“Dek, kayaknya tubuh kita ini udah kayak papan iklan yang bergerak ya? Tiba-tiba sebut suami membuyarkan konsentrasi saya yang lagi melipat baju, “maksudnya?” tanya saya yang masih penasaran, “lihat tu, bajunya iklan semua, tiap hari kita pakai baju iklan”, jelasnya sambil menunjuk ke tumpukan baju yang sudah saya lipat. Paham dengan maksud suami, saya pun ketawa lebar. Baru sadar kalau selama ini kami sering memakai baju “sumbangan”, bukan hasil beli sendiri.
Sejak rajin nge-blog dan beraktivitas dengan kawan-kawan diberbagai komunitas, koleksi baju “iklan” dalam lemari saya juga bertambah banyak. Umumnya baju ini saya peroleh dari kegiatan gathering komunitas, aktivitas olah-raga, dan tentunya kiriman dari produk-produk yang lomba blog nya saya menangkan. Tulisan iklannya juga beragam, mulai dari produk susu, sepeda motor, makanan ringan, iklan lomba blog, iklan pariwisata, dan lain lain. Warna bajunya beragam, mulai dari putih, kuning, hijau, coklat, hingga hitam. Bahasa yang tertulis di baju juga macam-macam, umumnya berbahasa Indonesia, tapi ada juga yang berbahasa Inggris dan tentunya ada juga yang berbahasa Aceh. Pokoknya sangat beragam. Satu satunya baju yang tidak kami pakai adalah baju dari partai, karena memang kami tidak berafiliasi dengan satu partaipun, dan walaupun ada yang kasi saat kampanye, biasanya kami tolak atau kami berikan ke orang lain.
Memakai baju “iklan” ini kadang-kadang ada serunya juga, jika bajunya hanya dibuat terbatas oleh kawan-kawan komunitas yang kecil, maka kadang ada rasa bangga juga, apalagi kalau model dan tulisannya di bajunya menarik. Tapi sering juga ill feel kalau lagi jalan tiba-tiba ketemu orang yang pakai baju yang sama, udah itu bukan Cuma seorang lagi, tapi ramai. Kalau ketemunya pas lagi acara tertentu ya tak masalah, tapi kalau lagi belanja di pasar, yang jualnya sama-sama pakai baju dengan saya? Mau nawar murah gitu? Hehe
Selanjutnya, apa kita harus malu atau gengsi karena pakai baju “iklan” pemberian orang ini? Saya rasa tidak. Bagi saya yang penting bajunya sopan, bisa dipakai untuk menutup aurat, dan tulisannya sopan dan tidak aneh-aneh. Apalagi kalau modelnya bagus dan tulisan iklannya bisa tertutup, ya santai aja. Kalau ada yang ketawain karena pakai baju ‘gratis’ tiap hari, ya santai saja, toh hidup ini simpel, yang bikin rumit itu gengsi dan merek! Bener tidak?
vatih says
whaha saya juga pernak mbak pakai naju hasil menang lomba, ketemu sama yang sma.. rasanya aduuh..
hadi says
bisa juga dibilang mungkin sponshorship berjalan mbak, hehe
Liza Fathia says
Setuju 🙂
monda says
bangga dong mestinya Liza
udah jadi blogger yg diperhitungkan orang
Liza Fathia says
Hehhe, masih belum apa apa lah saya 🙂
Idah Ceris says
Hihihi, istilahnya ada2 sajooo. Tapi kita hepi2 aja makainya ya, Mbak. 😀
Liza Fathia says
Iya, cuek aja, toh bajunya halal 🙂
mawi wijna says
Pas jamannya dulu sering ada acara funbike, koleksi kaosku ya banyak mbak. Tapi sayangnya bahannya murahan, jadi sablonnya cepet ilang. 🙁
Yusuf Muhammad says
Kalau saya palingan baju iklannya baju kepanitiaan atau baju peserta acara tertentu yang pakai sponsor, hehe..
Liza Fathia says
Wah, belum komplit itu, harus di perbanyak lagi kolekseinya, eh 🙂
Moersalin says
wah, kesian sangat suaminya….:P