Omong-omong tentang timphan, pasti yang ngakunya orang Aceh atau pernah bertandang ke Serambi Mekah, tahu dan pernah merasakan manis-legitnya kuliner ini. Yup! Kue yang dibungkus dengan daun pisang muda dan berbahan utama tepung ketan adalah salah satu makanan tradisional Aceh yang kerap disajikan di Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha. Tapi jangan salah, kue manis ini juga menjadi hidangan saat kenduri seperti syukuran atau pesta perkawinan. Kudapan lezat ini bisa didapatkan pula di toko-toko kue atau warung kopi yang ada di Aceh. Well, tidak lengkap rasanya kalau ke Aceh tetapi belum mencicipi kue berbalutkan daun pisang ini.
Selain berbahan dasar tepung beras ketan, timphan juga kadang dicampur dengan labu tanah, pisang, singkong, atau durian. Nah, kebetulan sekali labu tanah di samping rumah saya di kampung sudah siap untuk dipanen, maka saya pun mengajak mamak untuk membuat timphan. Tidak ada hajatan apa-apa memang saat itu, bumilnya lagi kepingin mencicipi timphan saja 🙂
And those are the pumpkins. Which one do want?
Labu hasil kebun sendiri tersebut bertekstur sangat licin dan berwarna orange. Setelah dikupas bersih, daging buah yang kerap dijadikan ikon pesta halloween itu saya rebus dengan menggunakan santan. Atas instruksi mamak, tak lupa saya menambahkan daun pandan, sedikit garam dan beberapa sendok gula agar terasa gurih dan manis. Setelah empuk dan dingin, labu plus santan dicampur dengan tepung.
Tepung yang digunakan adalah tepung yang ditumbuk sendiri dari beras ketan Tangse. Sebenarnya bisa juga menggunakan tepung kemasan yang dijual di pasar, tetapi rasanya sedikit berbeda. Tepung ketan hasil olahan sendiri akan menghasilkan timphan yang lebih lembut sedangkan kalau menggunakan tepung yang dijual di pasar, timphan ya kadang agak sedikit keras. Kalau ada yang original, untuk apa memakai hasil pabrikan, betul?
Setelah adonan menyatu, barulah timphan siap dicetak di atas daun muda yang sebelumnya telah diolesi minyak agar tidak lengket. Untuk isinya, saya lebih suka srikaya dibandingkan kelapa. Srikaya itu terbuat dari gula dan telur ayam. Agar rasanya lebih gurih dan wangi, jangan lupa untuk menambahkan kayu manis, lawang kleng, dan daun pandan.
Timphan mentah kemudian dikukus selama setengah jam. Jangan sampai kelamaan saat mengukus karena bisa membuat air kukusan naik dan menjadikan timphan melumer. Oleh karena itu, pastikan waktunya benar-benar pas.
Dan, inilah timphan labu hasil olahan saya dengan bantuan mamak tentunya 🙂
Makmur Dimila says
Nyammiii,saya suka sekali kudapan khas Aceh ini. 😀
Fardelyn Hacky says
kalo orang Aceh selatan bilangnya lapek 😀
Clara Ingewati says
ngileerrrr liatnya 😀
Lidya says
aduh bikin lapar aja nih mbak 🙂
MS says
aku doyaaan timphan…., rasanya legit dan daun pisang mudanya itu makin bikin tambah cantik penampilannya
timphan makin lezat dengan bahan segar langsung dari halaman sendiri ya..
Melilea Indonesia says
wah,,ngeliat nya jadi ngiler,,,,kirim-kirim ke jakarta donk,,jadi pengen coba.
Idah Ceris says
Senangnya, tumbuh disamping rumah saja bisa sampai sesubur itu ya, Kak.
Belum pernah nyoba buat. Tapi, pernah nyicip labu kukus. 😀
cintakamuaa says
itu buah labu jenis apa ya?