“Twenty years from now you will be more disappointed by the things that you didn’t do than by the ones you did do. So throw off the bowlines. Sail away from the safe harbor. Catch the trade winds in your sails. Explore. Dream. Discover.” – Mark Twain
Kalau ditanya apakah kamu memiliki impian untuk menjelajahi suatu tempat? Maka jawaban saya, IYA. Banyak sekali tempat yang ingin saya kunjungi baik itu sendiri atau bersama #TemanHidup sang kekasih hati.
Sejak menikah, saya dan suami selalu memiliki target untuk bisa traveling ke destinasi baru minimal setahun sekali. Jika dulu sebelum pandemi Covid-19 terjadi, biasanya tujuan perjalanan kami adalah destinasi wisata di negeri jiran atau luar negeri. Tentunya semua itu baru terwujud setelah berburu tiket pesawat murah di Traveloka.
Kenapa harus ke luar negeri sedangkan Indonesia memiliki banyak sekali tempat wisata yang tidak kalah indah untuk dikunjungi? Bagi kami, traveling tidak hanya sekadar mengunjungi tempat wisata yang ada di destinasi yang kami kunjungi. Lebih dari itu, berjalan, melihat negeri orang, kehidupan yang mereka jalani, akan menghasilkan pengalaman yang tidak pernah dilupakan. Satu lagi, rasa cinta tanah air kami biasanya semakin meningkat setelah melihat dunia luar.
Terkadang juga tiket pesawat dari Aceh ke luar negeri seperti ke Malaysia atau Singapura lebih murah dibanding ke kota-kota yang ada di Indonesia.
Namun, pandemi membuat tujuan perjalanan kami berubah. Mobilisasi yang dibatasi dan aturan jaga jarak agar terhindar dari paparan virus menjadikan kami lebih melirik tempat wisata lokal yang masih sepi tetapi tak kalah ciamik dibanding ke luar kota atau bahkan ke luar negeri.
Dan saat ini, ketika kesempatan untuk pelesir kembali terbuka, saya dan suami semakin menyadari bahwa healing dari rasa jenuh dan lelah setelah bekerja bisa dilakukan dengan jalan-jalan keliling Aceh saja.
Ya, Aceh yang menjadi tanah kelahiran sekaligus tempat tinggal kami memiliki banyak sekali tempat wisata yang tidak kalah menarik. Entah itu wisata alam, sejarah, kuliner, dan beragam atraksi menarik lainnya yang selama ini sering kami abaikan.
Kami mencoba #LihatDuniaLagi dengan mengeksplorasi tempat-tempat menarik yang ada di Aceh. Dan Takengon, Aceh Tengah menjadi target perjalanan kami kali ini.
Jalan-jalan mengelilingi Danau Laut Tawar atau sekadar staycation di hotel yang terletak langsung di pinggir danau rasanya mampu meredakan stress dan meningkatkan mood agar lebih semangat lagi.
Daftar Isi
Honeymoon Ke Takengon
Sejak dulu Dataran Tinggi Gayo, sebutan lain Aceh Tengah, selalu menggoda saya untuk menapaki kaki di tanahnya.
Keindahan alam pegunungan yang memesona, adat istiadat dan budaya yang selalu dijaga, keramahan penduduk lokalnya, kopi Arabika Gayo yang mendunia, atau atraksi budaya yang membuat mata tercengang ketika melihatnya. Itulah sepersekian alasan mengapa saya ingin ke sana
Takengon, sepertinya tidak ada kata bosan dengan kabupaten ini. Siapapun yang sudah bertandang, pasti ingin kembali mengeksplorasi kekayaan alam dan budayanya.
Ibarat gadis cantik yang menjadi salah satu primadona wisata di Aceh menjadikan Takengon selalu masuk ke dalam list destinasi wisata domestik yang ingin saya dan suami kunjungi.
Sebenarnya, sebelum menikah saya sudah dua kali bertandang ke Takengon bersama teman-teman. Pun demikian suami, ia sudah beberapa kali mengadakan bakti sosial di desa-desa yang ada di sana. Tetapi itu sudah lama sekali, kurang lebih belasan tahun yang lalu sebelum geliat wisata di Aceh Tengah berkembang seperti saat ini.
Kini, setelah hampir sepuluh tahun usia pernikahan kami, rencana ke Takengon tinggallah rencana. Dari anak satu sampai hampir memiliki anak tiga, kami belum sekalipun kembali ke sana.
Walaupun hanya berjarak delapan jam perjalanan darat dengan menggunakan mobil dari tempat tinggal kami di Banda Aceh, entah mengapa rencana traveling ke negeri di atas awan ini selalu tertunda. Ada saja halangan yang membuat kami membatalkan rencana pelesiran yang sudah kami atur dengan sempurna.
Dan kali ini, tepat di ulang tahun ke sepuluh pernikahan kami yang jatuh akhir November nanti, kami ingin sekali ke Takengon. Nenikmati Takengon dan berbaur dengan orang Takengon. Alih-alih honeymoon kedua agar keintiman hubungan kami selalu terjaga.
Ya, agar kemesraan dengan pasangan semakin meningkat, honeymoon seharusnya tidak dilakukan pada awal pernikahan saja, tetapi juga ketika pernikahan sudah berjalan bertahun-tahun. Honeymoon tidak hanya sekali, tapi bisa dua, tiga, atau empat kali.
Kadang, urusan pekerjaan dan keluarga membuat kita sulit menikmati waktu hanya berdua dengan pasangan. Agar hubungan semakin mesra, maka honeymoon kedua sambil liburan ke tempat-tempat wisata dan menginap di Hotel di Takengon kiranya dapat membuat kita semakin jatuh cinta dengan pasangan.
Lantas, mengapa saya dan suami memilih Takengon sebagai destinasi wisata untuk perayaan wedding anniversary kami yang ke 10? Berikut 3 alasannya:
Keindahan Alam Tanah Gayo yang Memukau
Keindahan alam tanah Gayo ini sangat menakjubkan. Karena terletak di dataran tinggi, maka kita dengan mudah menikmati kabut ketika fajar menjelang. Situasi ini menjadikan kita seakan-akan kita sedang berada di atas awan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Takengon dijuluki dengan negeri di atas awan.
Danau Laut Tawar dan deretan bukit barisan menjadi pemandangan lain yang memanjakan mata. Danau yang terbentang luas mengelilingi kota Takengon inilah yang menjadi destinasi primadona dan daya tarik pengunjung ke Aceh Tengah. Kecantikannya membuat tiap pengunjung terhipnotis akan keindahannya.
Yang paling saya sukai saat menikmati pemandangan di Danau Laut Tawar adalah ketika melihat aktivitas para nelayan yang saling berdampingan mencari ikan depik.
Kemping bersama pasangan di pinggir danau Laut Tawar sambil merayakan ulang tahun pernikahan sungguh menjadi momen yang sangat romantis.
Berwisata Sejarah
Sambil mengelilingi Danau Laut Tawar, kita juga bisa melakukan wisata sejarah. Dari hasil penelitian dari para arkeolog, ditemukan kerangka manusia purba pada salah satu gua yang terdapat di pinggir danau yaitu Loyang Mandale.
Situs Loyang Mendale yang berada di Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah ini menyimpan kerangka manusia prasejarah. Peneliti meyakini situs ini diperkirakan berusia 7.000 tahun lalu.
Jika ingin melihat sejarah menarik lainnya, kita juga bisa mengunjungi gua Ujung Karang dan Putri Pukes. Tidak jauh dari pusat kota, kita juga bisa menuju ke arah Linge dan Serule untuk melihat sisa-sisa kejayaan dinasti Linge dan Serule pada masa lalu.
Masyarakat Gayo memiliki banyak legenda dan cerita rakyat seperti legenda Puteri Pukes, mengisahkan tentang sepasang pengantin yang menjadi batu di dalam gua. Konon sejarahnya Puteri Pukes tidak mematuhi amanah orang tuanya untuk tidak menoleh ke belakang.
Legenda Batu Belah di Penarun, kisah tentang seorang ibu yang disakiti suaminya kemudian melarikan diri ke batu belah untuk dimakan sang batu serta Legenda Puteri Ijo.
Masyarakat Gayo memiliki kekayaan kuliner yang sangat banyak, di antaranya Masam Jing, Pengat dan Dedah. Bagi kamu wisatawan dapat merasakan kuliner khas Gayo ini di warung-warung atau restoran di seputaran Kota Takengon.
Menikmati Kopi Gayo Langsung dari Kebunnya
Sebagai penikmat kopi, rasanya belum afdhol kalau ke Takengon tetapi belum menyeruput kopi Gayo langsung dari kebunnya. Apalagi kopi Gayo adalah salah satu kopi dengan cita rasa terbaik di dunia.
Sensasi menyeruput kopi sambil melihat kebun kopi dan bagaimana kopi Gayo diolah bisa kita temukan di Galeri Kopi Indonesia, di kecamatan Pegasing, Aceh Tengah. Dan juga di Seladang Coffee di kawasan lintasan Takengon-Bireuen, tepatnya di kawasan Jamur Ujung, Bener Meriah, sekitar 25 KM dari pusat Kota Takengon,
Pacuan Kuda Tradisional dan Kesenian Masyarakat Gayo
Alasan lain yang menjadikan saya dan suami ingin ke Takengon adalah untuk menonton Pacuan Kuda Tradisional Gayo. Atraksi ini masih tetap dilestarikan oleh masyarakat Takengon hingga saat ini. Hiburan rakyat ini digelar dua kali dalam setahun yaitu saat memperingati hari jadi kota Takengon, Aceh Tengah, dan momen perayaan 17 Agustus.
Pada momen ini kita dapat menyaksikan langsung bagaimana semaraknya tradisi pesta rakyat masyarakat Gayo. Melihat joki cilik tanpa pelana saling berpacu menunggangi kudanya. Ribuan orang akan tumpah ruah ke lapangan pacuan kuda di Blang Bebangka, Kecamatan Pegasing.
Selain itu kami juga ingin menyaksikan ragam kesenian yang dimainkan oleh masyarakat dan anak muda. Salah satu kesenian khas di Aceh Tengah diantaranya adalah Didong.
Didong merupakan salah satu kesenian tradisional yang masih populer di tengah masyarakat Aceh Tengah. Didong merupakan bagian dari tradisi masyarakat Gayo yang masih berkembang hingga saat ini.
Kesenian ini biasanya dimainkan saat acara pesta pernikahan dan event budaya. Didong dimainkan oleh masyarakat dari berbagai usia, mulai dari kaum tua, remaja hingga anak-anak. Syair yang dilantunkan dalam Didong adalah nasihat-nasihat sosial, agama hingga hubungan manusia dengan alam.
Jalan-Jalan di Takengon Booking Hotel di Traveloka
Saat berkunjung ke Takengon belasan tahun silam, hotel dan penginapan di Takengon masih sulit didapatkan. Walhasil, saat itu saya menginap di rumah teman. Namun, lain dulu lain sekarang. Saat booking hotel murah di Takengon lewat aplikasi Traveloka, alngkah terkejutnya saya ketika membaca list penginapan yang ada di sana. Penginapan mulai dari hotel sampai guest house telah hadir di Takengon. Dari yang tarif permalamnya sejutaan sampai yang ratusan ribu juga ada. Tinggal pilih sesuai budget.
Jika dulu, Grand Renggali Hotel adalah yang terkenal di Takengon karena lokasinya yang langsung berbatasan dengan Danau Laut Tawar, kini telah hadir juga Hotel Grand Bayu Hill yang lokasinya tidak jauh dari Renggali yang berlokasi di Kebayakan, Takengon.
Selain itu ada juga hotel baru yaitu Parkside Gayo Petro Hotel yang berlokasi di Bebesan, Takengon. Hotel ini telah memiliki Akomodasi dengan sertifikat CHSE yang memenuhi protokol kebersihan dari Kemenparekraf.
Dari review yang saya baca di aplikasi Traveloka, dari ke tiga hotel ini, Parkside Gayo Petro Hotel memiliki rating mengesankan (8,8), selain karena hotel ini termasuk hotel baru, pelayanannya juga bagus dan view seputaran hotel juga tidak kalah menarik. Sehingga saya pun memilih hotel ini saat berkunjung ke Takengon nanti.
Duh, rasanya diri ini sudah tidak sabar lagi menunggu honeymoon kedua ke Takengon ini terwujud. Membayangkan saya dan suami mengeksplor Takengon sambil berjalan dan bergandengan tangan, menikmati kebersamaan tanpa harus memikirkan pekerjaan, dan merancang kembali masa depan yang kami impikan.
Yuk ‘#LihatDuniaLagi dan bikin #StaycationJadi’ dengan Traveloka! Langsung meluncur ke Traveloka lewat link ini: https://trv.lk/kompetisi-lihatdunialagi-bloggerperempuan
Referensi:
1. https://kumparan.com/kumparantravel/menyapa-kabut-pagi-di-tanah-gayo-aceh-1s7zh4zgyO1
Nadus (@ednadus) says
Seru membaca petualangan mbak, owiya btw pas booking via traveloka apakah dapat diskon harga atau ada promo?
@nurulrahma says
Aceh panoramanya indaahhhh bgt.
Daku blm pernah injakkan kaki d Aceh.
Semogaaaaaa ada rezekinya aamiin aamiin ya robbal alamiin.
Pakai Traveloka makin enjoyyy
Diah Kusumastuti says
Selain punya destinasi wisata alam yang menarik, ternyata Takengon juga kaya akan seni dan budaya, kuliner, dan pastinya kopi Gayo ya, Mbak. Dan sekarang kalau mau traveling ke Takengon enggak perlu bingung soal penginapan, ya. Tinggal pilih via Traveloka 😊
Susi says
Menyenangkan sekali kalau bisa berlibur di Tanah Gayo. Banyak pemandangan alam nan indah, kuliner yang enak dan unik, serta budaya dan sejarah yang sangat menarik.
fanny_dcatqueen says
Ya ampuuun mbaa, baca ini aku langsung kangen lagi Ama Takengon 😭😭😭. Walopun bukan orang Aceh, tapi Krn aku 18 THN di Lhokseumawe, jadi buatku Aceh itu rumah kedua. Kebetulan Takengon Deket dari Lhokseumawe kan, makanya seneeeng kesana. Terutama Krn sejuk 😄😍😍. Aku ga terlalu suka panas dan pantai soalnya.
THN lalu ke Takengon, kayak ga puas sih cuma Bbrp hari. Aku pengen balik lagi dan stay lebih lama. Suami malah berandai2 beli rumah di sana hahahaha. Jarang2 loh dia sampe mau beli rumah di suatu kota yg bukan tempatnya.
Aku jadi mau seleseiin lagi sisa tulisan ttg Aceh di blog. 😁