Malam hari, setelah meninabobokan putri saya, jika saya tidak ikut-ikutan tertidur maka saya memanfaatkan untuk blogging dan blogwalking. Tidak jarang juga saya mengunjungi situs-situs menarik untuk membaca informasi terbaru. Seperti yang saya lakukan beberapa waktu yang lalu. Saya bertandang ke website astralife.co.id dan membaca beragam cerita inspiratif pada rubrik I Love Life.
Cerita inspiratif terbaru pada rubrik tersebut mengangkat kisah seorang dokter yang mengabdikan dirinya untuk para gelandangan. Tulisan tentang pengabdia sang dokter yang bernama Michael Leksodimulyo membuat saya merenung dan bertanya pada diri saya sendiri, apa yang telah saya berikan untuk orang lain lewat profesi yang sandang? Pengabdian apa yang telah saya lakukan?
Dokter Michael rela mengundurkan diri dari jabatannya dari wakil direktur sebuah rumah sakit swasta di Surabaya dan memilih untuk mengabdikan dirinya untuk masyarakat kecil. Keputusan meninggalkan jabatan tersebut ia lakukan setelah temannya mengajak sang dokter mengunjungi daerah marjinal di Surabaya. Hatinya terenyuh ketika melihat wanita tua yang sedang mengesot di jalan dan saat itulah ia memutuskan untuk menjadi dokter bagi orang miskin. Sampai-sampai beliau dijuluki dengan dokter spesialis gelandangan.
Kiprah dokter Michael mengingatkan saya pada Dokter Tanpa Papan Nama yang pernah diundang pada acara Kick Andy. Beliau membuka praktek tanpa mengutip bayaran dari pasiennya. Meskipun demikian, beliau tidak kekurangan harta apapun.
Selain kisah dokter Michael, ada juga tulisan tentang dokter Gamal Albinsaid yang terkenal itu. Pasti ingat kan dengan dokter Gamal yang mendapatkan HRH The Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneurship First Winner 2014 yang diserahkan langsung oleh Pangeran Charles di Istana Buckingham. Sebuah penghargaan yang digelar oleh Unilever dan Universitas Cambridge sebagai bentuk apresiasi terhadap entrepreneur muda yang peduli di bidang sumberdaya berkelanjutan.
Lantas apa hubungan atas penghargaan tersebut dengan profesi Gamal sebagai dokter? Semua itu tidak jauh-jauh dari Klinik Asuransi Sampah yang dibangunnya. Ia mengajak kader posyandu, PKK, dan warga untuk bergabung dalam program Klinik Asuransi Sampah. Warga, diajak mengumpulkan sampah dan menyetorkan sampah senilai Rp 10 ribu per bulan untuk mendapatkan berbagai fasilitas kesehatan. Target utamanya, adalah warga kurang mampu yang sebelumnya susah mengakses layanan kesehatan.
Sampah yang terkumpul kemudian dipisah antara yang organik dan yang non organik. Sampah organik diolah menjadi pupuk sedangkan yang non organik dijual kepada pengepul. Uang dari hasil penjualan sampah tersebut menjadi dana untuk program-program kesehatan seperti promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Mengutip apa yang disampaikan oleh Pangeran Charles saat malam penganugerahan penghargaan tersebut bahwa apa yang dilakukan oleh Gamal dan teman-teman sangatlah inovatif, menangani dua masalah pada saat yang bersamaan; manajemen dan daur ulang sampah serta asuransi kesehatan bagi masyarakat kurang mampu,
Nika Al-Genseti says
Mantap, semoga kedepannya lebih banyak lagi dokter-dokter yang menjadi inspirasi bagi Indonesia ini
ILYAS AFSOH says
Mereka memang sangat bejaksana
Motivator Semarang
yang seperti itu perlu di jadikan inspirasi
Alvian says
Kisah yang sungguh inspiratif dan bikin haru, semoga kedepannya Indonesia memiliki banyak putera-puteri Bangsa yang seperti dokter Michael dan Gamal.
Brainking says
hebat yak, masih ada ternyata orang2 spt itu… padahal sdh memiliki posisi yg nyaman tapi lebih memilih mengabdikan dirinya utk masyarakat… #respect