minum obat TB secara teratur, tidak tersedianya suplai obat, kualitas obat TB yang kurang baik, atau kesalahan dalam pemberian resep. Akibatnya, si kuman TB menjadi lebih kuat dari sebelumnya dan kebal terhadap pengobatan. Kita yang sehat pun enggak tertutup kemungkinan untuk tertular TB yang resisten obat. Apalagi kalau berada wilayah yang penderita TB resistan obatnya sangat tinggi.
Syukurnya TB resistan obat bisa disembuhkan. Hanya saja pengobatannya lebih rumit dan lebih lama dari pengobatan TB biasa. Jika pengobatan TB memerlukan waktu 6 bulan, maka pengobatan TB resistensi obat hampir 2 tahun lamanya. Penegakan diagnosa kasus ini juga tidak bisa hanya dengan pemeriksaan dahak lewat mikroskop. Bakteri TB harus dikultur untuk melihat jenis obat apa saja yang sudah tidak mempan dan obat apa yang bisa digunakan.
Walaupun terdengar agak mengerikan, tetapi TB resistan obat tetap bisa dicegah, lho! Kan mencegah lebih baik daripada mengobati 🙂
Tips Mencegah TB MDR
- Bagi penderita TB, minumlah obat TB secara teratur. Ingat, obat TB bukanlah vitamin yang bisa diminum sesuka hati. Obat TB merupakan antibiotik yang harus diminum setiap hari selama 6 bulan. Kalau minum obatnya sering bolong-bolong, si kuman bisa mengalami resistansi. (Baca: Tips agar tidak lupa minum obat TB)
- Hindari kontak dengan penderita TB resistan obat. Mungkin kesannya agak tegaan, tetapi kuman TB bisa menyebar dengan sangat cepat. Ibarat lingkaran setan, jika seseorang menularkannya kepada kita, maka kita bisa menularkan si kuman TB ke orang yang kita cintai, lalu orang-orang yang kita cinta bisa menularkan si kuman ke teman-temannya, dan begitu pun seterusnya.
- Segera lakukan pemeriksaan. Jika kita mengalami kontak langsung dengan penderita TB/ TB resistan obat, segera konsultasi pada dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
- Cari tahu bagaimana penyebaran TB resistan obat. Kita bisa tertular TB lewat percikan air liur si penderita. Misalnya dengan berbicara, lewat batuk, dan bersin. Kuman TB akan mati setelah beberapa jam di udara, tapi kita bisa menghirup udara yang mengandung kuman tersebut dalam beberapa detik.
- Ingat! TB tidak menular lewat: bersalaman, makanan atau minuman, sentuhan, berciuman, dan asap rokok. Jadi jangan khawatir untuk bersalaman, berbagi makanan dan minuman dengan penderita TB.
- Cegah kekambuhan. Orang yang pernah menderita TB akan lebih rentan mengalami TB resistan obat. Oleh karena itu, hindari kontak dengan penderita TB agar tidak mengalami kekambuhan.
- Kenali gejala khas TB. Gejala TB resistan obat sama persis dengan gejala TB biasa seperti batuk berdahak, penurunan berat badan, tidak nafsu makan, demam dan berkeringat malam, terkadang juga disertai dengan dengan nyeri dada dan batuk berdarah. Jika ada diantara kita yang mengeluhkan gejala di atas, segera bawa ke pusat pelayanan kesehatan terdekat.
Pencegahan TB resistan obat harus melibatkan semua pihak. Para dokter dan tenaga kesehatan memiliki andil dalam mengobati, mengawasi, dan menghentikan pengobatan TB. Para penderita TB harus serius dan bersemangat menjalani pengobatan agar tidak mengalami resitansi dan menularkan penyakitnya ke orang lain. Dan kita yang sehat, harus bisa menjaga diri kita agar terhindar dari penyakit TB dengan menghindari kontak langsung dengan penderita dan menerapkan pola hidup sehat. United to End TB, kita harus bersatu untuk melenyapkan tb.
Refernsi :
www.tbindonesia.or.id
www.wikihow.com/Prevent-Drug-Resistant-Tuberculosis
Lon tuan says
Saya lg sakit kepala ini….
Liza Fathia says
Kasian…
indah says
Kalau minum obatnya lupa trus minumnya jam tiga apa boleh..soalnya baru satu hari ini yang telat