Mencari asisten rumah tangga (ART) saat ini ibarat mencari air di musim panceklik. Susah bin payah. Itulah yang saya rasakan setahun ini pasca ART resign karena ingin menikah. Setiap bertemu dengan orang-orang saya selalu bertanya ada tidak orang di kampungnya yang mau bekerja di rumah saya. Lalu meminta bantuan mamak untuk mencari ART di kampung saya juga tapi mereka enggan karena jarak Tangse – Abdya itu sangat jauh. Kalau ada sesuatu di kampung halaman mereka, agak susah waktu pulang. Ada sih ART asli Abdya yang mau bekerja di rumah, tetapi rata-rata pinginnya bekerja dari pagi sampai sore. Sedangkan saya butuh ART yang bisa tinggal dan menginap di rumah juga.
Jujur, saya sangat membutuhkan uluran tangan ART. Pasalnya, saat ini saya bekerja di daerah yang jauh dari suami, orangtua, mertua, dan sanak saudara. Saya juga memiliki putri yang masih balita dan tidak mungkin saya bawa ke kantor karena tidak ada daycare di tempat saya bekerja tersebut. Syukurnya, Rita, tetangga yang baik hati bersedia menjaga putri saya selama saya bekerja. Jadi, sebelum berangkat kerja saya titipkan Naqiya ke rumahnya yang hanya berjarak beberapa meter dari rumah. Namun, untuk urusan rumah seperti memasak, mencuci, menyapu, semuanya saya kerjakan sendiri. Dan hari pun berganti, bulan berganti, dan setahun sudah saya tidak memiliki ART dan saya pasrah. Kalau ada yang mau menjadi ART Alhamdulillah, tidak ada pun ya sudahlah.
Baca juga: TIPS LDR SETELAH MENIKAH: QUALITY TIME ITU PENTING
“Adek yakin enggak mau nyari pembantu lagi?” tanya Bang Tunis suatu siang ketika saya terburu-buru menyelesaikan pekerjaan rumah karena setelah itu saya harus kembali ke kantor. Piring kotor telah selesai saya cuci. Begitu juga dengan rumah, telah bersih saya sapu. Nasi sudah masak dan lauknya juga sudah saya beli.
“Mau gimana lagi, susah kali nyari pembantu. Rata-rata maunya pergi pagi pulang sore. Enggak ada yang mau nginap di rumah. Lagian kalau enggak ada pembantu, kan Adek bisa sekalian olahraga. Anggap aja nyapu, cuci piring, dan masak itu olah raga. Siapa tahu bisa kurusan.” Betulkan? Anggap aja mengerjakan pekerjaan rumah itu sebagai olahraga yang bisa membakar kalori.
“Yakin bisa kurus?” bang Tunis sepertinya tidak percaya dengan kata-kata saya.
“Yakin, dong,” ucap saya pasti.
***
Setelah setahun tidak memiliki ART saya bukannya menjadi kurus tetapi semakin “berisi”. Timbangan yang saya naiki selalu bergeser ke kanan, enggak pernah kekiri.
Ekspektasi: enggak ada pembantu di rumah, berat bdan turun dan mendapatkan tubuh yang ideal
Realita: meteran timbangan makin melaju ke arah kanan.
Kok bisa? Selama tidak ada yang bantu-bantu di rumah, saya sering membeli makanan di luar. Kalau untuk makanan untuk putri saya, Naqiya, saya selalu mengusahakan untuk tetap memasak sendiri. Namun kalau tidak sempat, Naqiya biasanya makan di tempat pengasuhnya. Nah, tahu sendiri kan bagaimana seberapa banyak porsi nasi bungkus? Dan saya itu paling enggak bisa membuang makanan, jadi walaupun perut sudah kenyang, mulut tetap aja sanggup mengunyah.
Selain itu, mamak juga sering datang ke tempat saya untuk menjenguk cucunya. Kalau mamak datang pasti beliau memasak makanan kesukaanku. Kalau enggak ada mamak saya jarang makan malam, pas ada mamak, makannya enggak hanya sepiring, tapi lebih. Jangan tanya berapa banyak, nanti saya semakin merasa berdosa kalau mengingatnya.
Sejak tidak ada ART, saya tidak pernah lagi mencuci. Eh, ada sih, cuci pakaian dalam sama baju Naqiya. Pakaian saya yang lain saya titipkan ke laundry. Namun, tahu sendiri bagaimana baju yang dicuci di binatu tersebut, sering enggak bersih. Sebenarnya ada niat sih untuk mencuci sendiri pakaian saya tersebut apalagi sekarang lagi ada promo mesin cuci, tapi apakah sempat? Kapan cuci baju, kapan nyetrika, kapan main sama Naqiya, dan kapan tidurnya?
Baiklah, kembali ke topik tulisan. Ternyata, pasca ART resign, pengeluaran saya selama lebih banyak dibandingkan saat ada pembantu. Lho, kok bisa? Ketika ada ART di rumah, jumlah pengeluaran saya tercatat dengan jelas. Entah itu untuk gaji sang ART, belanja bulanan, makan, dan lain-lain. Namun, selama tinggal sendiri, semuanya menjadi tidak terkendali. Keinginan untuk menambah tabungan ternyata hanya angan semu belaka.
Ekspektasi: kalau enggak ada pembantu, gaji yang seharusnya dikasih untuk dia bisa ditabung
Kenyataan: pengeluaran makin besar. Gaji jatah pembantu melayang entah kemana.
Tidak hanya badan dan pengeluaran yang semakin membengkak, time table saya juga berantakan. Dulu, kalau ada pembantu di rumah, saya bisa mengatur apa saja yang ingin saya lakukan. Waktu saya untuk bermain dengan Naqiya juga banyak. Misalnya pagi hari, saya bisa mengajak Naqiya jalan-jalan seputaran rumah baru setelah itu saya bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Sekarang, setahun belakangan lebih tepatnya, ketika bangun tidur saya selalu diburu waktu. Pagi-pagi saya menyiapkan bekal untuk Naqiya. Kemudian memandikannya dan mengantarkan dia ke pengasuh. Baru setelah itu saya mempersiapkan diri untuk ke kantor. Semua serba terburu-buru. Enggak ada istilah berlama-lama di depan cermin untuk memakai make up atau menata jilbab. Begitu juga malam hari, enggak sempat tuh nonton film atau sinetron. Langsung aja tepar di atas kasur.
Ekspektasi: saya kan multitasking mom. Jadi, saya bisa menghandle semua pekerjaan rumah tanpa pembantu meskipun saya bekerja
Realita: saya butuh pembantu karena saya akui saya tidak bisa mengerjakan semuanya sendiri.
Capek kalau enggak ada pembantu? Untuk ibu pekerja yang hanya tinggal berdua dengan balita saya akui saya capek dan saya butuh pembantu. Pekerjaan rumah tangga yang selama ini saya lakukan secara terburu-buru bisa dilakukan oleh pembantu dengan seksama. Rumah yang saya tinggal bak kapal pecah, bisa lebih rapi kalau ada pembantu. Waktu saya bersama putri semata wayang saya juga bisa semakin banyak karena saya tidak perlu membaginya dengan menyelesaikan pekerjaan rumah yang belum usai.
Baca Juga: Asisten Rumah Tangga Kreatif
Jadi, bagi teman-teman yang memiliki ART di rumah, perlakukan mereka dengan baik. Karena mencari ART itu susah sekali. Ekspektasi yang Anda pikirkan jika tidak ART di rumah jauh sangat bertolak belakang dengan kenyatan yang ada. Saya contohnya.
oRiN says
Meskipun gak kerja, tapi iya… timetable saya berantakan, banget. Kadang suka pengen gitu cari ART, tapi susaaahhhh. Mudah2an Budok cepat dapet ART yang cocok ya
Situnis says
Yakin kurus??? 🙂
meutia rahmah says
memang susah sekarang nyari ART ya za. Tapi ada atau tidak ART mulai dari berat badan sampai pengeluaran tetap sama malah lebih besar 🙂
satriabajahitam says
Realita: meteran timbangan makin melaju ke arah kanan.
Aduh, ngakak, mbak. wkwk
Eh, tapi kata Notulen ILK kemarin, Cantik itu ejaannya bukan K U R U S x)
Liza Fathia says
Walaupun gemuk, aku tetap cantik kok. Tapi gemuk itu beresiko terkena banyak penyakit.
Pembicara Internet Marketing says
nyari PRT susahnya kayak nyari penjahat,,he,,he,,
apali yg jujur untuk skrg ini,,di tambah seringny ada kejahatan pembantu menyiksa anak majikannya,,serba slah juga,,mau di titip di pembantu khawatir juga,,mau di tinggal sendrian apalagi,,
ya mau gak mau harus pinter bagi waktu..
tapi bagaimna jika kerjaan banyak..pusinh deh,,
akhirnya cepet kurus atau malah sakit karena kurang istirahat
ada sulusinya, sekarng banyak jaa penitipan anak yg nyaman dan aman,,
gmna menurutnya,,???
Contoh resensi cerpen says
Istri kurus atau gemuk bukan suatu masalah yang terpenting adalah sholehah akhlak nya 🙂
Pastuguna says
memang sekarang cari RT agak susah mudah-mudahan segera dapat mbk
sahabatnesia says
Ekspetasi terkadang ngeselin banget ya mbaa …
Arina Mabruroh says
Ups. Jadi lihat cermin nih.. Aku juga paling nggak bisa buang makanan ???
Sudah berapa orang yang tanya “Mba Arin hamil lagi ya? ” oh Noo..! Itu hanya perut yang makin membuncit ??
Kenyataan memang tak seindah bayangan ya Mba.. Semoga Mb Liza bs segera dapat ART yang baik..
Yesi Intasari says
kebayang repot banget ya mba, aku aja yang belum ada anak-anak di rumah kerjaan rumah masih suka keteteran
Ila Rizky says
Iya, mb Liza. Banyak yang ngrasain kek gitu juga. Biasa tanpa pembantu jadi malah harus adaptasi lagi pas mereka resign dadakan. Klo aku di rumah memang ga ada pembantu. Untungnya semua bisa dikerjain nyicil satu2. Yg penting nyuci piring sm baju beres dl. Hehe
Yervi Hesna says
Salut deh sama mb Liza…udh jauhan dari suami, bertugas di dalam dan diluar rmh…tapi blogging tetap lancar.
Afifah Mazaya says
Karena manusia punya batas ya. Semangat, Mbak. ^^
Diah Kusumastuti says
Semoga lekas dapat ART ya, Mbak Fathia. Dan semoga ekspektasi setelah punya ART juga enggak beda jauh sama realitanya 🙂
kianpi says
Semoga bisa mendapat ART baru yang berkualitas ya mbak…
Pakde Cholik says
Sebenarnya repot juga nggak punya PRT, apalagi jika suami-isteri bekerja.
Cari pembantu yang rajin dan setia memang agak susah jaman sekarang
Salam hangat dari Jombang
Ahmad says
memang agak repot juga kalau ART resign … yg sabar aja ya mbak
faziazen says
kalau makannya beli , pengeluaran membengkak ya
moga dapat art yang cocok
CindeNian says
Salut buat mbak Liza. Meski bekerja, tak ada asisten RT, namun blogging jalan terus.
Bagi dunk tips nya mbak, bagaimana membagi waktunya 🙂