Beberapa waktu lalu, saat saya membuka aplikasi TikTok, muncul video dari seorang ibu yang menziarahi makam putranya. Saat melihat foto sang anak yang familiar, ternyata almarhum adalah Matthew White, artis cilik yang meninggal pada Januari 2022 silam. Mas Mat, begitu sang ibu memanggilnya meninggal karena penyakit diabetes pada anak yang sudah lama ia derita.
Ketika berbicara tentang diabetes pada anak, tidak sedikit orang tua yang seakan tidak percaya atau malah baru mengetahuinya. Memangnya anak-anak bisa kena diabetes juga? Bukannya diabetes itu penyakit orang dewasa? Kok bisa kena pada anak-anak juga sih. Apa mungkin ditularkan oleh orang tuanya? Terus apa saja gejalanya? Bisa enggak sih dicegah?
Daftar Isi
Apa itu Diabetes pada Anak?
Sebelum membahas tentang diabetes pada anak, bagaimana gejalanya dan cara mencegah, ada baiknya kita kenalan dulu dengan penyakit yang dikenal juga dengan kencing manis atau penyakit gula.
Diabetes pada anak adalah suatu kondisi dimana kadar gula di dalam darah sang anak atau yang disebut juga dengan glukosa meningkat terlalu tinggi, melebihi dari nilai normal.
Baca juga: Rutin Minum Obat TB Agar Tidak Resistensi
Dalam keadaan normal, glukosa adalah sumber energi yang berasal dari makanan yang kita makan. Kemudian oleh insulin, hormon yang dibuat oleh pankreas, membantu glukosa masuk ke dalam sel tubuh kita untuk digunakan sebagai sumber energi.
Terkadang, produksi insulin di tubuh kita tidak atau bahkan pankreas tidak menghasilkan insulin sama sekali. Keadaan ini membuat glukosa tetap berada di dalam darah dan tidak disalurkan ke dalam sel.
Seiring berjalannya waktu, penumpukan glukosa di dalam darah dapat menyebabkan masalah bagi kesehatan yang dikenal dengan penyakit diabetes. Diabetes tidak dapat disembuhkan tetapi orang yang menderita diabetes dapat mengambil langkah-langkah mengelola penyakitnya dan tetap hidup dengan sehat.
Tingginya Angka Diabetes Pada Anak
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), prevalensi anak penderita diabetes meningkat 70 kali lipat pada Januari 2023 dibanding 2010.
Selain itu, Direktur Utama Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Ali Ghufron juga mengatakan pasien anak yang menderita diabetes meningkat sekitar 1.000 kasus pada 2022 dibandingkan 2018.
Menurut CEO Center for Indonesia’s Strategic Development Initiative (CISDI) Diah Saminarsih, data itu menggambarkan situasi “yang sangat mengkhawatirkan” bahwa anak-anak “telah mengadopsi pola hidup tidak sehat”, salah satunya akibat konsumsi makanan berkandungan gula tinggi.
Makanan dan minuman manis begitu mudah dijangkau, sementara kebijakan pemerintah sejauh ini dianggap “belum cukup melindungi”, dan lebih banyak menggantungkan pembatasan konsumsi gula pada keputusan masyarakat sendiri berdasarkan informasi kandungan gula yang tertera pada label makanan dan minuman.
Tingginya konsumsi makanan dan minuman manis di Indonesia tergambar pada hasil Riset Kesehatan Dasar 2018. Terungkap, 47,8 persen responden mengonsumsi makanan manis 1-6 kali per minggu.
Sementara itu, pada anak-anak, 59,6 persen anak usia 3-4 tahun mengonsumsi makanan manis lebih dari satu kali sehari dan 68,5 persen mengonsumsi minuman manis lebih dari satu kali sehari.
Tipe-tipe diabetes pada anak
Tipe diabetes yang sering terjadi pada anak-anak adalah Diabeter tipe 1 dan diabetes tipe 2.
Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 terjadi akibat kelainan autoimun dimana sistem kekebalan tubuh si penderita menyerang dan menghancurkan sel-sel di pankreas yang membuat insulin. Akibatnya, anak yang menderita diabetes tipe 1 hanya menghasilkan sedikit atau bahkan tidak menghasilkan insulin sama sekali.
Diabetes tipe 1 biasanya didiagnosis pada anak-anak dan dewasa muda, tetapi bisa juga muncul pada usia berapa pun. Orang dengan diabetes tipe 1 perlu mengonsumsi insulin setiap hari untuk tetap hidup.
Diabetes tipe 2
Selama beberapa dekade, diabetes tipe 2 biasanya dialami oleh orang dewasa. Tetapi saat ini penyakit diabetes tipe 2 juga sering diderita oleh anak-anak.
Diabetes tipe 2 adalah kondisi dimana tubuh anak tidak dapat membuat atau menggunakan insulin dengan baik. Karena terjadinya gangguan tersebut, kadar gula darah anak dapat meningkat.
Diabetes tipe 2 biasanya rentan terjadi pada anak berusia berusia 10-19 tahun atau pada usia remaja.
Ada beberapa faktor risiko yang dapat membuat anak rentan terkena diabetes tipe 2, yaitu:
- Memiliki orang tua atau saudara dengan riwayat penyakit diabetes.
- Berat badan berlebih atau obesitas pada anak.
- Kebiasaan sering mengonsumsi makanan tinggi gula dan lemak.
- Kurang aktif bergerak atau jarang olahraga.
Gejala diabetes pada anak
Gejala diabetes tipe 1 dan 2 juga secara umum sulit dibedakan dan sering kali mirip satu sama lain. Sebagian anak yang menderita diabetes tipe 1 atau pun tipe 2 tidak menunjukkan adanya gejala atau merasakan adanya keluhan.
Namun, pada sebagian anak yang lain, diabetes pada anak dapat menimbulkan beberapa gejala berikut ini:
1. Sering haus dan buang air kecil
Kadar gula darah berlebih akan dibuang melalui urine. Hal ini akan membuat anak sering buang air kecil atau bahkan mengompol. Dengan banyaknya cairan tubuh yang keluar, anak pun akan cepat merasa haus dan minum lebih banyak dari biasanya.
2. Nafsu makan meningkat
Anak yang menderita diabetes akan kesulitan menghasilkan energi akibat gangguan fungsi atau berkurangnya jumlah insulin. Akibatnya, anak akan merasa sering sering kelaparan dan makan lebih banyak untuk memperoleh energi.
3. Berat badan menurun
Meski makan lebih banyak dari biasanya, namun berat badan anak yang menderita diabetes justru akan turun. Tanpa pasokan energi dari gula, jaringan otot dan simpanan lemak akan menyusut. Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas kerap menjadi tanda pertama dari diabetes pada anak.
4. Terlihat lelah atau lesu
Anak yang menderita diabetes mungkin akan terlihat lebih lemah dan lesu karena kurangnya energi di dalam tubuh. Anak bisa tetap terlihat lesu meski sudah makan dalam jumlah atau porsi yang besar.
5. Penglihatan kabur
Kadar gula darah yang tinggi akibat diabetes lama kelamaan bisa menyebabkan saraf mata membengkak. Kondisi ini dapat membuat anak mengalami gangguan penglihatan atau pandangannya terasa buram.
6. Muncul luka atau infeksi di tubuh yang sulit sembuh
Karena kadar gula darah yang tinggi, seorang anak yang menderita diabetes akan memiliki luka yang sulit sembuh saat cedera atau terluka. Selain menghambat proses penyembuhan luka, diabetes juga dapat membuat anak rentan terserang infeksi.
7. Warna kulit menghitam
Resistensi insulin dapat menyebabkan kulit menjadi gelap, terutama di area ketiak dan leher. Kondisi ini disebut akantosis nigrikans.
Selain beberapa gejala di atas, seorang anak yang menderita diabetes juga kerap menunjukkan tanda gejala lain, seperti sering rewel atau menangis terus-menerus, napas berbau seperti buah, dan muncul ruam popok.
Bagaimana cara mengetahui diabetes pada anak?
Untuk mengetahui apakah seorang anak menderita diabetes tipe 1 atau diabetes tipe 2, perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang oleh dokter anak. Jika dokter anak mencurigai adanya diabetes, kemungkinan besar mereka akan melakukan pemeriksaan kencing, pemeriksaan kadar gula darah puasa, pemeriksaan toleransi glukosa, atau tes A1C dan pemeriksaan auto antibodi diabetes untuk menentukan anak menderita diabetes tipe 1 atau tipe 2.
Cara Mencegah Diabetes pada anak
Sebagai orang tua, kita dapat membantu anak-anak terhindar dari penyakit diabetes dengan mengajak mereka melakukan langkah-langkah berikut:
- Lakukan kebiasaan sehat. Anak-anak yang mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan membatasi asupan gula dan karbohidrat dari makanan olahan cenderung tidak mengalami kelebihan berat badan yang menyebabkan diabetes.
- Berolahraga. Olah raga yang teratur penting untuk mencegah diabetes. Batasi waktu screen time anak dan ajak mereka bermain di luar sebagai gantinya.
- Pertahankan berat badan yang ideal. Pola makan yang sehat dan kebiasaan berolahraga dapat membantu anak mempertahankan ideal
Kurangi Gula Kalau bisa Hindari
Saat sedang menulis tulisan ini, tiba-tiba muncul di ig-feed saya postingan dokter ahli gizi masyarakat, Dr.dr. Tan Sho Tyen, M.Hum. Dalam postingannya, dr. Tan meluruskan kembali kesalahpahaman kita selama ini akan gula.
Gula sama sekali tak memiliki kandungan gizi
Ungkap dr. Tan seperti dilansir dari Republika
dr. Tan juga menjelaskan bahwa anggapan masyarakat kalau tidak mengonsumsi gula akan tidak bertenaga atau klenger ternyata hanya mitos belaka. Klenger terjadi karena seseorang tidak sarapan bukan karena tidak konsumsi gula.
“Gula membuat Anda kelihatannya punya kalori tetapi kandungan gizinya zero,” tambahnya.
Konsumsi gula berlebihan baik langsung atau didapatkan dari makanan dan minuman menjadi faktor resiko terjadinya penyakit diabetes tipe 2.
Sebagai orang tua, kita memiliki pekerjaan rumah tambahan nih agar anak-anak kita terbebas dari penyakit kronis seperti diabetes. Diabetes bisa dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat, berolahraga, dan menjaga berat badan tetap ideal.
Referensi
- Holland, K. & Watson, K. Healthline (2018). Type 2 Diabetes in Children.
- Morris, S.Y. Healthline (2017). What Does Bad Breath Have to Do with Diabetes?
Leave a Reply