Awalnya saya dan Bang Thunis hanya ingin menghabiskan senja sambil berjalan-jalan di seputaran kota Banda Aceh. Pantai Ulee Lheu dan Syiah Kuala sudah sering kami singgahi. Menikmati pesona pantai sambil menyantap jagung rebus atau bakar sungguh aduhai ditambah lagi dengan menyeruput air kelapa muda. Sore itu, haluan kami masih sama, ke arah Pantai Syiah Kuala, hanya saja ketika tiba di persimpangan, Bang Thunis membelokkan motor ke arah kiri. Jalan ke Syiah Kuala lurus ke depan sedangkan jika ke kiri itu artinya kami memasuki kawasan Lamdingin sampai akhirnya tiba di Lampulo.
Kolam-kolam ikan warga menjadi pemandangan perjalanan kami. Orang Aceh menyebut kolam yang dibuat di pesisir pantai dengan Tambak. Hanya beberapa batang pohon mangrove yang tumbuh di sana. Kemudian kami terus berjalan di aspal yang masih mulus itu sampai di sebuah persimpangan, kami melihat banyak sekali orang yang berlalu lalang di sana.
“Itu TPI Lampulo yang baru,” seru Bang Thunis.
Ketika kami semakin mendekat, benar saja, tujuan orang beramai-ramai ke tempat itu adalah karena di sana merupakan tempat pendaratan ikan. Ikan-ikan yang baru selesai dijaring oleh nelayan ditumpahkan di sana. Sayang, ketika kami tiba TPI itu, tidak ada nelayan yang mendarat.
Lampulo adalah salah satu desa nelayan yang ada di kota Banda Aceh. Letak desa ini langsung berbatasan dengan laut sehingga pada tsunami 2004 silam, kawasan ini termasuk yang sangat parah terkena terjangan ombak. Tetapi sekarang desa ini kembali ramai dan tetap menjadi desa nelayan seperti dahulu. Tempat pendaratan ikan sebelumnya terletak berbatasan langsung dengan Krueng Aceh, hanya saja kini sudah dipindahkan ke tempat yang baru. Hanya saja, TPI baru belum begitu optimal, buktinya ketika kami melewati TPI lama, masih ramai nelayan yang menuangkan ikan hasil tangkapannya di sana.
Walhasil, di perjalanan pulang, matahari yang tampak begitu bulat di langit menjadi pemandangan indah yang sayang untuk di lewati. Langit begitu cerah senja itu dan hanya sedikit terlihat gumpalan awan. Matahari merah saga benar-benar menyihir siapa saja yang melihatnya.
Kami terus berjalan pulang sambil menikmati matahari tenggelam. Jarang-jarang bisa melihat matahari tanpak begitu bulan di angkasa sana. Jadi, peristiwa alam seperti ini pantang untuk dilewatkan. Ketika hampir meninggalkan Lampulo, Bang Thunis kembali membelokkan motor yang ia kendarai ke arah salah satu tempat wisata tsunami yang terdapat di Lampulo. Apalagi kalau bukan Boat di Atas Rumah warga yang dihempaskan oleh gelombang tsunami. Ini adalah kali pertama kami ke sana, dan sungguh otak ini tidak sanggup mencerna kekuasaan Ilahi Rabbi itu.
Situnis says
Gak mau kasih komen lah, walaupun dipaksa suruh komen, secara ongkos antar kemari belum dibayar.
Liza Fathia says
nah ini apa juga kalo bukan komen? hiiii
haekal fauzie says
Lampulo itu ternyata nggak kalah juga ya sama pantai lhoknga maupun Ulee Lheu ya 😀
Liza Fathia says
iya haekal, cuma kurang terekspose pantainya
Bai RUindra says
Penginlah sekali-kali ksana 🙂
Liza Fathia says
iya nih, kapan ke Banda lagi bang ubai
isnuansa says
Adik saya sudah sampai Lampulo, Mak, saya belom. Hiks.
Itu TPI belom begitu ramai ya memang kelihatan dari fotonya. Biasanya TPI hiruk pikuk sama orang jualan ikan. 😀
Liza Fathia says
iya mak, masih baru. btw kapan nih mak nunik ke Aceh? dengan senang hati diriku akan menyambutmu 🙂
Makmur Dimila says
Datang habis Magrib, biar dapat ikan segar yg baru diturunkan nelayan dari boat. 😀
Liza Fathia says
iya makmur, kemarin datangnya dah mau magrib, jadi buru2 pulang
Makmur Dimila says
Oh,, 😀
buzzerbeezz says
Aku malah belum pernah ke TPI yang ini. Sepertinya ide Makmur beli ikan segar abis maghrib di TPI ini boleh juga tuh. Tapi, kapan ya? *cek kalender*
momtraveler says
Eh TPI bagus ya,bersih n rapi.kebayang asyiknya beli ikan seger2 disitu smbil menikmati sunset 😉
Liza Fathia says
iya kak, inni TPI baru, jadi belum banyak orang
Nunu El Fasa says
Senjanya kereeen
Nunu El Fasa says
Sejanya kereeen
Liza Fathia says
terima kasih mbak nunu
Yusrizal Yusuf says
Keren kak, jan lupa main2 ke blog saya ya http://negeridalamaksara.blogspot.com/
teurimoeng geunaseh
Liza Fathia says
sudah yusrizal 🙂
Roy says
2002 menginjakan kaki di Banda Aceh, 2004 merasakan dan menjadi saksi kedahsyatan tsunami, 2011 meninggalkan atjeh..susah dan sulit untuk dituliskan kesan selama disana, yang pasti mendapatkan pembelajaran hidup yang lebih berharga..insyaallah kelak akan saya bawa istri dan anak2 ke sana, Atjeh Lon Sayang
Liza Fathia says
padahal akan sangat menarik jika dituliskan pak Roy. ditunggu kedatangannya lagi di Aceh ya. jangan lupa mengabari kalau kesini lagi
mawi wijna says
mau tanya Kak Liza, di TPI Lampulo apa juga ada warung-warung yang memasak hasil tangkapan nelayan? Pingin makan di pinggir laut kalau saya jadi ke Aceh. Terus, kalau pantai di Aceh yang banyak gugusan batu karang atau batuannya di mana ya?
OpensTrip says
wah enak tuh…salam kenal ya
sopyansaorihigoat says
Salam kenal
mesinidcard says
kapan ya bisa ke aceh..
http://www.mesinidcard.com
duniaely says
wow cantik mataharinya mbak ngepink bgt, sering juga aku lihat di sini mbak 😛
Idah Ceris says
Di TPI situ gak ada yang menyediakan ikan bakar gitu, Mba?.
Rizka says
foto makanan di TPI Lampulo kok gak diupload mba?
biar bikin ngiler
hihi
konveksi seragam jaket kaos says
nice infonya…
gunung sumbing says
cakeppp
gunung guntur says
awesome..
Rooswati says
Cantik sekali, pengen deh