“Kenapa lama sekali keluar? Orang lain kayaknya udah dari tadi?” tanya nyanyak, ibu mertua saya, dalam bahasa Aceh ke suami saya saat menjemput beliau di Bandara Sultan Iskandar Muda kemarin. “Ramai kali bulek malaya, lama di Imigrasi”, jawab suami saya seadanya. Baru setelah dalam mobil beliau cerita kalau tadi dalam pesawat dipenuhi oleh turis dari Malaysia. Katanya hampir 3/4 pesawat isiya orang Malaysia yang melancong ke Aceh. “dulu waktu abang pulang pakai Airasia langsung dari KL, paling orang luar cuma beberapa orang, bisa dihitung jari, pulang enam bulan yang lalu udah fifty fifty, nah, tadi udah rame mereka dari orang kita, jelas suami lagi.
“Emang bisa tahu dari mana? Secara dari segi wajah orang malaysia kan gak beda jauh dengan kita orang Aceh?” Tanya saya penasaran, “ya waktu dalam pesawat abang juga gak tahu, tadi yang duduk di samping abang dua orang, suami istri, abang ajak ngomong bahasa Aceh, eh mereka gak jawab, gak ngerti, setelah ngomong berdua, baru tahu mereka orang malaysia, hehe, jelasnya. “trus waktu ngantri di imigrasi, ketahuan deh semuanya, yang ngatri di bagian orang lokal cuma beberapa orang, sedangkan yang internasional, sampe ke ujung sana, mereka semua” lanjut suami saya. Saya sendiri saat dibandara tadi sempat heran, saya liat ibu-ibu yang keluar dari bandara banyak yang pakai baju kebaya ala malaysia? Apa karena sudah lama tinggal disana sehingga mereka berpakaian ala negeri jiran? Dan setelah dengar penjelasan suami, saya jadi sadar kalau itu orang malaysia asli yang berkunjung ke Aceh, bukan orang aceh yang merantau ke malaya.
Sejak Bandara Sultan Iskandar Muda di upgrade statusnya menjadi bandara Internasional beberapa tahun silam, jumlah kunjungan turis makin hari makin bertambah banyak. Sebelum status bandara ini berubah, orang luar yang mau ke Aceh harus lewat Medan atau Jakarta, kini mereka bisa langsung terbang dari Kuala Kumpur atau Penang. Pesawat Air Asia yang terbang langsung dari KL pada awalnya hanya 4 kali seminggu, kemudian tiap hari terbang, dan sejak dua bulan yang lalu, frekuensinya sudah ditambah, ada yang 2 kali terbang dalam sehari. Penumpangnya pun tidak terbatas pada orang aceh yang berobat ke negeri jiran, tetapi kini justru lebih banyak orang Malaysia yang ke Aceh. Bahkan pernah waktu saya bawa teman ke museum tsunami, saya tanya ke petugas disana, kalau orang luar, dari negara mana yang paling banyak? Si kakak menjawab “dari Malaya, ada yang udah 2-3 kali datang kemari” jawabnya sambil tersenyum.
Jumlah penumpang yang banyak berimbas pada harga tiket pesawat yang lebih murah. Dengan wang 160 ringgit saja, mereka sudah bisa terbang ke Aceh, dan itu harga normal, kalau lagi diskon bisa hanya seharga 50 ringgit saja sekali jalan. Murah sangat bukan? Sayangnya untuk penerbangan lokal, hanya ada lion dan garuda yang terbang ke Aceh, frekuensinya juga tergantung musim, kalau lagi sepi penerbangannya diturinin, sedangkan kalau lagi rame ya di tambah, tiketya juga jauh lebih mahal. Suami saya sendiri, sejak ada penerbangan langsung dari KL, dari Jerman beliau hampir tidak pernah pulang lewat jakarta, tetapi lewat KL, “lebih murah dan lebih dekat”, begitu alasan beliau.
Terbukti, dengan akses yang lebih luas ke dunia Internasional, pengunjung yang masuk ke Indonesia juga makin banyak, tidak hanya menumpuk di Bandara-bandara tertentu saja. Semoga kedepan makin banyak lagi bandara yang berstatus Internasional, sehingga target devisa lewat wisata meningkat, dan turis tidak melulu harus lewat bandara yang itu-itu saja, semoga!
Lidya says
kangen bw kesini apa kabar mbak liza? mudah-mudahan aku juga bisa ke Aceh ya mbak
Anis Hidayah says
Iya mbak Liza,,, apalagi pemerintah menambah daftar negara bebas visa,,, semakin menarik wisatawan yang ada. Tapi kalau boleh mengkritisi, biasanya semakin banyak turis entah lokal maupun luar maka akan semakin banyak pula sampah yang dihasilkan. Tapi semoga Aceh tetep cantik dan menarik banyak turis yang datang kesana dan terjaga juga kebersihannya,,, 🙂
mawi wijna says
Sebagai yang pernah merasakan numpang Air Asia, Kuala Lumpur – Aceh aku ya merasakan hal yang sama mbak. Mungkin orang Malaysia udah pada bosen ke Singapur ya. Di Aceh kan lebih menarik.
Moersalin says
eits, itu info dari saya anda tuliskan ya? bayar..!!!
wooclipmovie says
di aceh skrang banyak bule nyasar hihihih
pulaupantarablog says
pantainya keren banget ya kek karimun jawa