Lama banget ngga ngeposting bikin tanganku gatal untuk kembali menulis. Yeah, maklumlah secara akukan wanita carier! Eits, betewe carier penyakit apa ya? Soalnya kalo di kedokteran istilah carier itu sering digunakan sebagai pembawa penyakit keturunan. Misalnya carier hemofilia, carier DM, dan lain-lain. Tapi istilah carier yang kugunakan sekarang ngga ada label kedok-teran segala yha!!! Ini karir dalam arti umum. Ingat tuh!!!
Sok banget menjuluki diri wanita karir!!! Hahaha, biar aja, toh julukan untuk diriku sendiri kok, bukan untuk kamu, dia, atau siapa saja. Maklum saja rutinitasku yang berjibun mengalahkan presiden SBY (masak iya?). ya iyalah, pagi kuliah sampe siang kadang-kadang sorepun kuliah. Kalau ngga kuliah pasti masuk kerja. Malamnya ngerjain tugas atau chatting di mig33 khususnya room Aceh, Sigli, dan Banda Aceh. Kalo kamu doyan ngemigg juga, jangan lupa tuh add aku fathia_dr, be.angel, rumput_liar008, lizfari_dr. Nah itu semua nick name ku di dunia permig33.
Berhubung sudah lama tidak mengungkapkan argumenku, rasanya hati ini panas banget lho! Otak ini mau meledak! Hekzzz,. Emang bom bisa meledak! Whateverlah, yang jelas banyak hal yang ingin kuutarakan. Dan diantara yang banyak itu, aku memilih pelaksanaan ujian nasional untuk siswa SD-SMA.
Ujian Nasional Untuk Apa?
Kalo zamanku, istilahnya ujian akhir kelulusan itu adalah UAN yang sebelumnya pernah berganti-ganti beberapa kali, mulai dari EBTANAS, UAN, dan menjadi UN. Yang menarik disini adalah kecurangan yang kerap ditimbulkan dalam pelaksanaan ujian yang sangat nentuin lulus atau ngga nya siswa tersebut.
Bayangin aja, cape-cape belajar bertahun-tahun hanya ditentukan oleh tiga hari itu. Kenapa sih UN itu ngga dihilangkan aja? Coba deh kamu hitung berapa keuntungan Negara kalau UN ngga dilaksanakan? Mulai dari biaya percetakannya, honor gono gini, dan lain sebagainya.
Kemudian, yang sangat mengherankan. Tiga hari penentuan itupun tak lepas dari unsure-unsur kecurangan. Mulai dari penyelundupan soal sampe ke pembocoran jawaban oleh para guru. Temanku pernah yang kebetulan seorang cikgu itu pernah berkomentar nih “
Untuk apa sih selama ini kita ajarin para siswa, kita tetapkan berbagai aturan, kalau mau UN kita berikan bimbingan tambahan sampai-sampai ada acara baca doa bersama agar anak didik lulus kalau toh akhirnya kita sendiri yang membuat mereka hancur dengan memberikan jawaban pada saat ujian.” Kebetulan nih, temanku itu sedikit idealis. Makanya dia ngomong seperti itu.
Lantas apa jawaban para manipulator itu? “kalo kita ngga ngebocorin jawaban, bisa-bisa mereka ngga lulus. Kasian kan kalo harus ngulang. Coba deh kamu resapi gimana kalo ada diantara keluargamu yang ngga lulus ujian nasional? Sedih bangetkan? Belum lagi beban mental yang ditanggung sekolah jika ada yang ngga lulus. Bisa-bisa tahun ajaran ini bakal ngga ada siswa yang mau masuk sekolah kita.” Halah, itu namanya menghalalkan segala cara bu,pak!!! Ingat doooosaaaa dunk!! Ada yang Maha Melihat tuh!!!
Terus ada juga yang nambahin, “Lagian bukan kita aja kan, banyak tuh sekolah yang lain yang ngebeberin jawaban ke siswanya. Biar sama-sama senanglah. Siswa lulus, predikat sekolah pun baik.”
Cukup! Ngga tahan lagi deh. Jujur walaupun diri ini bukan orang idealis, tapi benci banget sama yang begituan. Dulu ketika ada siswa yang nyontek langsung tuh dikeluarkan dari kelas. Nah sekarang guru pun ikut-ikutan, jadi solusinya apa?
4 Modus Kecurangan UN :
1. Penggunaan jaringan komunikasi (telepon seluler),
(Kirim & terima jawaban melalui sms)
2. Penggunaan soal sisa,
(Soal sisa digunakan oleh guru dari sekolah yang bersangkutan yang tidak dikirim untuk menjadi pengawas silang spesial untuk guru yang mata pelajarannya sedang di ujikan/tim sukses sekolah untuk mencari jawaban yang kemudian jawabannya diberikan kepada siswa (diberikan dikelas dalam kertas kecil, disuruh diambil di wc (siswa pura-pura ke wc) atau dapat juga di isikan ke LJK siswa setelah selesai sebelum dimasukan ke Amplop dan dilem, mungkin bisa juga diisikan pada LJK kosong yang tersedia, dll.
3. Pengeleman Amplop Lembar Jawaban Komputer di luar ruangan kelas (di ruang panitia sekolah),
(Pengeleman dilakukan setelah LJK diperbaiki atau bahkan setelah ditukar dengan LJK yang diisikan oleh panitia khusus dari sekolah yang berbuat curang).
4. Proses Pengepakan Soal.
Sumber : http://www.kompas.com/ver1/Dikbud/0704/16/195752.htm
Modus lain :
1. Pembocoran kunci jawaban,
(Soal didapat pagi sekali, atau dari soal sisa yang kemudian dikerjakan oleh TIM SUKSES SEKOLAH)
2. Pengawasan UN yang longgar.
(Para pengawas pengawas UN dengan sengaja melonggarkan pengawasan sehingga para siswa punya kesempatan untuk saling mencontek atau menanyakan jawaban. Para pengawas UN di kelas lebih banyak menunggu di luar sembari membaca koran” ada yang dengan sengaja memberi kesempatan kepada para siswa untuk saling mencontek. Bahkan ada juga pengawas yang memberikan sejumlah jawaban soal-soal UN. )
Sumber :
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/062006/23/0701.htm
3 Modus Yang lain lagi :
1. Sebelum ujian nasional dilaksanakan. Cara yang dipakai dengan membocorkan soal. Misalnya pengakuan murid di Garut, mereka diperintahkan datang lebih awal ke sekolah agar bisa memperoleh jawaban dari guru.
2. Jawaban dibuat pada saat ujian. Biasanya dilakukan oleh tim, yang berisi guru bidang studi. Proses distribusi jawaban bervariasi, ada yang menggunakan telepon seluler, seperti yang terjadi di Cilegon. Dalam satu kelas, satu atau dua murid dijadikan sebagai simpul. Mereka bertugas menerima dan membagikan jawaban kepada yang lain melalui kode tertentu. Ada pula yang memakai kertas kecil atau kertas unyil. Murid mengambilnya di tempat yang sudah disepakati dengan tim.
3. Ketiga, tim bekerja setelah ujian nasional selesai. Biasanya murid diminta tidak menjawab pertanyaan yang dianggap sulit karena nantinya tim yang akan mengisi. Tapi ada pula yang membiarkan murid menjawab. Apabila salah, tugas tim sukses yang akan membetulkan.
sumber :
http://www.duniaesai.com/pendidikan/pend15.htm
Leave a Reply