“Assalamualaikum, perkenalkan saya Liza. Saat ini saya bekerja di sebagai dokter di Rumah Sakit Jiwa,” ucap saya saat memperkenalkan diri pada setiap acara yang saya ikuti. Ketika mendengar nama Rumah Sakit Jiwa (RSJ) orang-orang pun akan langsung tertawa.
Tidak hanya satu atau dua kali, tetapi setiap saya mengatakan kalau saya bekerja di RSJ tidak sedikit dari mereka yang langsung terkekeh. Alasannya adalah karena mereka langsung terbayang pada tingkah laku pasien yang terkadang memang mengundang decak tawa. Tidak sedikit juga yang kemudian merasa ngeri sendiri saat membayangkan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang sedang mengamuk dan meresahkan warga.
Berbeda halnya saat mengetahui kalau dokter tersebut bekerja di rumah sakit umum, kebanyakan orang langsung berwajah sendu membayangkan parahnya penyakit yang diderita oleh pasien yang ditangani oleh sang dokter.
Padahal, mau seseorang sakit fisik atau sakit jiwa, mereka sama-sama sakit dan harus diobati. Bukan untuk dijadikan bahan candaan atau malah ditelantarkan.
Sudah hampir tiga tahun saya menjadi dokter ASN di RSJ Aceh. Beragam pengalaman dan jenis pasien telah saya temui. Mulai dari pasien yang tenang-tenang saja tetapi keluarga tidak mau menerimanya karena dianggap aib keluarga, yang mengamuk sampai membunuh, yang lucu dan membuat saya tertawa terpingkal-pingkal saat mewawancarainya, dan yang salah tangkap oleh aparat keamanan.
Jadi, pernah beberapa kali saya mendapatkan gelandangan yang ternyata masih sehat dibawa oleh aparat keamanan dengan alasan keluyuran dan meresahkan warga. Ditambah lagi gelandangan tersebut penampilannya kumal dan tidak terurus. Saat diwawancarai dia malah tidur karena lemas dan belum makan berhari-hari. Walhasil, ia pun dirawat di RSJ. Dan ketika dia mulai sadar, barulah ketahuan kalau ia bukan ODGJ.
Masalah penolakan keluarga juga bukan satu atau dua kasus, tetapi sangat banyak keluarga yang tidak mau merawat anggota keluarganya yang ODGJ sehingga meski yang bersangkutan sudah dinyatakan sembuh secara klinis oleh dokter dan rawat jalan, mereka tidak dijemput-jemput oleh keluarga.
Daftar Isi
Melawan Stigma Lewat Tulisan
Saya bersyukur karena selain berprofesi sebagai dokter, saya juga gemar menulis. Hobi yang ternyata memiliki manfaat yang besar dalam menunjang pengabdian saya terutama untuk pasien ODGJ. Lewat tulisan entah itu postingan blog, opini di media massa, caption di media sosial, saya mencoba untuk melawan stigma terhadap penderita gangguan jiwa.
Tahukah teman, stigma atau pandangan negatif terhadap sebuah penyakit justru lebih berbahaya dari penyakit itu sendiri. Mendapatkan pandangan buruk dari orang-orang dapat menyebabkan seseorang yang mengalami gangguan jiwa semakin cemas, stress, dan bahkan depresi. Akibatnya mereka yang mengalami gangguan jiwa enggan untuk berobat karena takut dikatakan “gila”.
Stigma tidak hanya berdampak pada orang yang sakit, tetapi juga meluas ke orang yang memiliki hubungan dengan penderita atau mereka yang langsung berhadapan dengan penyakit tersebut. Walhasil, tidak mengherankan jika keluarga lebih senang jika ODGJ dikatakan sakit karena diguna-guna ketimbang mengalami gangguan jiwa.
Ujung-ujungnya, ODGJ tidak mendapatkan pengobatan yang optimal. Padahal gangguan jiwa dapat disembuhkan asalkan penderita mendapatkan terapi yang tepat.
Menjadi Dokter, Belajar Tanpa Akhir
Meski telah berstatus sebagai dokter bukan berarti saya berhenti disitu saja. Saya ingat sekali, seorang dokter senior pernah berkata bahwa, “menjadi dokter adalah long life learning. Tidak ada kata berhenti belajar untuk seorang dokter.”
Terlebih lagi dengan kecanggihan teknologi saat ini yang menyebabkan perkembangan dunia medis menjadi semakin cepat. Kalau kita hanya diam saja maka akan jauh ketinggalan informasi.
Tidak peduli apakah dia seorang dokter umum atau dokter spesialis, semua harus terus belajar dan belajar. Termasuk saya, dokter umum yang kini merawat pasien jiwa. Ilmu tentang kesehatan jiwa harus terus saya gali agar bisa memberikan pelayanan terbaik bagi ODGJ.
Untuk meningkatkan pengetahuan, selain membaca buku atau jurnal ilmiah terbaru, biasanya saya juga menghadiri konferensi, berdiskusi dengan teman-teman seprofesi atau ikut andil dalam berbagai penelitian.
Pandemi Covid-19 Mengubah Segalanya
Pandemi Covid-19 telah mengubah berbagai tatanan kehidupan. Pelayanan kesehatan kini hampir semuanya bergantung pada kegiatan berbasis digital. Jika dulu rasanya sangat tidak mungkin melakukan pelayanan tanpa bertatap muka dengan pasien, tetapi Covid-19 telah mewujudkannya.
Karena harus tetap menjaga jarak dan pembatasan kunjungan ke rumah sakit, para dokter memberikan pelayanan kesehatan secara virtual. Pun demikian jika saya mengikuti seminar atau konferensi, semuanya dilakukan secara online.
Digitalisasi di bidang kesehatan memiliki banyak sekali manfaat terutama dalam efektivitas waktu dan efisiensi biaya. Jika dulu, untuk mengikuti seminar yang diselenggarakan di Pulau Jawa saya harus merogoh kocek untuk biaya pendaftaran, transportasi dan akomodasi. Namun sekarang, saya bisa mengikuti berbagai konferensi atau seminar yang diselenggarakan dari belahan dunia manapun secara virtual. Dan tidak sedikit seminar nasional atau internasional bersifat non profit alias gratis.
Peralatan Tempur Seorang Dokter di Era Digital dan Pandemi Covid-19
Di era digital plus pandemi covid-19 saat ini, yang saya butuhkan sebagai seorang dokter tidak hanya stetoskop, alat pengukur tekanan darah (tensimeter), atau sarung tangan medis. Tetapi saat ini, di tengah evolusi pelayanan medis, saya membutuhkan sebuah PC yang komprehensif dan terbaru.
Sebuah laptop dengan spesifikasi mumpuni yang membuat pekerjaan saya semakin mudah, mampu mendukung hobi menulis saya, ringan dan cepat saat melakukan konferensi video dengan pasien, dan mendukung saya untuk terus belajar dengan menghadiri seminar dan simposium kesehatan secara online.
Dan pilihan saya jatuh kepada ASUS VivoBook 15 A516
Bagaimana ASUS VivoBook 15 A516 Membantu Kegiatan Sehari-hariku?
Sebagai penderita miopi alias mata minus yang hampir -3, ukuran layar menjadi pertimbangan utama saat memilih sebuah laptop. Saya sering merasa pusing dan mata terasa perih jika laptop yang saya gunakan berukuran kecil. Walhasil, saya menjadi enggan untuk melanjutkan pekerjaan tersebut. Kalau kepala pusing dan mata nggak nyaman, pasti nggak enak banget.
Bagi saya ukuran layar sebuah laptop berbanding lurus dengan produktivitas saat bekerja.
Ibarat kata pepatah, bigger is better, mungkin hal itulah yang mendasari saya memilih ASUS VivoBook 15 A516. Laptop memiliki layar yang lebar dan luas, yaitu 15.6 inci dengan 178 degree wide viewing angle sehingga saya tidak perlu mengernyitkan dahi atau memelototkan mata saat sedang bekerja dengan laptop ini.
Selain itu, Nano Edge yang dimilikinya membuat area layar tampak lebih luas sehingga saya bisa membuka beberapa aplikasi sekaligus. Misalnya nih sedang menyelesaikan tulisan untuk dipublikasi, saya jbisa membuka media untuk menonton film atau drama korea favorit, dan juga aplikasi lainnya sekaligus. Tentu hal ini dapat meningkatkan produktivitas.
Lebar tidak berarti berat
Jika dalam bayangan kalian seorang dokter perempuan adalah mereka yang berpenampilan anggun dan menenteng tas tangan bermerk serta kemana-mana dengan mobil, maka hal itu tidak akan kalian dapatkan dari seorang dokter Liza.
Saat bekerja, saya lebih senang mengenakan sepatu kets dengan ransel di punggung plus menggunakan sepeda motor setiap bepergian kemana-mana. Maklum, saya tugasnya di layanan gawat darurat yang harus siap siaga. Yeah, walaupun segawat-gawatnya pasien dengan gangguan jiwa tidak pernah ada yang dalam keadaan terancam nyawanya.
Ransel berbahan kulit sintetis tidak pernah ketinggalan saya bopong setiap bekerja karena di dalamnya terdapat laptop, buku catatan, dompet, dan alat tulis. Kenapa selalu membawa laptop, karena di sela-sela menunggu pasien, saya selalu mengisi waktu untuk mengikuti seminar daring atau menulis.
Pasti ranselnya berat banget? Enggak juga, apalagi kalau saya sudah memiliki ASUS VivoBook 15 A516 yang walaupun body-nya lebar tetapi ukurannya sangat ringan yaitu hanya 1,8 kg dengan ketebalan hanya 19,9 mm. Juga sangat portable dan mudah dibawa kemana-mana. Chargenya juga sangat ringan sehingga tidak memakan banyak tempat di dalam ransel.
Sebagai seorang perempuan, tampilan sebuah juga laptop menjadi pertimbangan kenapa saya memilih laptop tersebut. Dan laptop idamanku, ASUS VivoBook 15 A516 memiliki warna yang eye catchy. Ditambah lagi dengan adanya lapisan Transparent Silver dan Slate Grey yang bikin tampilannya semakin keren.
Tidak hanya itu, laptop ini juga dibekali dengan keyboard full-size yang telah dilengkapi dengan backlit, membuat laptop ini tetap dapat digunakan meski dalam kondisi gelap. Setiap tombol keyboard-nya memiliki key travel sejauh 1,4 mm yang sangat ideal untuk mengetik. jadi, kalau misalnya malam hari memiliki deadline pekerjaan dan kebetulan pula mati listrik, saya tetap bisa bekerja.
No hang, no mati sendiri
Laptop yang saat ini saya gunakan bisa dibilang sudah renta. Laptop itu adalah hadiah dari suamiku 6 tahun yang lalu. Sesuai dengan usianya, performance laptop ini sudah tidak sekencang dulu. Ia sering mati sendiri, keyboardnya banyak yang sudah rusak dan harus ditekan dengan kekuatan super kalau sedang mengetik. Dan satu lagi, sering hang kalau saya membuka banyak aplikasi.
Namun, itu tidak berlaku untuk ASUS VivoBook 15 A516. Laptop ini ditenagai oleh prosesor Intel® Core™ i5 generasi ke-10 dengan RAM 8GB, dan grafis diskrit NVIDIA® MX330. Sangat efisien dan mampu bekerja dengan gesit dan powerfull. Mau ikutan seminar online, video conference dengan pasien, membuka aplikasi penelitian, atau editing photo, video, dan lain-lain dijamin laptop ini tetap gesit enggak bakal nge-hang atau mati sendiri.
Soal konektivitas, VivoBook 15 A516 memiliki fitur mulai dari port USB Type-C, itu lho USB yang sering kita gunakan untuk charger ponsel, USB 3.2 Type-A, HDMI, serta combo audio jack untuk memenuhi kebutuhan konektivitas sehari-hari. Pada konektivitas nirkabel, laptop impianku ini dibekali dengan Wi-Fi 5 (802.11ac) untuk terhubung dengan jaringan internet, serta Bluetooth 4.1 sehingga penggunanya dapat menghubungkan berbagai aksesori nirkabel.
Laptop dengan prosesor Intel® Core™ 10th Gen series ke atas didesain untuk performa dan mobilitas. Dengan efisiensi yang tinggi serta dimensi thin and light, laptop menawarkan peningkatan performa dan produktivitas untuk penggunanya. Konektivitas WiFi generasi terbaru juga memungkinkan transfer data 3x lebih cepat dibanding generasi sebelumnya.
Spesifikasi dan Harga ASUS VivoBook 15 A516
CPU | Intel® Core™ i5-1035G1 Processor 1.0 GHz (6M Cache, up to 3.6 GHz)Intel® Core™ i3-1005G1 Processor 1.2 GHz (4M Cache, up to 3.4 GHz)Intel® Celeron N4020 Processor 1.1GHz (4M Cache, up to 2.8GHz) |
Operating System | Windows 10 |
Memory | Up to 8GB DDR4 RAM |
Storage | 256GB PCIe® Gen3 x2 SSD512GB PCIe® Gen3 x2 SSD1TB HDD + 256GB PCIe® Gen3 x2 SSD |
Display | 15.6”, FHD (1920 x 1080) 16:9, Anti-glare15.6”, HD (1366 x 768) 16:9, Anti-glare |
Graphics | NVIDIA GeForce MX330 (optional)Intel UHD Graphics |
Input/Output | 1x USB 3.2 Gen 1 Type-A, 1x USB 3.2 Gen 1 Type-C, 2x USB 2.0 Type-A, 1x HDMI 1.4, 1x 3.5mm Combo Audio Jack, Micro SD card reader |
Camera | VGA Web Camera |
Connectivity | Wi-Fi 5 (802.11ac), Bluetooth 4.1 |
Audio | SonicMaster, Audio by ICEpower®, Built-in speaker, Built-in microphone |
Battery | 37WHrs, 2S1P, 2-cell Li-ion |
Dimension | 36.02 x 23.49 x 1.99 ~ 1.99 cm |
Weight | 1,8 Kg |
Colors | Transparent Silver, Slate Grey |
Price | Rp5.299.000 (Celeron N4020/HD/Intel UHD Graphics/4GB/256GB SSD)Rp5.399.000 (Celeron N4020/FHD/Intel UHD Graphics/4GB/256GB SSD)Rp7.599.000 (Core i3/HD/Intel UHD Graphics/4GB/256GB SSD + 1TB HDD)Rp7.899.000 (Core i3/FHD/Intel UHD Graphics/4GB/256GB SSD + 1TB HDD)Rp7.799.000 (Core i3/FHD/GeForce MX330/4GB/256GB SSD)Rp8.199.000 (Core i3/FHD/GeForce MX330/4GB/512GB SSD)Rp10.999.000 (Core i5/FHD/GeForce MX330/4+4GB/256GB SSD + 1TB HDD)Rp11.099.000 (Core i5/FHD/GeForce MX330/8GB/256GB SSD + 1TB HDD) |
Warranty | 2 tahun garansi global |
Dokter merangkap Content Creator, Mengapa tidak?
Selain menjadi dokter, saya juga ingin menekuni profesi content creator dengan niche tidak jauh-jauh dari pekerjaan saya, kesehatan. Saya ingin sekali mengedukasi masyarakat luas tentang pentingnya menjaga kesehatan jiwa. Akan tetapi, keinginan tersebut belum terwujud karena saya belum memiliki perangkat yang mendukung mimpi saya tersebut.
Ya, untuk membuat konten dibutuhkan laptop berkapasitas penyimpanan yang besar dan juga cepat. Dan tahukah teman, ternyata ASUS VivoBook 15 A516 memiliki semua itu. Laptop ini dilengkapi dengan storage berbasis Solid State Drive (SSD) yang memiliki kapasitas mulai dari 256GB serta HDD hingga 1TB.
Komputer masa kini memiliki tampilan berbeda karena mereka memang berbeda. Dengan solid-state drive (SSD) dan teknologi terkini, Anda mendapatkan kecepatan, keamanan, ketahanan, dan desain yang cantik. Kami telah melakukan jajak pendapat, dan hasilnya, orang-orang lebih senang saat bepergian dengan PC modern.
Bagaimana dengan harga ASUS VivoBook 15 A516
Dari semua hal di atas sebenarnya yang paling penting dalam membeli sebuah laptop adalah kita wajib memerhatikan soal garansi, fitur-fitur pendukung tambahan, keamanan, dan juga budget. Kita tidak akan bisa membeli laptop impian jika dana tidak mendukung. Menurut saya, untuk ASUS VivoBook 15 A516 harganya cukup terjangkau karena memiliki pilihan sesuai dengan kebutuhan.
Nikmati semua manfaat dengan PC yang lengkap – PC sudah termasuk Office Home & Student 2019. Aplikasi Office versi lengkap (Word, Excel dan PowerPoint) memberikan semua fungsi yang dibutuhkan dan diharapkan oleh penggunanya. Penggunaan aplikasi Office seumur hidup dapat memastikan Anda untuk selalu memiliki akses ke fitur yang Anda kenal dan sukai. Dilengkapi dengan 100% aplikasi Office asli, software juga akan terus mendapatkan pembaruan keamanan yang rutin untuk melindungi perangkat, program dan data Anda.
Kesimpulan
Bigger is better adalah istilah yang paling tepat untuk ASUS VivoBook 15 A516. Ukurannya yang besar dengan layarnya yang lebar memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk tetap produktif menghasilkan karya selama pandemi Covid-19. Tidak terkecuali bagi mereka yang berprofesi dokter seperti saya. Meskipun laptop ini berukuran 15 inch tetapi beratnya hanya 1,8 Kg sehingga sangat mudah dibawa bepergian termasuk ke rumah sakit. Spesifikasinya yang mumpuni mampu menunjang karir saya sebagai dokter dengan tetap bisa melayani pasien lewat video conference, mengikuti seminar online dan mengerjakan hobi menulis. sangat direkomendasikan untuk mereka yang menginginkan laptop besar tetapi tipis dan ringan serta memiliki spesifikasi yang bagus.
Referensi
Artikel ini diikutsertakan dalam ASUS – 15 Inch Modern PC. Bigger Dream, Wider Screen Writing Competition bersama dewirieka.com
indah savitri says
kaya manfaat dan serba bisa banget ya mba laptop yang satu ini.. Aku suka dengan desainnya yang sleek dan juga tidak terlalu berat meskipun performance tetap mantap ya
Dian says
wah kece, selain sibuk menjadi pelayan kesehatan juga masih sering menulis di blog
setuju mbak, untuk menunjang semua pekerjaan kita, memang butuh laptop dengan spek yang mumpuni ya
dan memang ASUS VivoBox 15 A516 ini adalah pilihan terbaik
Nara says
wah asus vivobook I5 A516 sudah dilengkapi dengan aplikasi office juga. Jadi nggak bingung lagi mesti tambah dana buat beli lisensi office ya.
Stigma/pandangan negatif ini emang kadang lebih menganggu ya. Sampai di tempat saya ada yang bilang, sakit kepala bisa diobati segera, ke apotik banyak obatnya. Tapi sakit hati dengar omongan tetangga, sakitnya bisa kebawa sampai mati
Elly Nurul says
MashaAllah.. walaupun situasi pandemi harus terus semangat ya untuk membantu sesama.. apalagi masalah kesehatan, ngga boleh abai.. dan kemajuan teknologi seperti sekarang amat sangat membantu segala aktivitas yaa mulai dari sekolah online hingga profesi sebagai pelayan kesehatan
Dian Restu Agustina (@dianrestoe) says
Salut Mbak, selain bertugas mulia memberikan pelayanan kesehatan pada ODGJ juga menulis untuk melepas stigma perihal orang dalam gangguan jiwa ini. Semoga dilancarkan dan dimudahkan tugasnya ya..
Apalagi jika nanti didukung laptop yang spesifikasinya pas untuk menunjang segala kegiatan
Nathalia DP says
Masya Allah, apapun spesialisasinya, semua dokter sama kerennya dan begitu besar jasanya…
Di masa pandemi ini, penting banget memiliki laptop yang mumpuni untuk memaksimalkan pelayanan…
Ophi Ziadah says
Sukses terus deeek…
Dokter jaman now jg harus beradaptasi ya apalagi kondisis kayak gini.
Asus Vivo 15 nih harganya brp siih…
Kece banget kayaknya buat multitasking working mom kayak kita.
Btw good luck buat lombanya. Mau ikutan eh tahunya dah telet wkwkwkw
Cici Desri says
sehat selalu budok, apapun pekerjaan kita tidak membatasi diri untuk mengeluarkan kreativitas ya mba. Dengan menjadi content creator membuka insight luas lagi. Semoga menang ya mba 🙂
Hijriyah says
Saya pake asus i8, sampai saat ini lancar jaya, alhamdulillah
rina susanti says
Keren mba di tengah kesibukan jd blogger mash sempet ngeblog. Laptop ASUS mumpuni untuk semua kebutuhan, sya juga pengen nih punya laptop ASUS
lendyagasshi says
Bu Dokteeerrr….
Kok merinding baca tulisannya Bu Dokter.
MashaAllah,
Menyelami jiwa-jiwa orang lain dan berusaha memberikan pelayanan terbaik selalu yaa..
Tabarakallahu~
Semoga semoga kegiatan dan aktivitas Bu Dokter didukung penuh oleh VivoBook 15 A516 yang super canggih, ringan dan gesit.
ndiievania says
sehat dan semangat selalu dok!
bener segala penyakit jelas harus diobati dan gak boleh ada yg dianggap remeh dan diejek ya dok. mau itu ODGJ atau bukan.
Btw semoga bisa segera ganti asus vivobook yaa biar makin kece
bundadzakiyyah85 says
asus pertama saya juga layar lebar tapi berat, hehehe. Tapi sekarang sudah kurang bisa mendukung pekerjaan sebagai blogger. Selain cepat panas juga keyboarnya sudah usang dan tidak nyaman digunakan. Ya mungkin karena sudah saya gunakan sejak 2012 kerja bagai qhuda, wkwkwk (numpang curhat)
Nah, yang kedua juga beli laptop ASUS lagi nih saya mbak karena udah gak bisa move on dari ASUS, hehehe. Tapi alhamdulillah dapet yang lebih ringan dan layarnya tidak terlalu mini dengan harga teman (maksudnya beli di teman, gitu).
Setelah baca postingan ini saya jadi pengen juga vivobook 15 dengan layar lebih lebar dan ringan. Sama seperti mbak, saya tuh kalau gak pakai layar lebar kurang puas dan suka pusing, ngantuk juga malah. Kadang ya saya zoom aja biar lebar, tapi jadi layar tergeser dan kurang sip.
Ria Kurniasih says
Semangat terus mbak, selalu jaga kesehatan ya. Apalagi pandemi seperti ini harus tetap dinas. Semoga bisa dapetin ASUS nya juga.