“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ibu-ibu warga Gampong Ceurih yang memiliki anak balita, hari ini kita ada Posyandu di meunasah (mushalla.red) dan pemberian makanan tambahan,” suara kader perempuan dari pelantang suara di meunasah desa terdengar jelas sampai ke rumahku. Pagi hari sebelum aktivitas dimulai, sang kader mengumumkan jika ada Posyandu Balita di tempat tinggalku.
Mendengar pengumuman itu, mengingatkanku akan rutinitas yang hampir setiap bulan saya lakukan saat anak-anak masih berumur dua tahun ke bawah. Pagi hari, saya dan buah hati telah bersiap-siap menuju meunasah untuk mengikuti Posyandu. Di sana, si kecil ditimbang berat badannya, diukur panjang badannya, dan diberikan suntikan imunisasi rutin sesuai dengan usia. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang berwarna merah muda tidak pernah lupa saya ikut sertakan. Di dalam buku itulah perkembangan buah hati dicatat plus #imunisasi apa saja yang telah diberikan tertera.
Namun, ketika pandemi Covid-19 melanda dan vaksin #Covid-19 belum tersedia, kegiatan yang melibatkan banyak orang seperti Posyandu terpaksa dihentikan sementara guna menghindari sebaran virus corona. Putri kecil saya, Queeva yang saat itu masih berusia di bawah dua tahun tidak bisa lagi ke Posyandu.
Walhasil, agar imunisasi dasar lengkap sang anak tidak lewat dari jadwal yang ditentukan, saya pun mencari praktek dokter anak yang menyediakan layanan imunisasi. Tentu, selama pandemi, pelayanan kesehatan dalam bentuk apapun dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Perasaan lega menyelimuti jiwa saat buah hati saya selesai diimunisasi di tempat praktek dokter anak di Banda Aceh. Setelah beberapa kali ditunda karena si kecil yang sedang demam, maka pada hari itu, putri kedua saya, Queeva yang berusia 24 bulan pun mendapatkan vaksin DPT-HB-Hib dan Campak Rubella. Itu artinya, imunisasi dasar lengkap dan imunisasi lanjutannya sudah selesai. Baru nanti ketika duduk dibangku sekolah dasar ia mendapatkan jenis vaksin lain untuk meningkatkan kekebalan tubuhnya terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Tidak hanya Queeva, si sulung Naqiya yang berusia 7 tahun juga sudah mendapatkan imunisasi Campak Rubella lewat program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yang diselenggarakan oleh Puskesmas yang bekerjsama dengan sekolah. Bahkan, ketika vaksin Covid-19 sudah bisa diberikan untuk anak usia 6 tahun ke atas, ia pun sudah mendapatkan dua kali suntikan vaksin di lengan kanan dan kirinya.
“Imunisasi adalah hak anak. Sudah kewajiban saya sebagai orang tua untuk memberikan perlindungan baginya dengan membawa sang buah hati untuk diimunisasi,” begitulah ucap saya ketika seorang ibu bertanya alasan saya rutin membawa anak saya imunisasi meskipun pandemi Covid-19 belum berakhir.
Setiap orang tua pasti menginginkan buah hatinya tumbuh sehat, tidak sakit berat, tidak cacat, dan tidak meninggal. Namun, hingga saat ini anak-anak masih terancam penyakit yang mengancam nyawa seperti campak, cacat karena rubella, difteri, polio, influenza, demam berdarah. Ditambah lagi dengan kondisi pandemi Covid-19 saat ini, anak-anak adalah kelompok rentan yang rawan terinfeksi.
Tidak hanya anak-anak, saya dan suami pun sudah berkali-kali mendapatkan vaksinasi. Entah itu vaksin meningitis dan vaksin yellow fever yang memang diwajibkan saat berpergian ke negara-negara tertentu. Atau vaksin Tdap yang merupakan singkatan dari tetanus, difteri, dan aselular pertusis saat saya mengandung anak pertama.
Mengutip yang disampaikan oleh Pelaksana Tugas Direktur Pengelolaan Imunisasi, Kementerian Kesehatan, Prima Yosephine dalam konferensi pers virtual Pekan Imunisasi Dunia 2022 pada Kamis, 14 April 2022, “Jika sudah mendapatkan imunisasi, apabila orang itu terpapar suatu penyakit, maka tidak akan jatuh sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Imunisasi akan membentuk antibodi spesifik pada individu terhadap penyakit tertentu.”
Selain itu, imunisasi penting untuk membentuk kekebalan kelompok atau herd immunity. Kekebalan kelompok ini terbentuk dengan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata, serta melindungi anggota kelompok yang tidak bisa atau belum bisa mendapatkan imunisasi.
Daftar Isi
Memahami Imunisasi Lengkap
Dalam memberikan imunisasi kepada anak, orang tua harus memahami apa itu imunisasi dasar lengkap dan imunisasi rutin lengkap. Imunisasi dasar lengkap adalah imunisasi yang diberikan kepada bayi usia nol sampai sebelas bulan. Sedangkan imunisasi rutin lengkap memiliki cakupan yang lebih luas, yakni imunisasi dasar lengkap dan imunisasi lanjutan.
“Imunisasi dasar lengkap saja belum cukup memberikan perlindungan terhadap PD3I karena beberapa antigen memerlukan besar atau pemberian dosis lanjutan pada usia 18 bulan, usia anak sekolah dan usia dewasa. Sehingga sekarang tidak hanya mengejar imunisasi dasar lengkap tapi juga mengejar imunisasi rutin lengkap,” jelas Prima.
Dilansir dari situs Ikatan Dokter Anak Indonesia (idai.or.id) disebutkan untuk mencapai perlindungan maka imunisasi harus diberikan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Jadwal imunisasi terbagi atas jadwal imunisasi dasar dan jadwal imunisasi ulangan.
Ada yang cukup satu kali imunisasi, ada yang memerlukan beberapa kali imunisasi dan bahkan pada umur tertentu diperlukan ulangan imunisasi.
Jadwal imunisasi tersebut dibuat berdasarkan rekomendasi WHO dan organisasi profesi yang berkecimpung dalam imunisasi setelah melalui uji klinis. Oleh karena itu, jika ada imunisasi yang belum diberikan sesuai jadwal yang seharusnya, atau imunisasi tertunda, imunisasi harus secepatnya diberikan atau dikejar.
“Imunisasi kejar merupakan upaya memberikan imunisasi kepada individu akibat tertinggal satu atau lebih dosis vaksin dari yang seharusnya diberikan. Pelaksanaanya bisa bersamaan dengan jadwal imunisasi rutin atau pada kegiatan imunisasi khusus,” jelas Prof. Dr. dr. Soejadmiko, Sp.A (K), M. Si dalam acara Live Q&A Rabu Sehat “ Ayo Lengkapi Vaksinasi Bayi dan Anak Kita” pada Rabu (13/4) di instagram @kemenkes_ri.
Prof Miko, begitu sang dokter sering disapa juga menyarankan kepada orang tua untuk rutin memeriksa buku KIA. “Kalau lupa imunisasi apa saja yang sudah diberikan karena buku KIA hilang, terselip, atau lupa, anggap saja imunisasinya belum lengkap lalu dilengkapi. Kalau merasa lengkap tetapi faktanya tidak lengkap itu lebih berbahaya. Vaksin kembali saja berapa kurang dan untuk jarak pemberiannya nanti diataur oleh petugas kesehatan,” paparnya.
“Imunisasi kejar ini sudah pernah dilakukan di berbagai negara dilakukan dan aman. Don’t worry handayani,” candanya.
Menurut Prof Miko, buku KIA harus selalu dibawa untuk memastikan ketepatan waktu imunisasi, “karena imunisasi itu selain harus ikut dengan jadwal yang ada, sebisa mungkin harus tepat waktu. Ini penting dan terbukti dengan ketepatan waktu imunisasi sesuai jadwal tingkat kekebalan terhadap PD3I akan tercapai dan secara luas akan mencegah terjadinya wabah,” katanya.
Adapun jenis imunisasi rutin lengkap terdiri dari ;
Prof. Miko juga melanjutkan, imunisasi tidak hanya penting bagi bayi dan anak-anak, melainkan juga orang dewasa agar terlindung dari berbagai penyakit. “Banyak orang belum menyadari pentingnya imunisasi, bahkan tidak mengetahui imunisasi apa saja yang mereka butuhkan,” ujarnya.
“Dengan imunisasi, seseorang tidak saja melindungi dirinya dari serangan penyakit, tetapi turut mencegah penyebaran penyakit yang berbahaya.”
Pandemi Covid-19 dan Imunisasi
Tidak dipungkiri, pandemi Covid-19 menyebabkan angka cakupan imunisasi rutin pada anak menurun drastis. Seperti yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Kementerian Kesehatan RI, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS., dalam Konferensi Pers Pekan Imunisasi Dunia 2022. “Cakupan imunisasi rutin di Indonesia ini menurun selama 2 tahun belakangan ini, saat pandemi Covid-19 terjadi,” kata Maxi.
Kenyataan ini dianggap mengkhawatirkan karena menurut Maxi, Indonesia sendiri selama ini memang dikenal sebagai negara yang imunisasi dasar lengkap dan imunisasi rutin masih relatif rendah. Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan, sekitar 1.714.471 anak di Indonesia tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap pada 2019-2021.
“Peringatan Pekan Imunisasi Dunia 2022, dapat menjadi momentum untuk mengingatkan serta mengajak semua orang untuk diimunisasi dan tidak menunda jadwal Anda dan keluarga di saat pandemi agar kita tetap sehat dan tetap produktif,” ujarnya.
Namun, Maxi menyebutkan bahwa untuk menyelesaikan persoalan imunisasi dasar lengkap ini membutuhkan kerjasama dari banyak pihak, baik dari orang tua atau keluarga, pemerintah, fasilitas kesehatan setempat, tenaga kesehatan dan berbagai support system lainnya.
“Dalam hal ini, dibutuhkan kolaborasi semua pihak, termasuk dari sektor swasta untuk meningkatkan cakupan imunisasi nasional dan kualitas kesehatan masyarakat dapat meningkat,” kata dia.
Sebagai informasi bahwa saat ini, tersedia berbagai imunisasi yang bermanfaat untuk mencegah lebih dari 20 penyakit yang mengancam jiwa. Imunisasi saat ini mencegah 2 hingga 3 juta kematian setiap tahun akibat penyakit seperti difteri, tetanus, pertusis, influenza, dan campak. Pada 2020- 2030, diperkirakan bahwa imunisasi akan menyelamatkan lebih dari 32 juta nyawa, di mana 28 juta di antaranya adalah anak-anak berusia di bawah 5 tahun.
Imunisasi juga merupakan salah satu kisah sukses kesehatan dan pembangunan global dalam upaya menyelamatkan jutaan nyawa setiap tahun. Imunisasi menjadi komponen kunci dari perawatan kesehatan primer dan hak asasi manusia yang tidak terbantahkan, serta salah satu investasi kesehatan terbaik yang efektif.
Pandemi Covid-19 telah mengingatkan dunia mengenai manfaat imunisasi untuk melawan penyakit, menyelamatkan nyawa, dan menciptakan masa depan yang lebih sehat, lebih aman, dan lebih sejahtera.
Enggan Imunisasi Karena KIPI dan Berita Hoaks
Salah satu provinsi yang masih rendah cakupan imunisasi adalah Aceh. Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Aceh, Cut Efri Maizar, seperti yang dikutip dari situs kumparan.com /acehkini menjelaskan bahwa saat ini cakupan imunisasi di Aceh masih tergolong sangat rendah.
“Untuk imunisasi dasar lengkap Aceh saat ini sangat-sangatlah rendah dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain yang ada di Indonesia. Angka Aceh untuk saat ini sekitar 29,8 persen sampai dengan bulan Oktober 2021,” ujarnya.
Turunnya angka cakupan imunisasi selain disebabkan karena larangan berkurumun pada awal pandemi dan dihentikannya Posyandu sementara pada waktu itu. Kini setelah vaksin Covid-19 hadir dan vaksinasi digencarkan serta Posyandu dengan menerapkan protokol kesehatan diselenggarakan kembali, timbul asumsi masyarakat yang menganggap bahwa vaksin yang diberikan untuk balita di Posyandu itu vaksin COVID-19, “Padahal kita ketahui bahwa vaksinasi COVID-19 itu bisa diberikan pada anak usia 6 tahun ke atas, sementara imunisasi yang dilakukan di Posyandu itu adalah imunisasi untuk bayi dan balita. Jadi tidak ada hubungannya vaksinasi yang rutin selama ini dilakukan dengan vaksin COVID-19,” ujar Cut Efri.
Ia menambahkan, keengganan orang tua memberikan vaksin anaknya di Posyandu juga disebabkan karena takut anaknya demam. Padahal efek demam yang ditimbulkan pada saat vaksinasi itu adalah hal yang normal, malah kalau tidak ada demam itu diragukan apakah vaksin itu sudah tidak baik lagi dalam teknik penyimpanannya. Menurutnya, efek suntikan imunisasi seperti demam merupakan hal yang normal dialami oleh para bayi. Namun, kadang kala para orang tua tidak paham terhadap hal itu.
“Andaikan para orang tua mengetahui bahwa imunisasi ini merupakan salah satu hak dari anak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, mungkin orang tua akan terbuka hatinya untuk memberikan imunisasi pada anak-anaknya. Akibat dari angka cakupan imunisasi dasar lengkap yang rendah ini akan menimbulkan penyakit-penyakit yang dapat dicegah hanya dengan imunisasi,” sebutnya.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Cut Rozana, Petugas Puskesmas Ingin Jaya, Aceh Besar. Ia menyebut imunisasi pada saat pandemi ini mengalami penurunan.
“Kalau untuk imunisasi selama pandemi mengalami penurunan, bahkan sebelum pandemi tingkat kesadaran orang tua untuk mengimunisasi anaknya masih sangat rendah. Selain itu, sebab lainnya dipicu dengan munculnya informasi hoaks, karena masyarakat beranggapan imunisasi yang disuntik itu adalah vaksin COVID-19, rata-rata anggapannya gitu,” ujarnya.
Dampak Rendahnya Cakupan Imunisasi
Akibat rendahnya cakupan vaksinasi di Aceh, penyakit-penyakit yang dapat dicegah hanya dengan imunisasi seperti campak mulai menjadi kejadian luar biasa (KLB). Salah satu kabupaten yang telah KLB campak adalah Bireuen karena dari periode Januari – 15 Maret 2022, sudah ada 50 kasus campak dialami masyarakat. Syukurnya seluruh kasus campak di Bireuen telah tertangani dengan baik.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Kandinkes) Bireuen, dr. Irwan seperti yang dilansir dari Serambinews.com, pasien yang mengalami campak telah ditangani dengan baik di Puskesmas atau Rumah Sakit. Selain itu kegiatan pelayanan di Posyandu, juga telah menyusun jadwal pelaksanaan vaksin campak ke gampong (desa.red) yang ditetapkan, terutama daerah yang sebaran sakit campak tinggi.
“Pemerintah telah menargetkan di tahun 2023 campak semestinya sudah tereliminasi. Jadi satu saja ada kasus campak, sudah kejadian luar biasa,” ungkap dr. Irwan.
Prof. DR. dr. Soedjatmiko , SpA (K), Msi. menjelaskan bahwa bahaya campak jika menyerang bayi atau balita bisa menyebabkan peradangan paru-paru dan peradangan otak yang bisa menyebabkan kecacatan atau kematian.
“Sejak sebelum pandemi Covid-19 maupun setelah pandemi kasus campak itu selalu ada yang dirawat di rumah sakit. Bayangkan jika anak itu kena Covid-19 dan kena campak,” ungkapnya.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang Anak dan Magister Sains Psikologi Perkembangan mengingatkan kepada setiap orang tua agar tidak hanya waspada terhadap virus corona tetapi juga penyakit infeksi lainnya.
“Langkah untuk pencegahan yang paling optimal adalah menjaga kebersihan badan dan lingkungan. Gunakan masker dengan benar dan jangan melorot agar terhindar dari penyakit yang penularannya lewat udara. Sebenarnya semuanya penyakit yang lewat udara bisa dilindungi dengan masker. Konsumsi makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, dan jangan lupa berolahraga,” pesannya.
Saat menghadapi pembelajaran tatap muka setelah lebaran nanti, Prof Miko menghimbau agar orang tua segera memastikan imunisasi apa saja yang harus diberikan kepada anak-anaknya agar terhindar dari penyakit PD3I.
“Imunisasi rutin tetap dilanjutkan sejalan dengan Vaksinasi Covid-19.”
Referensi:
- https://www.kemkes.go.id/article/view/18043000011/berikan-anak-imunisasi-rutin-lengkap-ini-rinciannya.html
- https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20220411/5839627/imunisasi-kejar-lengkapi-imunisasi-dasar-anak-yang-tertunda/
- https://kumparan.com/acehkini/foto-imunisasi-anak-di-puskesmas-ulee-kareng-banda-aceh-saat-pandemi-covid-19-1wLLxZpRuCG/full
- https://aceh.tribunnews.com/2022/03/18/kasus-campak-di-bireuen-sudahklb
- https://kumparan.com/acehkini/cakupan-imunisasi-di-aceh-rendah-selama-pandemi-covid-19-1xR4qKx7E64
- https://www.kompas.com/sains/read/2022/04/15/080200023/pekan-imunisasi-dunia-2022–imunisasi-lengkap-di-indonesia-menurun-selama?page=all
Daihatsu says
Terimakasih arrikelnya sudah sangat membantu
Ria Nugros says
Alhamdulillah anak-anak saya juga lengkap imunisasi wajibnya, tinggal si bungsu masih 7 bulan. Imunisasi buat saya penting sekali, untuk kesehatan anak-anak di masa depan
omnduut says
Keinget pas heboh gak mau vaksin covid, trus juga para “golongan anti vaksin” yang masif. Nyesek banget. Padahal kalau liat sejarah dulu sakit cacar aja bisa begitu mematikan dan sejak ada vaskin/imunisasi jadinya bisa dikecilkan risikonya. Kok ya orang-orang antivaksin ini masih aja gak sadar 🙁
Eca Arun says
Banyak juga ya kak kalau imunisasi lengkap gitu. I see.. aku masih awam banget info beginian nih. Banyak baca di sini jadi banyak tau yes.
Aliyatus Sadiyah says
ini nih tentang imunisasi harus banget perlu tahu dan paham betul jenis dan efeknya juga apalagi buat mamak mamak baru wajib ngerti
Desi Namora says
setelah adanya covid, semua warga divaksin secara menyeluruh untuk membentuk antibodi tubuh. mamak2 palagi wajib bgt nih punya ilmu imunisasi ini
Demia KamiL says
Salah satu temenku adayg antivaksin buat bayinya, padahal vaksin itu penting banget yaa, duh jadi inget ku belum vaksin covid yang ke tiga nih huhu, masih nyari tempatnya hehehe
Allaely Hardhiani says
Jadi keingetan, anak pertamaku dulu imunisasi ke dokter sampai tak bela2in yg harganya mahal pe hampir 1jt. Anak yg kedua malah belum lengkap imunasinya. Lalu anak yg ketiga masih imunisasi tp ke puskesmas aja yg murah…. hehehe….
Rach Alida says
Aku yakin memilih untuk vaksin adalah ikhtiar kita untuk tetap menjaga kesehatan anak-anak kita. Semoga makin banyak yang memiliki kesadaran untuk mengimunisasikan anaknya ya mba
Leyla Imtichanah says
Alhamdulillah anak-anakku juga udah divaksin lengkap. Ikhtiar biar sehat. Terbukti sampai sekarang gak kena penyakit berbahaya.
Dw says
Ayo para bunda jangan sampe anak anak terlambat imunisasi agar tumbubh kembang anak menjadi lebih optimal.
KeluargaMulyana says
50 kasus campak dalam satu Kabupaten itu udah termasuk banyak ya mba?
Rata-rata yang kena usia anak-nak kah?
Iya nih, selama pandemi jadi kurang memantau jadwal imunisasi, karena posyandu juga belum rutin tiap belan seperti sebelum pandemi.
Sebelum pandemi juga program bulan vaksin itu mesti ada di posyandu, sayangnya pas pandemi ngga ada.
Harus orang tuanya yang aktif cari tahu sendiri.
Uniek Kaswarganti says
Semoga untuk para orangtua yang baru saja memiliki anak, ada kesadaran dalam memantau daftar vaksin apa saja dan harus kapan saja diberikan vaksin tersebut. Jadi ingat jaman anak2 masih bayi dulu, sampai diingat2 utk vaksin2nya jadwalnya kapan aja. Mana dulu kan masih ngantor ya, takutnya kelupaan gitu. Penting nih imunisasi untuk anak2 kita agar mereka nantinya memiliki kekebalan tubuh yang bagus.
lendyagassi says
Banyak sekali manfaat imunisasi ini bagi kesehatan yaa..
Untuk anak balita, imunisasi dasar malah harusnya dipenuhi. In syaa Allah gratis juga dari pemerintah.
Yuni Bint Saniro says
Beberapa ibu yang tinggal di sekitar rumah tu ada yang enggan memberikan anaknya imunisasi lengkap. Katanya, takut sakit. Padahal demam habis imunisasi kan reaksi normal ya.
Zara says
wah! aku jujur masih awam soal imunisasi anak-anak. Tapi ini bagus banget sih penjabarannya mudah dipahami sama aku yg bahkan beloman punya anak haha. Makasih ya kak udah sharing soal imunisasi
Nabilla DP says
pandemi ini bikin makiin kerasa pentingnya vaksin yaa mba.. semoga aja buat yang belum vaksin bisa segera sadar deh bahwa ini juga penting untuk diri dan keluarga kita
Irra Octaviany says
Vaksin itu penting banget untuk mempercepat proses herd immunity, sama seperti imunisasi yang membantu menghentikan pandemi di masa lalu.. Makanya ketika ketemu antivaxx aku suka sebel banget. Mereka pasrah gitu aja tanpa adanya ikhtiar. Sebel..
Eni Rahayu says
Dengan kita selalu memberi imunisasi lengkap untuk buah hati merupakan salah satu ikhtiar kita untuk menjaga dan melindungi anak-anak kita ya. Semoga para orangtua diluaran sana memiliki kesadaran akan pentingnya imunisasi yaa
Ulfah Aulia says
Sama halnya dengan di rumah, aku punya keponakan bayi sewaktu jadwal imunisasi tiap anggota pada ngingetin karena merasa imunisasi itu penting sekali Mbak
auqri says
Wah imunisasi ini penting banget sih, apalagi untuk anak-anak. Aku bersyukur banget dari kecil selalu diberikan imunisasi dan kesehatan yang terjaga sama orang tua, jadi kebal penyakit 😀
Bunsal says
Proses imunisasi lengkap bersama anak, satu sisi, sebenarnya memberikan kesempatan iepada kita memiliki momen-momsn kedekatan istimewa.
Momen yang ketika anak sudah besar, jadi semakin jarang kita dapatkan.
lendyagassi says
Sebagai Ibu baru, harus banget menghapal jadwal imunisasi anak berikutnya.
Sehingga tidak ada imunisasi wajib yang terlewat.
Kedispilinan Ibu adalah masa depan kesehatan anak.
Mellisa says
Menambah wawasan aku seputar imunisasi. Ternyata banyak juga ya jenisnya yang harus diberikan.