“Itu serius harga kuenya 500 rupiah sebiji?” tanya suami seakan tidak percaya, “kalau di Jerman sebiji kue harganya rata-rata satu euro, kalo di kurs kan sekitar 14 ribu. Bisa beli berapa kalau disini ya? 28 biji?” Lanjut Bang Tunis sambil menghidupkan skuter kami.
Bang Tunis belum genap seminggu pulang ke Aceh, tepatnya ke Blangpidie, dimana saat ini saya bertugas. Sebelumnya kami tinggal di Banda Aceh dan harga makanan disana dua kali lebih mahal dibandingkan disini.
Kebiasaan menjual takjil alias makanan untuk berbuka puasa sudah menjadi tradisi di seluruh Indonesia. Negara dengan 85% penduduk muslim ini seperti sangat merindu-rindukan datangnya bulan puasa. Selain karena tarawih dan ibadah lain yang pasti sangat di tunggu-tunggu oleh mereka yang berpuasa adalah waktu berbuka. Dan untuk berbuka, sangat tak lengkap kalau hanya dengan makanan seadanya. Jadi, buat mereka yang sempat, membuat kue adalah hal yang lumrah dilakukan. Dan untuk yang tidak sempat, seperti saya, membeli adalah opsi yang paling cocok. Soal rasa, sangat relatif dan tentunya tergantung lokasi penjual dan faktor lucky.
Balik lagi ke soal takjil di Aceh. Waktu masih tinggal di Banda Aceh, harga kue takjil berkisar 1000 rupiah, dan bisa saya pastikan kalau tidak ada lagi kue seharga 500 rupiah per potongnya. Sebaliknya di kota Blangpidie, kabupaten Aceh Barat Daya, kami bisa menemui kue yang harganya begitu murah. Soal ukuran, bisa dipastikan sedikit lebih kecil dibandingkan dengan yang dijual 1000-an. Sedangkan soal rasa, lagi-lagi sangat relatif.
Kue yang dijual murah juga bermacam jenisnya, mulai kue khas Aceh seperti timphan hingga kue yang lebih nasional seperti kue lapis, risol, bolu, hingga tahu goreng, pokoknya semuanya ada, dengan harga yang sama. Untuk timphan sendiri, inilah timphan yang paling kecil yang pernah kami lihat, hanya seukuran permen tetapi berbungkus daun pisang, isinya juga bukan seri kaya, tetapi kelapa bercampur gula. “Namanya juga timphan limong reutoh, gimana berharap gede” komentar suami.
Selain harga kue yang sangat murah, pernah juga kami beli mie goreng basah, atau biasa dikenal mie Aceh seharga 5000 rupiah sebungkus di sebuah warung kopi di dekat rumah. Padahal kalau di Banda Aceh minimal sebungkus 8000 rupiah, itupun kalau udah kepinggiran, sedangkan di warung mie yang sudah terkenal, harganya rata-rata di atas 10.000 rupiah. Padahal soal rasa sama saja tuh. Nah kalau di luar aceh, berapa harga takjil dan mie Aceh?
Leave a Reply