“Dokter, tolong Dokter. Pinggang saya, perut saya, sakit…” Wanita berumur empat puluh tahunan itu terlihat pucat pasi. Butiran keringan membasahi keningnya. Ia berjalan tertatih-tatih dan dibopong oleh suaminya.
Sore itu, ruangan UGD penuh dengan berbagai jenis pasien yang memerlukan penanganan segera. Ada pasien post kecelakaan, stroke, diare dengan dehidrasi berat, luka bakar. Betul-betul crowded! Karena tidak ada lagi tempat tidur kosong, seorang perawat laki-laki menyuruh sang ibu duduk di atas kursi.
“Kenapa dengan perut, Ibu? Ibu merasa sesak atau bagaimana?” Dokter perempuan yang baru saja selesai memeriksa pasien penurunan kesadaran karena stroke kini telah berada di depan sang ibu.
“Saya tidak bisa kencing, Dok. Sejak tadi, kencing saya tertahan.”
Sambil memeriksa pasien tersebut, sang dokter mencium bau yang khas dari mulut si ibu. Bau jengkol! Betul, tidak salah lagi. Tangan Dokter perempuan itu terus mempalpasi dinding perut sang ibu dan hidungnya mencoba membaui kembali. Aroma jengkol memang sangat khas.
“Ibu ada riwayat kencing berberpasir atau berdarah?”
“Enggak, Dok.”
“Maaf, Bu. Ibu habis makan jengkol, ya?” Tanya dokter itu blak-blakakan.
Wanita tersebut menganggung sambil mesem-mesem. Suaminya terlihat tidak kalah gelisah. Lelaki itu sebenarnya ingin berkata kepada dokter tersebut untuk segera menangani istrinya. Tapi segera diurungkannya.
“Kapan dan Berapa banyak, Bu?”
“Tadi siang, hampir sekilo, Dokter.” Ibu itu menunduk malu.
Mata Sang dokter dan suami wanita itu terbelalak. Si Bapak terkejut karena ia sempat merasa sedih karena saat hendak makan siang tadi, rendang jengkol yang ingin disantapnya habis. Sedangkan dokter masih tidak percaya kalau ada orang yang sanggup menghabiskan sekilo jengkol sendirian.
“Bu, Ibu ini keracunan jengkol. Makanya ibu enggak bisa buang air kecil.”
Si Bapak yang tadinya hanya diam akhirnya angkat bicara, “Ibu sih makannya enggak ingat-ingat Bapak. Kualat kan jadinya.”
Ibu itu tertunduk lesu. Ia sudah tidak peduli lagi dengan omelan dokter atau suaminya, yang penting sekarang adalah urin yang sudah memenuhi kandung kemihnya segera bisa dikeluarkan.
Dokter perempuan itu pun langsung memberi aba-aba kepada perawat untuk menangani ibu yang keracunan jengkol tersebut.
Keracunan Jengkol
Kok bisa sih keracunan jengkol? Memangnya jengkol mengandung racun ya? Pertanyaan tersebut pasti sering melintas dipikiran kita saat mengetahui ada orang yang didiagnosa dengan keracunan jengkol atau lebih tepatnya Intoksikasi Asam Jengkolat.
Penyebab Keracunan Jengkol
Penyebab intoksikasi atau keracunan jengkol adalah karena pada biji jengkol tersebut terdapat asam amino yang bernama Asam jengkolat (djenkolic acid). Asam jengkolat mengandung sulfur (belerang) yang berbentuk kristal kuning yang menyerupai jarum halus dan sangat sulit larit dalam air. Begitu juga di dalam larutan asam dan basa, kristal ini sangat sulit untuk larut.
Jengkoleun atau keracunan jengkol dapat terjadi bila kandungan air seni pemakan bersifat asam sehingga menyebabkan asam jengkolat mengendap dalam bentuk halus dan dapat merusak ginjal.
Kandungan asam jengkolat pada biji jengkol itu tidak semuanya sama, lho. Ada biji jengkol yang kadar asam jengkolatnyantinggi, ada juga yang rendah. Biji muda ditenggarai lebih sedikit kandungan asamnya dibandingkan dengan biji yang tua. Kandungan asam biji jengkol yang tua sekitar 1-2% dari berat biji. Jika satu biji mentah jengkol beratnya 15gram maka kandungan asam jengkolatnya sekitar 0,15-0,3 gram.
Intoksikasi asam jengkolat juga dipengaruhi oleh cara pengolahan jengkol itu sendiri. Orang yang suka kengonsumsi jengkol mentah atau tidak matang sempurna lebih beresiko mengalami keracunan dibanding dengan yang mengonsumsi jengkol yang tekah dimasak semourna.
Namun, berdasarkan hasil penelitian Van Veen dan Hyman, keracunan jengkol ternyata tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas. Intoksikasi asam jengkolat ini terjadi tergantung dari kerentanan seseorang terhadap asam jengkolat itu sendiri dan hal itu bersifat sementara. Artinya, meski sudah pernah keracuann jengkol, seseorang belum tentu akan mengalami keracunan kembalo setelah mengonsumsi jengkol pada waktu yang berbeda.
Pada intinya, keracunan jengkol ini disebabkan oleh pengendapan kristal asam jengkolat pada salurah kemih sehingga menimbulkan gangguan saat berkemih.
Gejala Keracunan Jengkol
Gejala yang ditimbulkan akibat keracunan asam jengkolat itu bervariasi. Tanda yang sudah pasti itu adalah nafas, mulut, dan urin berbau jengkol. Ada yang mengeluhkan mual yang disertai muntah, nyeri saat buat air kecil, sulit buat air kecil dan bahkan tidak bisa berkemih sama sekali. Jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan gagal ginjal akut.
Penanganan Keracunan Jengkol
Cara agar tidak keracunan jengkol ya jangan makan jengkol. Tapi bagi penikmat jengkol tentu hal ini mustahil dilakukan. Lalu, apa yang harus dilakukan jika terjadi keracunan jengkol? Berikut ini adalah cara yang bisa dilakukan untuk menangani keracunan jengkol:
- Minum air putih sebanyak-banyak dan bisa dicampur dengan gerusan arang aktif
- Minum cairan yang mengandung natrium bicarbonat atau soda
Jika cara tersebut tidak berhasil dan keadaan si pasien semakin memburuk maka segera kunjungi dokter atau rumah sakit terdekat. Dokter biasanya akan memasang jalur intravena (infus) dan memberikan cairan yang mengandung natrium bicarbonat dan Dextrose 5% untuk menyeimbangkan asam dan basa tubuh. Ingat! Antidote dari keracunan jengkol adalah natrium bicarbonat alias soda.
Jadi, hati-hati makan jengkol, jangan sampai berlebihan karena bisa menyebabkan keracunan. Salam sehat! [] dr. Liza Fathia
Anna Meutia says
wah baru tau ada asam jengkolat.. makasih infonya bu dokter, salam kenal! 🙂
Liza Fathia says
salam kenal kembali Ana 🙂
Liza Fathia says
sama-sama ukhty. intinya jangan berlebihan ya 🙂
Lidya says
banyak amat satu kilo 🙂
Liza Fathia says
Enggak terasa lho mak kalo makan jengkol. Satu satu eh udah sekilo
echaimutenan says
aku g pernah banyak seh..pusing..tapi suka xD
Liza Fathia says
Sama maak, saku jugaa sukaa
Eksa Studio's says
Wah ane malah baru tau ni mbak…
tapi untung enggak suka jengkol akunya 😀 Hehe..
salam kenal ya, mampir ke Blogku mbak 🙂
Liza Fathia says
Salam kenal kembali 🙂
Idah Ceris says
Aku syok pas baca, baru makan jengkol satu kilo. 😀 Kalau udah suka ama makanan, emang kadang suka lupa akan risiko, ya.
Liza Fathia says
Iya say, aku aja kalo dimasakin sekilo juga bisa habis. Hahahah
Jefry Dewangga says
Seumur-umur saya nggak pernah makan tuh jengkol mbak, entah emang orang tua saya nggak pernah masakin.
widhie says
Aku baru tau lho ada kerajunan jengkol…
tas murah says
kebanyakan karena ngga tawar, kalo saya sih oke-oke aja, pete jengkol di lahap heheh