Sekilas, ia terlihat sama saja dengan wanita-wanita lain di rumah sakit tempatnya bekerja. Setiap hari ia dan rekan-rekannya berangkat pagi dan pulang ketika senja. Di sana, mereka mengerjakan tugas masing-masing. Para tenaga medis melayani pasien, pegawai struktural membereskan urusan administrassi, membuat kebijakan, dan berkutat dengan kertas. Dan dia yang berprofesi sebagai cleaning service, mensterilkan seluruh area rumah sakit dari sampah medis dan non medis. Namun, ada perbedaan fisik yang mencolok pada wanita yang bernama Nuraini Thursina itu dibandingkan dengan yang lain. Jika seluruh pegawai di RS itu memiliki anggota tubuh yang sempurna, maka Kak Thur, begitu wanita itu kerap dipanggil lahir hanya dengan satu tangan.***
Cipratan lumpur akibat hujan yang turun sejak kemarin sore membuat lantai koridor rumah sakit pemerintah itu kotor. Tapak-tapak sandal juga meninggalkan bekas kecoklatan di lantai yang terbuat dari keramik itu. Pun percikan darah di dalam ruangan IGD membuat lantai putih bersih berubah laksana bendera Jepang.
Pagi hari, sebelum seluruh staf rumah sakit yang terletak di ibukota Aceh Besar itu berhamburan memenuhi setiap ruangan yang ada, Kak Thur telah siap membersihkan ruag IGD dan koridor di sekitarnya. Wanita yang telah mengabdikan hidupnya selama 7 tahun di RSUD Kota Jantho ini memang hanya bertugas menjaga kebersihan IGD saja. Sedangkan di ruangan yang lain, mereka memiliki cleaning service masing-masing.
Meski bekerja dengan satu tangan, Kak Thur terlihat begitu cekatan. Seluruh IGD yang sebelumnya dikotori oleh percikan darah dan muntah pasien seketika menjadi bersih dan kinclong. Tidak tampak kalau perempuan berusia empat puluh tahun itu hanya memiliki tangan kanan.
Terkadang, Kak Thur tidak bekerja sendiri. Ia juga dibantu oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang sedang di rehabilitasi di RS ini.
“Mereka sering menawarkan bantuan untuk nyapu. Jadi mereka yang nyapu, saya yang ngepel,” tutur kak Thur, “kadang kak Thur kasih dua ribu atau tiga ribu ke mereka. Kasian juga dari pada duduk bengong di koridor,” Ttambah kak Thur sambil tersenyum.
Selain bekerja sebagai cleaning servise di RS, ibu dua anak ini juga hobi memasak. Dari kegemarannya itu, kak Thur juga bisa membantu meringankan beban suaminya dalam menyekolahkan anak-anak mereka. Nasi gurih dan aneka kue yang menjadi santapan para pegawai di kantin RS adalah hasil olahan tangannya. Semua itu dilakukan setelah jam kerja di rumah sakit usai.
Sore hari setelah pulang dari RS, Thursina segera menuju ke Pasar Jantho untuk membeli bahan-bahan yang akan dimasak. Setelah itu, ia langsung mengolah bahan-bahan tersebut menjadi nasi dan kue. Hebatnya, semua itu ia kerjakan sendiri dengan satu tangannya. Sebenarnya, Kak Thur memiliki anak perempuan yang kini sudah beranjak dewasa. Tetapi sang putri sedang kuliah di Banda Aceh dan tidak tinggal bersamanya.
“Saya orangnya dari dulu nggak bisa diam. Pokoknya ada saja yang mau saya kerjakan. Entah itu beres-beres rumah, memasak, pokoknya saya tidak suka duduk-duduk dan ngerumpi.”
Soal lelah, Thursina tidak memungkirinya. Ia juga kerap merasa kecapaian apalagi jika pekerjaan di rumah sakit sangat banyak. “Tapi ya itu, saya baru bisa tidur jam 12 ke atas. Jadi daripada saya tidak tahu mau mengerjakan apa, lebih baik saya memasak. Saya sangat menikmati saat-saat saya memasak.”
Ketika menyinggung perihal anggota tubuhnya yang tidak sempurna, dengan mata berbinar Kak Tur mengatakan bahwa ia sama sekali tidak masalah dengan kondisi fisiknya.
“Hidup saya ini sudah sangat sempurna. Saya memiliki suami yang baik, seorang anak perempuan yang kini sudah kuliah, dan anak laki-laki yang hampir menyelesaikan bangku SMKnya. Lalu saya juga memiliki pekerjaan tetap meski berstatus pegawai kontrak. Rezeki yang Alhamdulillah tidak pernah berkurang. Lalu apa lagi yang harus saya keluhkan?”
Meskipun demikian, Thursina tidak menampik bahwa pada awalnya dia juga merasa minder dengan kekurangan yang ia miliki. Terlebih ketika ia menikah dan tinggal di tempat yang berbeda dari masa kecilnya. Sulit baginya untuk bisa beradaptasi kembali dan mengahadapi orang-orang yang langsung mencibir kekurangan yang ia miliki.
“Ada lho ibu-ibu hamil yang langsung usap-usap kandungannya waktu melihat tangan saya sambil ngomong jangan sampai anaknya kayaksaya. Terus ada juga ibu-ibu yang nakuti anaknya kalau nakal-nakal nanti tangannya seperti say ,” air mata Thursina mulai berlinang ketika mengenang kejadian itu.
“Gara-gara itu saya jadi minder dan sungkan bergabung dengan tetangga.”
Bahkan ketika suaminya mengajak Thursina menghadiri undangan pesta, Thur sering menolak ikut serta.
“Tapi saya kemudian sadar, kalau nggak ada manusia yang sempurna. Saya memang hanya memiliki satu tangan, tetapi saya Allah member saya kelebihan lain asalkan saya terus berusaha dan tidak berputus asa.”
Sebelum bekerja di rumah sakit, wanita kelahiran Pidie ini menjadi tempat penitipan anak-anak tetangga yang ibunya pergi bekerja. Dia juga terkadang bekerja membersihkan rumah tetangganya. Dari sanalah ia bertemu dengan ibu Khairani, perawat yang bekerja di RS. Kebetulan di saat yang sama direktur rumah sakit sedang mencari seorang CS yang dapat menggantikan pegawai sebelumnya yang dinilai kurang terampil dalam bekerja. Ketika melihat kecekatan dan kerapian kak Thur bekerja, Ibu Khairani langsung mempromosikannya pada direktur RS. Bak gayung bersambut, sang pimpinan rumah sakit tersebut langsung menerima Thursina bekerja tanpa mempermasalahkan kondisi fisiknya.
“Ssal kerjanya beres, bagi saya tidak masalah,” Ucap kak Thur meniru apa yang pernah dikatakan dr. Fia Dewi, Direktur RSUD Jantho.
Ketika ditanya tentang harapannya ke depan perempuan itu mengatakan kalau ia sudah sangat bahagia dan bersyukur dengan kehidupannya saat ini. Namun, jika boleh berharap, ia sebenarnya ingin sekali memiliki tangan palsu. Tetapi untuk membelinya sangat mahal dan saya belum memiliki cukup dana untuk itu. Semoga keinginan Kak Thur dapat segera tercapai.
“If I regarded my life from the point of view of the pessimist, I should be undone. I should seek in vain for the light that does not visit my eyes and the music that does not ring in my ears. I should beg night and day and never be satisfied. I should sit apart in awful solitude, a prey to fear and despair. But since I consider it a duty to myself and to others to be happy, I escape a misery worse than any physical deprivation.” – Helen Keller
Bai RUindra says
Semoga mendapat kedudukan yang layak 🙂
Mugniar says
Masya Allah … semoga kak Thur selalu dalam lindungan Allah. Semoga murah rezeki supaya mendapatkan tangan palsu. Teladan buat kita semua, supaya tak cengeng …
Terimakash sharingnya ya 🙂
riimaannisa says
Subhanallah… Inspiratif 🙂
Khaira says
Benar2 inspiratif ya kak.. Cara bersyukur yg sangat hebat ialah dengan berusaha sesuai kemampuan
azharterharu says
inspiratif, subhanallah 🙂
Nunu El Fasa says
subhanallah saya dibuatnya malu, aku kayak gini aja kadang suka mengeluh 🙁
indah Juli says
Speechless 🙁
Semoga Allah mengabulkan keinginan kak Thur, aamiin.
Heni Puspita says
Masya Allah, semoga Kak Thur diberi rezeki yang berkah & melimpah. Aamiin…
Bang Aswi says
Sebuah cermin untuk diri sendiri. Terima kasih, Liza ^_^
shaamsy says
sebuah pelajaran bagi saya, terima kasih atas informasinya
Brillie says
salut sama ibu itu,, dengan keterbatasannya tetap nggak menyurutkan dia untuk berperilaku rendah dgn mengexploitasinya. beda dengan peminta-minta di ibukota,, sengaja merendahkan diri sendiri, pura-pura cacat demi uang.
buat ibu hamil yg ngelus2 perut,, bener-bener nggak bener tuh ibu. emang kalau lihat orang yang ga sempurna trus anaknya nanti ikutan lahir seperti itu?
*salam kenal ya*
Brillie,
http://antie.info
Fardelyn Hacky says
Luar biasa!
Yahya says
Subhanallah… walupun fisik tak sempurna tapi masih semangat..
Zippy says
Hidup emang harus selalu disyukuri ya.
Kadang kita menuntut ini-itu yang terlalu banyak tanpa memandang orang lain diluar sana yang nggak seberuntung kita.
Ah, jadi minder sendiri lihatnya 🙁
duniaely says
Salut sama kak Thur, semoga impian beliau segera terwujud ya
SITI FATIMAH AHMAD says
Assalaamu’alaikum wr.wb, Fiza….
Kisah Kak Thur sangat mengkagumkan. Penuh semangat dan menginspirasi buat kita yang sempurna sifat kejadian. jika dengan sempurna ini juga masih malas dan tidak berjaya, sungguh malu dengan Allah SWT. Semoga impian Kak Thur bisa menjadi nyata di kemudian hari.
Salam manis dari Sarikei, Sarawak. 😀
Lidya says
mempunyai kekurangan fisik saj amasih semangat gitu ya mbak, sudah seharusnya kita lebih semangat lagi
Arifah Abdul Majid says
Ah maluuu sama ibu Thur, semangatnya luar biasa :)) sedangkan saya yg tangannya dua masih suka males2an 🙁
Mudah2an Allah mewujudkan keinginan beliau utk punya tangan palsu, aamiin
Destiany Prawidyasari says
Luar biasa kisahnya. Di balik kekurangan, ibu Thur memiliki kelebihan yang nggak kalah indahnya. Sy bisa banyaj belajar dari beliau 🙂
Liza Fathia says
benar sekali mbak, saya pun demikian
lisa Tjut Ali says
kagum lihat semangat dan perjuangannya, sangat memotivasi
Liza Fathia says
Bener bgt kk Lisa
ALIFIA says
Ya Allah, aku merasa bersalah. Karena selama ini saya masih menganggap kurang segala yang saya miliki. Saya terinspirasi oleh kak Thur. Semoga seLALU diberi kemudahan.
mangcara says
Luar biasa, kita-kita yang masih memiliki fisik lebih baik harusnya malu kalau cuma bisa mengeluh & cepet putus asa