• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Home
  • About
  • Recognition
  • Advertise
  • Disclosure
  • Contact

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

  • ABOUT ME
  • Traveling
  • Advertorial
  • Kesehatan
  • Feature
  • Kuliner
You are here: Home / Kesehatan / Sentilan Semangat dari Cerita Penderita Kanker Laring

April 24, 2018

Sentilan Semangat dari Cerita Penderita Kanker Laring

cerita penderita kangker laring

Cerita tentang Penderita Kanker Laring, Sebuah Sentilan Semangat Kala Keluh Kesah Selalu Melanda

Cerita Penderita Kanker Laring | Terkadang saya merasa seperti disentil oleh pasien-pasien yang pernah kutangani. Sentilan halus namun cukup membekas di hati. Tidak secara langsung, memang. Tetapi sikap dan tingkah laku mereka membuatku benar-benar malu. Malu atas apa yang kulakukan saat ini. Malu pada diri yang selalu berusaha menyemangati orang lain tetapi sendiri semakin terjatuh dalam ketidakberdayaan.

Entah sebuah kebetulan atau memang rencana Tuhan agar saya selalu belajar. Hampir setiap bagian yang kulalui, saya selalu mendapatkan pasien yang jatah hidupnya diprediksikan tak lama lagi. Tetapi mereka seakan tidak pernah terbeban dengan kesempatan yang tinggal hitungan waktu. Rasa optimis akan hidup seribu tahun lagi, itulah yang kubaca dari raut wajah mereka.

Cerita Penderita Kanker Laring, Sebuah Sentilan Semangat Kala Keluh Kesah Selalu Melanda

Kanker. Sudah beberapa kali saya menangani pasien yang tubuhnya telah digerogoti tumor ganas itu. Begitu pula saat saya sedang menjalani kepaniteraan klinik di bagian telinga hidung tenggorok bedah kepala dan leher (THT-KL), saya mendapatkan pasien yang didiagnosa dengan kanker laring.

cerita penderita kanker laring

Kanker Laring (sumber foto: fromdoctor.com)

Sudah terbayang di benak bagaimana keadaan pasienku. Sel kanker itu pasti telah menyumbat saluran nafas dan mengenai pita suaranya. Dengan leher terpasang endotrakeal tube post trakeostomi dan suara yang nyaris tak ada lagi. Sangat menyedihkan, begitu pikirku.

Namun, kenyataannya tak seperti dugaan. Pagi hari saatk melakukan follow up pertama, pasienku-lelaki tua yang umurnya telah lewat setengah abad itu telah duduk rapi ditemani istrinya. Senyum merekah dari bibirnya saat melihatku datang menghampiri. Diulurkan tangannya menyalamiku.

“Bapak, saya Liza, dokter muda yang menangani Bapak,”jelasku yang diikuti dengan anggukan kepala. Memang dilehernya terdapat pipa endotrakeal yang berfungsi untuk membantu pernafasan karena udara yang masuk dari hidung tidak dapat melewati laring karena tersumbat oleh sel kanker. Ia pun tak bersuara karena pita suaranya juga dihinggapi massa yang terfiksir itu. Tapi keadaannya tak semenyedihkan yang kupikirkan.

Binaran matanya menunjukkan semangat yang menggebu. Meski tak bersuara, ia tetap mencoba berkomunikasi denganku dengan isyarat atau tulisan. Ketika kujelaskan tentang perkembangan penyakitnya, ia selalu mengangguk dengan semangat. Tak ada pancaran kesedihan di sana, hanya keinginan untuk sembuhlah yang membara.

Ketika dokter spesialis THT menyampaikan bahwa penatalaksanaan penyakitnya itu dengan cara mengangkat sel kanker  dengan laringektomi (operasi pengangkatan laring) lalu dilanjutkan dengan terapi radiasi, dengan mantap ia mengangguk setuju.

“Resiko setelah operasi, Bapak akan tetap bernafas lewat lubang di leher dan ngga bisa ngomong seperti dulu. Jika tidak dioperasi, kankernya akan menyebar ke organ lain dan akan sangat berbahaya. Namun, setiap tindakan pasti ada resikonya. Apalagi ini operasi besar.” jelasku padanya dan istri yang setia menemani setiap saat. Kulihat wajah istrinya takut membayangkan proses yang akan dijalani suaminya. Namun tidak dengan sang bapak.

kanker laring

Kanker Laring setelah ditrakeostomy (sumber foto: familymedicinehelp.com)

Pasienku itu tetap tersenyum. Lalu mengatakan dengan bahasa isyarat bahwa tak masalah kalau dia tak bisa bicara asalkan dia bisa makan dan beribadah seperti orang normal.

Dus, saya benar terharu dengan alasan yang diungkapkan dengan bahasa isyarat itu.

Berdasarkan instruksi dokter, kupersiapkan semua persyaratan untuk operasi termasuk ruangan intensive care unit (ICU) untuk perawatan pasca operasi. Karena operasi yang akan dilakukan adalah operasi besar yang melibatkan saluran pernafasan, monitoring ketat harus dilakukan baik ketika maupun setelah operasi dilakukan.

Operasipun sukses dilaksanakan. Dan yang membuatku serta konsulen-konsulen yang lain berdecak kagum adalah kondisi pasca operasi pasienku itu tidak seburuk yang kami pikirkan. Dengan cepat ia tersadar dari pengaruh bius dan hanya beberapa hari ia dirawat di ICU.

“Semangat yang tinggi ternyata berpengaruh sekali ya Dokter. Pasien ini membaik lebih cepat dari perkiraan kita,” ujarku pada konsulenku.

“Ditambah juga dengan doa,” kata sang dokter.

Hmm, lantas kenapa aku yang masih dikaruniakan kesehatan oleh Allah masih saja naik turun semangatnya? Mengapa sering sekali ragu atas kudrahNya? Bukankah dengan kehendakNya semua akan berlaku. Fa iza arada syaian an yakulalahu kun fayakun. Sudah seharusnya saya selalu semangat dan berprasangka baik padaNya.

Ps: Tulisan ini saya tulis saat saya masih berstatus sebagai dokter muda (tahun 2011). 

Share this:

  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
  • Click to share on Telegram (Opens in new window)
  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Tumblr (Opens in new window)
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window)
  • More
  • Click to share on Pocket (Opens in new window)
  • Click to share on Reddit (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Filed Under: Kesehatan, Life Story Tagged With: cerita penderita kanker, cerita penderita kanker laring, kanker laring sembuh, sakit kanker laring

  • 1 Liza Fathia
    • 8 Kafe Unik dan Cozy yang Wajib Dikunjungi di Tokyo
    • Stabilizer Listrik: Lindungi Peralatan Elektronik Anda
    • Membangun Keluarga Bahagia dengan Sekolah Keluarga Samara
    • Mengenal Tanda-tanda Hamil Anggur
    • Keuntungan Memilih Bayar Listrik Online di Aplikasi Belanja Online

Reader Interactions

Comments

  1. Rindang says

    April 24, 2018 at 3:48 PM

    Masyaallah, sebaiknya kita memang harus mencontoh semangat tinggi pasien yang ingin sembuh. Saya merasa terenyuh membaca cerita dari Mbak Liza, karena saya sendiri ketika tertimpa sakit kurang bisa sabar menghadapinya.

    Reply
  2. zefy says

    April 24, 2018 at 9:23 PM

    Intinya mungkin sudah seharusnya kita selalu bersyukur terhada apa yang didapat dan terjadi dengan kita ya mbak. Salut dengan orang-orang yang seperti mbak ceritakan

    Reply
  3. Jiah says

    April 24, 2018 at 9:30 PM

    Tidak ada yg gak mungkin ya, Mbak. Aku ingat beberapa cerita tentang sakit tertentu dan harapan sembuhnya sedikit. Tp krn yg sakit juga semangat buat sembuh, ada saja jalannya. Seberapa parahnya keadaan, semangat dr dalam diri bisa ngalahin segalanya

    Reply
  4. dian Farida Ismyama says

    April 24, 2018 at 10:44 PM

    Kalau ketemu pasien kita jadi lebih bersyukur ya. Kadang juga ngeliat keluarga pasien yang dengan tekun dan ikhlas merawat pasien bikin aku jadi merinding. Semoga kita semua senantiasa diberi kesehatan. Aamiin

    Reply
  5. Natalia Bulan says

    April 24, 2018 at 11:10 PM

    Memang untuk bersyukur terkadang kita harus ditampar dulu ya mbak sama apa yg ada di sekitar kita. 🙂

    Reply
  6. Peri Hardiansyah says

    April 25, 2018 at 8:26 AM

    Sugesti yang positif akan menghasilkan energi yang positif juga, begitu juga yang sebaliknya. Sering melihat ke atas, sering pula melihat ke bawah. Nice mbak, sangad bermanfaat. 😀

    Reply
  7. ruziana says

    April 25, 2018 at 4:32 PM

    bu dokter saat muda tentu pengalamannya nano nano ya
    saya beberapa kali masuk UGD krn maag ditangani oleh dokter yg masih muda
    melihat mereka sy selalu kagum
    apalagi yg dinas di UGD malam hari
    tak ada raut wajah capek
    mereka luar biasa

    Reply
  8. dokterforamen says

    April 25, 2018 at 8:21 PM

    Pengalaman tentang koass memang memberikan beberapa kesan tersendiri bagi kita, entah itu saat berhadapan dengan teman kelompok, konsulen, ataupun ke pasien sendiri. Aku jadi ingat waktu koass stase anak, pernah menghadapi pasien pneumonia yang tiba-tiba komplikasi ke hernia karena batuknya. Emosional sekali waktu itu, mendata semuanya dari follow up, nebulizer setiap waktu, bahkan pernah sampai menunggu bareng orang tua waktu dia harus dioperasi mendadak.

    Reply
  9. tukangjalanjajan says

    April 25, 2018 at 8:54 PM

    Semangat untuk sembuh dan rutin melakukan pengobatan membuat tubuh tetap fit. Sugesti untuk sembuh dan dukungan semua orang jadi faktor penting. Semoga ilmu kedokteran yang semakin canggih membuat kanker dapat disembuhkan

    Reply
  10. dwi ananta says

    April 25, 2018 at 10:09 PM

    Wah gak kebayang ya semangat hidupnya si Bapak. Jadi malu dengan diri sendiri. Yang kadang hanya masalah sepeleh sudah kepengen tenggelam di dalam bumi.

    Reply
  11. rosihandayani says

    November 6, 2018 at 8:23 AM

    Nikmat mana yang kamu dustakan..Ya Allah jadikan kami hamab yang selalu pandai bersyukur. Aaamiin

    Reply

Leave a ReplyCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Primary Sidebar

Liza Fathia

Welcome to liza-fathia.com!

Hi, I 'm Liza, a working mom with a beautiful daughter who loves blogging and traveling. I started blogging to create a lifestyle and travel blog that allows me to spend more time focusing on the things I love. Grab a cup of coffee and enjoy reading this blog. I hope you leave the site with some new exciting ideas!

Follow Me

  • Twitter
  • Instagram
  • Pinterest
  • LinkedIn
  • Facebook

Recent Posts

  • 8 Kafe Unik dan Cozy yang Wajib Dikunjungi di Tokyo
  • Stabilizer Listrik: Lindungi Peralatan Elektronik Anda
  • Membangun Keluarga Bahagia dengan Sekolah Keluarga Samara
  • Mengenal Tanda-tanda Hamil Anggur
  • Keuntungan Memilih Bayar Listrik Online di Aplikasi Belanja Online

Community

blogger perempuantravel blogger indonesiagaminong blogger

Copyright© 2023 · by Liza Fathia

 

Loading Comments...
 

    %d