Halo semua, tau travel kan? Travel itu bukan travel jalan jalan, tapi perusahaan transportasi yang bisa kita booking lewat panggilan telpon plus antar jemput. Nah, perusahaan travel ini memang nampaknya sedikit berbeda dengan moda transportasi umum lainnya, karena kalau dilihat dari cara kerja ya, lebih mirip seperti nyewa mobil pribadi, karena memang seperti saya sebutkan diatas, kita bisa booking via telpon, dijemput dan diantar juga sampai ke depan rumah. Kalau transportasi umum itu kan berhentinya di tempat umum, bisa di halte, atau di terminal. Sementara travel ini hanya menjadikan terminal hanya sebagai tempat singgah sementara.
Nah, naik travel ini ada suka duka ya, setidaknya menurut pengalaman pribadi saya lah. Sukanya ya itu, servisnya bagus, mobilnya juga kebanyakan mobil baru, dan kalau beruntung, dapat sopir yang bawa mobilnya nyaman. Tidak enaknya juga ada, misalnya penumpang yang ikut rame, sebelum berangkat biasanya mobil ini bakal keliling kota untuk menjemput penumpang satu persatu. Kalau alamat penumpang yang mau dijemput sudah diketahui duluan, dan penumpangnya sudah siap saat mobil datang, itu sih gak masalah. Yang bikin kesal itu kalau pak supirnya gak tau alamatnya, trus telponan si calon penumpang sambil bawa mobil, dan mutar-mutar deh. Lebih kesal lagi kalau tiba di rumah penumpang, dianya malah belum siap, “Bentar bang, ke WC dulu, bentar ya, bungkus barang dulu” kita yang dimobil hanya bisa menggerutu. Mau yang lebih kesal? Ya, kalau kita yang pertama kali dijemput, dan kemuadian dibawa keliling kota dimana dikita tinggal, dan penumpang yang terakhir dijemput laha tetangga kita, kebayang kan kalau peristiwa-peristiwa kesal diatas digabung jadi satu, terbayang gak gimana kesalnya?
Contohnya kemarin suami saya naik travel, berangkat dari rumah kami di Banda Aceh ke Blang Pidie, kota dimana kami tinggal saat ini. Tepat jam delapan malam, saya sudah dapat pesan dari suami, katanya “udah dijemput, mobilnya kosong, jadi yang pertama di jemput kayaknya” begitu pesan yang dikirim via telegram. Saya hanya membalas seadanya, berharap beliau tidak gusar duluan, kalau nantinya dibawa jalan jalan keliling jemput penumpang lain. Ternyata oh ternyata, harapan saya hanya sekedar harapan, karena yang saya takutkan malah terjadi. Selanjutnya suami saya terus terusan kirim pesan, kalau mobilnya bawa beliau keliling Banda Aceh, sampai dua jam lagi. Padahal katanya, suami saya belum makan malam, untuk ini saya hanya balas “nyar waktu mobilnya berhenti di Calang saja makan”, walau saya juga tak tahu dengan pasti dimana mobil akan berhenti untuk berehat. Tepat jam 10 malam, dapat pesan lagi dari suami “akhirnya jalan juga, dua jama dibawa keliling, penumpang terakhir orang tetangga kampung malah, palak kali”, tulis suami, saya hanya bisa tersenyum, hehe.
Keesokan harinya, begitu tiba dan selesai shalat subuh, suami saya langsung tertidur, saya udah bisa nebak, kalau sepanjang perjalanan beliau gak bisa tidur, tapi saya gak tahu kenapa, secara jet bus yang ditumpangi cukup bagus. Besoknya, setelah bangun beliau cerita “mobilnya udah oke, bawanya juga enak, ada AC juga, tapi musiknya itu yang gak tahan, musik orang pesta terus dihidupin, mana gede kali, mana bisa tidur”, jelasnya, kali ini saya baru mengerti.
“Seandainya jam berangkat jelas, kita kan bisa ngumpul di terminal, 15 menit sebelum berangkat kek, untuk apa jiga terminal kalau orang masih diejmput di rumah?” curhat suami kesal, “Bayangkan 2 jam dibawa keliling, ada juga penumpang yang keluar dikit ke depan rumah aja gak mau, telponan terus, hek deh” Curhatnya lagi bercampur bahasa Aceh.
Ya, harus saya akui, kadang servis yang diberikan travel travel ini bukannya membuat kita lebih mudah, tapi malah bikin kesal, saat jadi orang yang pertama kali dijemput dan kemudian dibawa keliling misalnya. Padahal dalam rentang waktu tersbeut, banyak hal yang bisa kita lakukan, minimal bisa posting satu tulisan lah. Tapi ya sudahlah, saat itu hanya ini yang kita punya, semoga kedepan bisa jadi lebih baik.
Semoga!!
Lidya says
buang waktu ya mbak jadinya kalau dibawa keliling kota gak langsung ke tujuan
Liza Fathia says
Iya Mbak Lydia, maunya kan kita yang terakhir dijemput, jadi tinggal jalan..hehe
Ceritaeka says
Aku juga suka mati gaya kalo dijemput paling awal dan mesti muter sana-sini dulu 🙁
Liza Fathia says
Iya, gak tahan kalau harus mati gaya gitu ya, apalagi kalau perut lapar..hehe
ikalistyani23 says
Emang gitu mba kalau travel, apalagi tujuan kita di ujung kota, pasti dapet anteranya terakhiran.hahha 🙂
Liza Fathia says
Iya, ternyata kalau travel itu dimana-mana sama saja ya..
Rach Alida Bahaweres says
Aku pernah kesel naik travel dari Langsa ke Medan, mba. Penumpang lain ingin duluan yang di antar, padahal arahnya ke tujuan saya dlu yakni Bandara. Agak kapok sih. Salam kenal, mba
Liza Fathia says
Btw mbak rach tinggal dimana? Iya kesal banget
Muhammad Syafiq says
Meskipun saya belum banyak pengalaman naik travel, yang pernah saya bikin marah itu kalau travel itu transitnya ke mana-mana. Dan gak langsung ke tujuan yang aku inginkan.
Apalagi kalau saya itu pas bawa orang tua. Masih mending saya masih kuat, tapi orang tua saya yang kasihan. Artikelnya mbak jadi mengingatkanku atas kejadian itu. 😀
infobisnismenarik says
Mala enak dong, jadi bisa jalan-jalan