• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Home
  • About
  • Recognition
  • Advertise
  • Disclosure
  • Contact

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

  • ABOUT ME
  • Traveling
  • Advertorial
  • Kesehatan
  • Feature
  • Kuliner
You are here: Home / Aceh / Ketagihan Gulai Kepala Ikan Kakap

November 17, 2015

Ketagihan Gulai Kepala Ikan Kakap

Awal-awal tinggal di Blangpidie, Aceh Barat Daya, saya sedikit kesulitan menemukan tempat kuliner lezat di Nanggroe Breuh Sigupai ini. Kepingin makan gulai kepala ikan kakap, tapi enggak tahu dimana. Saya hanya melihat warung atau rumah makan biasa seperti rumah makan Padang atau warung nasi plus ayam bakar atau penyet serta rumah makan “biasa” yang kerap saya temukan di wilayah lain di Aceh. Kalau semuanya sama, lantas dimana khasnya?

“Nanti Meri aja Liza makan di depan Hotel Grand Leuser,” ucap Meri saat mendengar keluhan saya tentang makanan di kampung halamannya.

Nikmatnya Gulai Kepala Ikan Kakap di Blangpidie

“Rumah makannya biasa aja, tapi pejabat-pejabat atau tamu-tamu penting sering diajak makan kesana.” Teman saya mencoba meyakinkan saya.

gulai kepala ikan kakap

Gulai kepala ikan kakap

“Tenang, Meri traktir deh.” Tambahnya lagi seakan bisa membaca pikiran saya. Memang, teman saya ini tidak pernah neko-neko soal traktir mentraktir apalagi untuk teman sekantornya yang masih berstatus capeg ini. Hehehe.

Hari itu, ketika istirahat siang tiba, saya dan Meri serta teman-teman di kantor memutuskan untuk makan siang di tempat yang pernah dijanjikan oleh teman saya itu. Ternyata, rumah makan itu terletak tepat di depan hotel Grand Leuser Abdya dan tidak jauh dari rumah kontrakan saya. Bangunan rumah makan itu tidak mecolok dan tidak ada papan namanya, maka wajar saja kalau saya tidak tahu tempat makan tersebut. Namun, ketika kami memasuki rumah makan yang dindingnya terbuat dari bambu tersebut, kami harus antri untuk mendapatkan tempat duduk. Mobil-mobil berplat hitam dan merah terpakir berjejeran di pinggir jalan.

Setelah mendapatkan meja dan mengambil posisi untuk duduk, pelayan rumah makan itu langsung menghidangkan seluruh menu makanan yang ada di warungnya. Ada gulai kepala ikan kakap, ikan kerapu panggang, ikan gembung panggang, ikan kakap asam keueng (asam pedas), ayam goreng, sambal udang, gulai pliek u, sayur asem, dan beragam menu lainnya.

Mata kepala ikan kakap seakan melototi ke arah saya tepat ketika saya mulai galau hendak mencicipi menu makanan yang mana. Kuah santannya yang kental sunggung menggugah selera.

“Ambil terus, Liz. Gulainya enak kali. Meri kalau kesini selalu pilih kepala ikan.” Meri seperti bis membaca pikiran saya.

Baiklah, mangkuk berisi kepala ikan kakap besar kini mendarat tepat di depan piring nasi saya. Setelah membaca basmalah, nyam nyam nyam, gulai kepala ikan kakap itu pun memasuki organ pencernaan saya. Rasanya? Daging ikan kakap yang masih segar itu terasa manis di lidah. Begitu pula dengan kuahnya, bikin nasi sepiring rasanya enggak cukup. Ditambah lagi dengan gulai pliek yang lezat. Jika tidak mengingat badan yang semakin melar, sudah saya pesankan lagi sepiring nasi tambah.

Setelah melumat habis daging yang ada di kepala ikan kakap tersebut sehingga yang tertinggal hanyalah tulang belulang dan mata yang tadi melototin saya, maka saya akui, rumah makan yang direkomedasikan Meri memang tiada duanya. Soal harga tidak menjadi persoalan jika makanan yang ditawarkan pas di lidah serta kesana juga ditraktir oleh teman.

Share this:

  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
  • Click to share on Telegram (Opens in new window)
  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Tumblr (Opens in new window)
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window)
  • More
  • Click to share on Pocket (Opens in new window)
  • Click to share on Reddit (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Filed Under: Aceh Tagged With: Aceh

  • 1 Liza Fathia
    • 8 Kafe Unik dan Cozy yang Wajib Dikunjungi di Tokyo
    • Stabilizer Listrik: Lindungi Peralatan Elektronik Anda
    • Membangun Keluarga Bahagia dengan Sekolah Keluarga Samara
    • Mengenal Tanda-tanda Hamil Anggur
    • Keuntungan Memilih Bayar Listrik Online di Aplikasi Belanja Online

Reader Interactions

Comments

  1. Idah Ceris says

    November 20, 2015 at 2:11 PM

    Matanya ngga dilahap saja, Kak? 😀 Enak, lho.

    Reply
    • Liza Fathia says

      November 25, 2015 at 1:47 AM

      ikut dilahap gak ya? kayaknya semua masuk mulut deh, kecuali tulang sama ekor 🙂 hehe

      Reply
  2. Moersalin says

    January 10, 2016 at 9:51 AM

    lebih enak ikan sure…

    Reply
  3. ILYAS AFSOH says

    May 26, 2016 at 1:17 PM

    kayaknya gurih … tapi kurang suka dengan daging bagian kepala
    Public Speaking Semarang

    Reply

Leave a ReplyCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Primary Sidebar

Liza Fathia

Welcome to liza-fathia.com!

Hi, I 'm Liza, a working mom with a beautiful daughter who loves blogging and traveling. I started blogging to create a lifestyle and travel blog that allows me to spend more time focusing on the things I love. Grab a cup of coffee and enjoy reading this blog. I hope you leave the site with some new exciting ideas!

Follow Me

  • Twitter
  • Instagram
  • Pinterest
  • LinkedIn
  • Facebook

Recent Posts

  • 8 Kafe Unik dan Cozy yang Wajib Dikunjungi di Tokyo
  • Stabilizer Listrik: Lindungi Peralatan Elektronik Anda
  • Membangun Keluarga Bahagia dengan Sekolah Keluarga Samara
  • Mengenal Tanda-tanda Hamil Anggur
  • Keuntungan Memilih Bayar Listrik Online di Aplikasi Belanja Online

Community

blogger perempuantravel blogger indonesiagaminong blogger

Copyright© 2023 · by Liza Fathia

 

Loading Comments...
 

    %d