Saya adalah anak gunung. Di tengah-tengah gunung lah saya lahir dan menghabiskan masa kecil. Sehari-hari saya bermain di sawah, sungai, terkadang berkelana ke dalam hutan, bersama orang tua mencari kayu bakar. Tidak pernah saya merasa kepanasan karena udara di tempat tinggal saya sangat sejuk, apalagi pagi hari. Saking dinginnya; mandi sebelum berangkat sekolah adalah rutinitas yang sangat berat. Demikian saat berangkat sekolah, tangan harus dilipat dan ditempelkan ke dada, atau dimasukkan ke dalam saku rok/celana. Bulu halus di tangan berdiri. Sangat berbicara, keluar asap dari mulut. Kalau malam tiba, selimut tebal menjadi teman setia. Tanpa dia, sudah pasti tidak bisa memejamkan mata karena menggigil kedinginan.
Begitulah sepenggal kisah masa kecil saya di Tangse, sebuah kecamatan yang terletak di Pidie, Aceh. Namun, itu adalah kisah masa lalu yang kini perlahan tidak bisa saya nikmati lagi.
Sekarang kalau pulang ke rumah orang tua di Tangse, sejuknya udara yang dulu begitu kentara kini biasa saja. Memang, suhu di Tangse masih dingin tidak seperti Banda Aceh yang hangat cenderung panas. Tetapi kalau malam tiba, saya tidak perlu lagi membongkar lemari mencari selimut tebal.
Kenapa bisa seperti itu? Sepertinya teman-teman sudah tahu jawabannya; deforestasi. Yap, deforestasi membuat tanah kelahiran saya kini tidak sedingin dulu. Penebangan hutan juga menyebabkan Tangse sering ditimpa bencana alam, seperti tanah longsor dan banjir. Selama ini, hutan berfungsi juga sebagai tempat penyerapan air hujan. Karena hutannya dibabat, maka air pun akan sulit terserap ke dalam tanah dan menyebabkan banjir.
Sejak kecil, kita telah diajarkan akan pentingnya pepohonan karena menghasilkan oksigen untuk kita bernafas. Tidak hanya itu, pohon juga memiliki banyak sekali manfaat lain untuk lingkungan yang secara langsung berdampak pada kesehatan manusia.
Daftar Isi
Manfaat Hutan Untuk Kesehatan
Hutan memiliki banyak sekali manfaat bagi kehidupan manusia termasuk untuk kesehatan fisik dan mental. Menghabiskan waktu di bawah pepohonan dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh kita, menurunkan tekanan darah, dan membuat kita menjadi lebih rileks. Kita juga bisa menghirup udara yang bersih dengan pendingin yang alami, AC alami begitu istilah anak sulung saya. Kita juga bisa meminum air bersih tanpa harus melewati proses penyulingan terlebih dahulu. Begitulah manfaat hutan yang selalu mendukung kesehatan kita dengan cara yang mungkin tidak terlihat.
Banyak obat yang kita andalkan saat ini berasal dari hutan. 25 persen obat-obatan yang digunakan di negara maju berbasis tanaman, sedangkan di negara berkembang bisa mencapai 80 persen. Hutan juga menyediakan produk kesehatan penting seperti alat-alat kebersihan dan sanitasi seperti kertas toilet, handuk kertas, tisu dan etanol untuk pembersih.
Bahkan masker dan pakaian pelindung yang menjadi andalan pekerja medis garis depan dibuat dari hasil hutan seperti bubur kayu dan serat selulosa.
Hutan juga memainkan peran penting dalam kesehatan mental.
Menurut sebuah penelitian, menghabiskan hanya 2 jam di alam seminggu sudah cukup untuk menghasilkan manfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan mental dan fisik.
“Shinrin-yoku” adalah seni “mandi aliran air hutan” ala masyarakat Jepang, atau menghabiskan waktu di hutan dengan tujuan menyerap efek menenangkan dan meremajakan. Sebuah tinjauan dan meta-analisis tahun 2020 mencatat bahwa Shinrin-yoku efektif dalam mengurangi gejala kesehatan mental jangka pendek, terutama kecemasan.
Kegiatan ini termasuk dalam ecotherapy, sebuah pendekatan yang didasarkan pada gagasan bahwa manusia memiliki hubungan yang mendalam dengan lingkungan dan bumi itu sendiri. Istilah kerennya di kita adalah: Healing
Orang-orang Jepang meyakini bahwa menghirup aroma kayu-kayuan, mendengarkan gemericik dan aliran air, serta memandang lanskap hutan memberikan sensasi relaksasi dan mengurangi tegangan mental yang mereka rasakan. Tentunya, untuk mendapatkan manfaat ekoterapi, tidak harus berjalan menembus area hutan. Ekoterapi dapat dilakukan dengan beragam aktivitas di alam terbuka.
Namun, apa jadinya jika pepohonan di hutan ditebang, digundulkan, atau disebut juga dengan deforestasi?
Apa itu Deforestasi?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), deforestasi adalah aktivitas penebangan hutan. Aktivitas apapun yang dilakukan untuk mengurangi jumlah tanaman pada hutan bisa dinamakan deforestasi.
Dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.30/MENHUT-II/2009 tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD) juga dijelaskan bahwa deforestasi adalah pengubahan area hutan menjadi lahan tidak berurutan secara permanen untuk aktivitas manusia.
Deforestasi akan mengubah fungsi utama dari hutan yang awalnya untuk melestarikan lingkungan menjadi lahan untuk kebutuhan manusia khususnya produksi.
Salah satu penyebab adanya deforestasi adalah berkembangnya kebutuhan dari manusia. Akibat lahan yang tidak terlalu banyak, hutan terpaksa dikorbankan untuk menjadi tempat melakukan produksi. Industri penebang kayu, pembangunan jalan, industri tambang, ekspansi pemukiman, dan pembukaan lahan perkebunan skala besar adalah penyebab deforestasi terjadi di negara kita.
Dampak Deforestasi Bagi Kesehatan
Berdasarkan laporan dari Harvard Global Health Institute tahun 2021, deforestasi adalah penyebab utama munculnya penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, yang dikenal sebagai penyakit zoonosis.
Saat ini, 60 persen dari semua penyakit menular dan 75 persen dari semua penyakit menular yang muncul adalah zoonosis. Penyakit-penyakit ini berasal dari perpindahan patogen dari hewan ke manusia, dan biasanya terjadi ketika hutan, ditebangi.
Selain itu, sebuah studi kasus tahun 2019 di Indonesia memperkuat hubungan antara malaria dan deforestasi ketika ilmuwan menemukan bahwa dengan hilangnya 1 persen tutupan hutan meningkatkan kejadian malaria sebesar 10 persen.
*Tutupan hutan adalah lahan dimana pepohonan mendominasi tipe vegetasi di dalamnya.
“Hewan yang terlantar di daerah gundul dapat terinfeksi virus patogen, bakteri, atau jamur,” jelas Oladele A. Ogunseitan, Ketua Kepresidenan Universitas California dan profesor Kesehatan Populasi & Pencegahan Penyakit. “Ketika hewan-hewan ini mencari perlindungan atau makanan di habitat manusia, kejadian limpahan patogen dapat terjadi, yang menyebabkan infeksi pada manusia.”
Menurut laporan tahun 2020 oleh Forum Ekonomi Dunia, 1 dari setiap 3 atau 31 persen wabah penyakit baru dan yang muncul, seperti Zika, Ebola, dan Nipah, terkait dengan deforestasi.
Selain itu, laporan tersebut mencatat bahwa perubahan iklim menyebabkan perubahan pola penularan penyakit menular, berpotensi mempercepat wabah Zika, Malaria, dan Demam Berdarah.
“Wabah baru pasti akan terjadi,” kata laporan itu.
Bisakah Kita Membantu Menghentikan Deforestasi?
Jawabannya adalah bisa. Kita dapat membantu mengurangi deforestasi dengan mengubah gaya hidup kita. Seperti mengurangi pemakaian minyak makan dari kelapa sawit. Tahukah teman jika produksi minyak sawit, yang muncul di banyak makanan olahan dan manufaktur, merupakan penyebab utama deforestasi.
Mendaur ulang produk-produk tertentu dan menggunakannya kembali juga salah satu bentuk kita mengurangi deforestasi. Penambangan adalah alasan lain deforestasi. Penambangan terjadi untuk mengambil bahan mentah dari bumi, seperti: silikon, aluminium, tembaga, dan emas. Barang tambang itu digunakan untuk membuat produk elektronik.
Pertimbangkan untuk menggunakan produk elektronik tertentu selama mungkin daripada menukarnya dengan model berikutnya. Jika kita perlu mengganti sesuatu, pertimbangkan untuk membeli barang bekas.
Dengan cara ini, kita tidak hanya akan mengurangi dampak terhadap lingkungan, tetapi kita juga akan menghemat sejumlah uang.
Leave a Reply