Meski mengaku tidak bisa masak, beberapa kali saya sempat mempergoki suami saya memasak, seringnya ketika saya malas masak, atau memang saat terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak sempat masak. Masakan suami saya juga khas anak kos, bumbu seadanya, ada asam, asin dan pedas, jadi makanan. Tumisan kol, kangkung, toge dan sebagainya cukup bisa diandalkan, rasanya juga lumayan. Kalau sedang “kumat”, si suami juga suka buat eksperimen memask, ya namanya eksperimen, ya suka suka dia mau masak apa.
Salah satu momen eksperimen masak yang menurut saya cukup lucu adalah ketika si suami tiba-tiba “ngidam” martabak Aceh. Parahnya lagi dia ngidam ketika sedang di Jerman, mau cari dimana martabak Aceh? jangankan penjual martabak, bumbunya saja susah. Tapi bukan suami saya namanya langsung pasrah ketika makanan kesukaannya tidak ketemu, ada saja idenya, sehingga cita-citanya muncul. Setidaknya begitulah cerita si suami ke saya yang bikin saya ketawa.
Bumbu martabak Aceh sebenarnya cukup gampang, cuma butuh telur, bawang merah, cabe, seledri, margarin dan roti martabak. Menurut suami, semua bumbu diatas bisa dibeli di Berlin, kecuali tentunya roti martabak tadi. Nah, untuk mengakalinya, si suami mengganti dengan roti Turki yang biasa dipakai untuk falafel atau pizza Turki.
Kejadian lucu justu ketika suami mencari margarin di supermarket, saat itu dia lupa kata margarin dalam bahasa Jerman, yang diingatnya hanya BlueBand, jadinya setelah di cari-cari di rak makanan dan belum ketemu, dia bertanya ke pegawai supermarket itu; Haben Sie BlueBand?” sambil berkerut dahi, si pegawai kembali bertanya “was? bubend? weiß ich nicht” jawab si bule bingung, tidak tahu maksud suami saya. Tidak menyerah, dia kemudian membuka smartphonennya, dan menunjukkan gambar blueband ke si bule, baru kemudian dia mengangguk sambil menunjukkan dimana si Blueband terletak. “Pantesan gak nemu, bahan susu kok dicari di bagian bumbu dapur”, suamiku oh suamiku.
Sebenarnya suami saya saat itu sama sekali tidak ingat kata-kata margarin dalam bahasa Jerman, karena biasanya dalam keluarganya hanya mengenal blueband, bahkan mertua saya lebih sering bilang blueband dibandingkan mentega, baginya, metega ya blue band.
Nah, bagaimana suami saya mengolah bahan seadanya menjadi martabak Aceh? begini caranya. Pertama, roti turki yang keras direndam dalam air hangat, setelah sedikit empuk, kemudian dikeluarkan. Mentega yang sudah dibeli dipanaskan dalam wajan untuk menggoreng telur, karena memang wajan khusus untuk memasak martabak Aceh tidak ada. Setelah minyaknya panas, telur yang sudah dicampur cabe, garam, seledri, bawang dan dikocok, sebagiannnya dimasukkan kedalam minyak dan diratakan. Setelah sedikit mengembang, roti dimasukkan diatasnya, dan baru sisa telur tadi diletakkan lagi diatas roti, kemudian dibalik, sehingga masaknya merata. Jika minyaknya dirasa kurang, tinggal ditambahkan lagi blueband, sehinga martabak bisa di goyang-goyang seperti saat orang memasak telur. Tahu kan kalau beda martabak Aceh dengan martabak lain hanya dimana letak telurnya, dimana kalau martabak biasa telurnya didalam, martabak Aceh justru telurnya diluar. Setelah masak, martabaknya dikeluarkan, dan siap dihidangkan. Paling enak disantap saat panas, tapi kalau udah dingin juga masih sedap. Kalau mau lebih sedap, tinggal tambahin acar timun. Nyummii..
Begitulah martabak Aceh Jerman buatan suami saya, Mau coba? 🙂
Idah Ceris says
Merknya udah membumi bgtt ya, Mbak. Paling mudah dideteksi oleh otak dan lodah. 😀
Beby says
Wkwkwk.. Belinya di Toko Asia kah, Mbak? Temen ku ada yang tinggal di Jerman jugak. Beliau sering banget mamerin hasil masakannya yang khas Indonesia 😀
Liza Fathia says
Iya mbak bebi, suamiku pun begitu
fanny fristhika nila says
Di Berlin ada toko indonesia lumayan lengkap, indomarkt.. belanja di sana jugakah mba? kebetulan yg punya sodara suamiku 😀 … btw, aku jd kgn martbak aceh nih… mnrtku jg martbak aceh itu lbh enak drpd martabak telur biasa 😀
konveksi seragam jaket kaos says
artikelnya mantabb, thanks