Tinggal di perantauan tidak berarti harus ketinggalan mencicipi makanan khas tanah kelahiran. Apalagi di bulan Ramadhan ini, menu berbuka khas Pidie, kampung halaman tetap bisa saya rasakan dengan membuatnya sendiri. Penasaran makanan apakah itu? Lambai, itulah dia, makanan khas Aceh yang terbuat dari daun pegagan.
Sore pertama Ramadhan kemarin, saya mencoba untuk membuat lambai dengan bahan seadanya. SudAh lama sayang ingin mencicipi lambai yang biasanya bisa langsung saya dapatkan di pasar, tetapi meski sama-sama orang Aceh, banyak perbedaan adat istiadat dan juga makanan dengan tempat tinggalku.
Saya pun langsung mencincang daun pegagan yang telah saya bungkus dengan daun mengkudu. Mencincangnya harus benar-benar halus dan membutuhkan kesabaran yang tinggi. Oleh karena itu, pisau yang tajam dan konsentrasi yang penuh harus disiapkan untuk membuat lambai ini. Tidak mengherankan kalau tidak banyak orang mau membuat lambai di bulan Ramadhan. Kalau saja ada yang menjualnya, maka saya pun demikian, lebih baik beli dari pda harus buat sendiri.
Selain peugaga dan daun mengkudu, ada juga sawi hutan, daun sirasani, daun jeruk, serai, kelapa gongseng, cabai, bawang merah, dan garam yang berhasil saya sulap menjadi makanan yang disebut juga dengan sambail(sambal) nan lezat untuk berbuka. Rerumputan itu di dapat dari pinggir hutan atau sungai. Di Tangse, tumbuhan untuk membuat lambai tidak begitu sulit ditemukan dibandingkan dengan daerah lainnya. Bahkan, di kebun belakang rumah saya, rumput peugaga tumbuh dengan suburnya.
Selain lezat, dedaunan dan rerumputan segar ini juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Rumput peugaga misalnya, dapat menjadi antibiotik alami. Selain itu, menurut paparan mamak, menyantap lambai saat berbuka dapat menghilangkan bau mulut selama berbuka.
Pukul sembilan belas kurang dua belas menit sirine tanda berbuka pun berbunyi. Setelah membaca doa dan meneguk teh manis, lambai yang biasanya dimakan bersama nasi, langsung saya santap begitu saja. Nyam… sepiring lambai habis saya lahap. Dan yummy… Lambai yang hanya diramu di bulan Ramadhan itu memang lezat rasanya.
konveksi seragam jaket kaos says
wahh enak tuh kayaknya, jadi pengen ..hehe
Lombok Wander says
Kalo traveling ke daerah2, harus dicobain yg macem ginian…
Ibu Wida says
nampanya maknyos nih, perlu dicobain kalau jalan2 kesana 🙂
Liza Fathia says
Iya mak, bener banget
tata says
Kak.itu dedaunannya mentah ato diuap dlu yaa