Jalan-jalan ke Peunayong, Banda Aceh maka kita tidak hanya dimanjakan oleh sayur-mayur dan buah-buahan segar yang dijual di pasar tradisionalnya. Di sana kita bisa juga melihat keharmonisan hidup antara masyarakat Aceh dengan etnis Tiong Hoa. Ya, Peunayong adalah Pecinan-nya Banda Aceh.
Selain menikmati pasar dan interaksi antar etnis, kita juga bisa melihat toko-tokotua yang catnya kian mengelupas dengan arsitektur yang khas dan berbeda dengan toko lainnya. Bangunan tua yang berada di Peunayong adalah buah kerja keras arsistek Belanda yang mendesainnya sebagai Chinezen Kamp alias Pecinan.Telusuri saja Jalan Jendral Ahmad Yani! Di jalan yang berdekatan dengan pasar itu tampak bangunan-bangunan yang merupakan perpaduan antara arsitektur Cina dan Eropa. Bangunan yang terdiri dari dua lantai itu digunakan untuk berdagang dan tempat tinggal.
Deretan bangunan tua ini berbeda dengan ruko modern yang dibangun di sampingnya. Di depan ruko Cina ini terdapat arcade, yaitu deretan tiang beton yang menopang lantai atas lantai atas menjorok ke emperan. Lebar terasnya lumayan sempit karena sebagian digunakan untuk menaruh barang-barang dagangan. Sedangkan tinggi tiang teras sekitar 3 meter. Bagian atas tiang dihias dengan susunan pelipit rata. Tiang yang berada di ujung (utara) bagian atasnya melengkung bergaya Romawi. Deretan tiang emperan menerus ke bangunan lantai dua sebagai pilaster. Di bagian sudut atas pilaster konstruksi diperkuat lagi dengan penyiku dari beton. Pilaster berfungsi sebagai penguat dinding tembok bangunan, di samping itu juga menandai batas ruas ruangan bangunan lantai dua.
Pintu ruko terbuat dari papan yang disusun vertikal dengan sistem buka tutup secara digeser. Di bagian atas pintu ruko terdapat lubang ventilasi berbentuk persegi panjang dengan hiasan kerawang dikeempat sudutnya. Untuk keperluan pencahayaan dan sirkulasi udara dinding bangunan lantai dua dilengkapi jendela. Jendela berdaun dua terbuat dari bilah-bilah papan yang disusun vertikal. Gerak buka tutup jendela dihubungkan dengan dua engsel (folding shutter). Jumlah jendela setiap ruko bervariasi 2 atau 3 buah jendela. Di bagian dinding ruko yang terletak paling ujung (utara) dijumpai lagi 3 buah jendela dan sebuah pintu. Di bagian atas jendela dan pintu terdapat kanopi dari seng. Di bagian atas kanopi dijumpai hiasan berbentuk susunan pelipit rata. Hiasan lainnya berbentuk huruf S dari besi dijumpai dibagian kiri dan kanan jendela.
Atap rukonya juga sangat unik yaitu berbentuk pelana dari seng dengan kemiringan tajam. Kemiringan atap dibuat tajam agar air hujan cepat turun ke permukaan jalan. Kemiringan atap diakhiri dengan tritisan berhiaskan deretan awan beriring. Di bagian puncak atap terdapat tonjolan atap dari semen. Konstruksi tonjolan atap itu menyatu dengan dinding bangunan lantai dua. Selain di Jalan Jend. Ahmad Yani, ruko perpaduan arsitektur Cina-Belanda itu juga bisa ditemukan di Jl. WR. Supratman (utara), Jl. Teluk Betung (selatan) dan di Jl. RA Kartini (timur). [] Liza Fathia
sundhe says
Ini adalah Mall terbukanya Banda Aceh waktu kami kuliah, tiap pulang kuliah atau lagi suntuk pasti jalan-jalan ke sini.
Semoga bangunannya terus ada dan ga dirubah, sebagai kenang-kenangan kalau ke sana lagi
Liza Fathia says
Semoga aja dhe
Liza Fathia says
Iya kk. Parah bgt
konveksi seragam jaket kaos says
kereennnn bangetttt