Kali ini saya mau nulis kenapa orang bisa gangguan jiwa, soalnya banyak yang tanya, kenapa sih orang bisa sakit jiwa, awalnya normal tiba-tiba sudah ngamuk? awalnya baik tiba-tiba sudah suka marah, awalnya berprestasi tiba-tiba tidak mau lagi kesekolah?
Nah, gangguan jiwa ini banyak penyebabnya, bisa karena faktor keturunan, karena kerusakan organ, karena faktor lingkungan, dan bisa juga karena masalah sosial ekonomi. Karena keturunan, orang yang punya orang tua dengan gangguan jiwa punya resiko lebih besar mengalami gangguan jiwa dibandingkan mereka yang orang tuanya tyang normal, karena memang gangguan jiwa ini bisa diturunkan dari ibu/bapak ke anaknya. Nah, kalau kamu punya orang tua yang gangguan jiwa, kamu jangan khawatir, karena kalau kamu tahu gejala-gejalanya, kamu bisa cegah dan bisa mengobatinya sesegera mungkin, sehingga penyakitnya tidak berlanjut lebih parah.
Selanjutya, penyebab kedua adalah karena kerusakan organ, atau dikenal juga dengan gangguan jiwa mental organik. Misalkan seseorang mengalami kecelakaan lalu lintas yang membuat organ dikepalanya rusak, dia bisa saja muncul gejala-gejala seperti orang yang mengalami gangguan jiwa. Saya sering punya pasien yang di bawa kerumah sakit karena suka ketawa sendiri, atau malas malasan. Setelah di periksa tidak ada riwayat keluarga sama sekali, tapi setelah diperiksa lebih jauh, ternyata si pasien pernah kecelakaan ketabrak motor, dan mengaku pernah dirawat di rumah sakit. setelah kepalanya di CT scan dan di konsultasikan ke ahli saraf, ketahuan deh kalau di kepala si pasien sudah ada yang rusak. Jadinya inilah penyebab kenapa kemudian dia mengalami gejala seperti orang gangguan jiwa.
Selain karena keturunan dan karena kerusakan pada organ tubuh, gangguan jiwa juga disebabkan karena masalah lingkungan dimana kamu tinggal. orang yang tinggal di daerah konflik misalnya, punya resiko untuk mengalami gangguan jiwa dibandingkan mereka yang tinggal di daerah yang aman. Mereka yang tinggal di daerah konflik sering mengalami ganggguan jiwa kecemasan, seperti gangguan stress pasca trauma, dan sebagainya. Anak remaja yang punya orang tua yang suka memukul, sering marah-marah sama anaknya, tidak memberikan kasih sayang kepada anaknya, juga membuat si anak beresiko tingggi mengalami gangguan jiwa. Jadinya memilih lingkungan tempat tinggal yang baik merupakan salah satu syarat agar kita juga punya kesehatan jiwa yang baik.
Selanjutnya, penyebab gangguan jiwa yang lain adalah faktor sosial ekonomi. Orang dengan status ekonomi rendah punya resiko gangguan jiwa yang tinggi, selain itu mereka juga sepertinya susah untuk sembuh, karena memang mereka punya akses yang terbatas ke rumah sakit. Bahasa gampangnya, karena tidak punya uang, ya tidak bisa berobat. Jadinya mereka terus-menerus menderita gangguan jiwa. Sebaliknya mereka yang punya kemampuan dari segi ekonomi, biasanya punya akses berobat yang lebih baik, cepat sembuh dan tidak selamanya harus menderita dengan gangguan jiwanya.
Nah, keempat faktor ini sebenarnya saling berhubungan satu sama lain. Orang yang punya riwayat keluarga misalnya, resikonya akan lebih rendah apabila ia tinggal di lingkungan yang baik. Sebaliknya mereka yang tidak punya riwayat keluarga, akan beresiko tinggi apabila tinggal di lingkungan yang tidak sehat.
Begitu juga dengan faktor ekonomi, kalau mereka tidak punya riwayat keluarga pun, akan tetap beresiko kalau punya status ekonomi yang rendah, sebaliknya kalau keadaan ekonominya baik, resikonya akan lebih rendah. Sekian dulu ya, semoga bermanfaat!
Mayya says
Makasih sharingnya mbak! Jadi tertarik baca tulisan yang lain… aku selalu ingin tahu hal ini karena ibuku memiliki gangguan kepribadian narsistik dan aku ingin sekali bisa ‘hidup’ normal
Liza Fathia says
Sama-sama mbak Mayya, semoga ibunya bisa segera hidup normal ya..
Lidya says
fak tor ekonomi ini kelihatan ya mbak mendeteksinya dibanding yang keturunan, eh bener gak ya analisa saya 🙂
Liza Fathia says
sepertinya sama-sama mudah dan sama-sama sulit deh mbak, soalnya ada juga yg ekonomi pas pasan, tapi aman2 aja tuh, sebaiknya yg kaya raya ya….hehe
ruli retno says
Menurut sy hal yg ky gini ni rumit bgt. Sy selalu salut sm org2 yg mendalami keilmuan soal jiwa ini.. nice share mba..
Template nya bagus..
Liza Fathia says
Terima kasih mbak, ya kalau di pikir2 rumit, tapi kalau udah tiap hari bertemu pasien, jadi simple, malah menyenangkan 🙂
susanti dewi says
saya kira gangguan jiwa itu hanya karena depresi berkelanjutan. Ternyata banyak faktornya ya..
Liza Fathia says
Iya mbak, banyak, depresi hanya salah satu saja…
rizka says
Jadi ingat 5 aksis buat diagnosa gangguan jiwa Mbak 🙂
Liza Fathia says
Iya, sayangnya sekarang di DSM 5 gak pakai lagi sistem aksis, kalau PPDGJ masih ya?! 🙂
Sandrine Tungka says
Owh ternyata gangguan jiwa itu bisa jadi dari faktor keturunan ya. Saya kira itu sesuatu yang keluar karena depresi saja. Pada akhirnya musti waspada juga ya dan dicegah sejak dini. Terima kasih atas informasinya.
Liza Fathia says
Iya, sama-sama, semoga bermanfaat 🙂
mysukmana says
gangguan jiwa sebenarnya bukan masalah ekonomi dll tapi itu juga menjadi faktor pendukung, mungkin karena kurang bersyukur saja menurut saya..tapi artikel dan tulisan mbak liza menarik nih, jadi nambah pengetahuan
Liza Fathia says
Benar, Gangguan jiwa banyak sekali faktor pemicunya, dalam ilmu medis, faktor2 yang saya sebutkan itu yang sudah di buktikan lewat penelitian…
vatih says
maskih mba artikelnya, sangat bermanfaat 🙂
Liza Fathia says
Iya, sama-sama.. 🙂
Liza Fathia says
Sama sama 🙂
qolbun says
oh ternyata itu penyebabnya.. baru tau, makasih mba
Liza Fathia says
Iya, sama2 🙂
into says
kalau lingkungannya mendukung inshaa allah orang itu nggak akan sampai kena gangguan jiwa sih. ini menurut saya, he
Liza Fathia says
Benar sekali 🙂
Rudy kurniawan says
Thanks utk sharingnya..postingan yg mantap..
ijin..
Rudy kurniawan says
Thanks sharingnya mba..mantap.
Moersalin says
kalau ini saya mah sudah tahu….