Waktu berbuka puasa adalah waktu yang paling nikmat yang dinanti-nantikan oleh mereka yang berpuasa. Meskipun kadang kita berbuka puasa dengan makanan ala-kadarnya, tetap saja momen berbuka itu indah. Tapi kadang berbuka itu juga tidak senikmat seperti seharusnya, setidaknya itulah yang dirasakan oleh suami saya hari ini.
Kebetulan hari ini kantor tempat saya bekerja menyelenggarakan acara buka puasa bersama dan keluarga juga diperbolehkan ikut serta. Buka puasa bersama kali ini diadakan di kantor cabang, bukan di kantor operasional dimana saya di tempatkan. Jadinya sejak sore kami sudah menuju ke kota dimana kantor cabang berada. Perjalanan sekitar tiga jam memang cukup melelahkan, ditambah lagi hujan deras, membuat mobil yang kami tumpangi hanya bisa berjalan lamban. Alhasil, kami tiba agak terlambat ke kantor cabang. Karena suami saya masih punya pekerjaan yang harus segera diselesaikan, dia memilih untuk langsung check in di hotel dan langsung melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan saya dan Naqiya langsung menuju ke kantor cabang, yang letaknya tidak jauh dari hotel dimana kami menginap. Kami harus menginap di hotel karena besok pagi akan dilakukan upara peringatan ulang tahun kantor kami.Nah, saat mendekati waktu berbuka puasa, saya coba menelpon suami untuk bertanya apa dia mau ke kantor untuk berbuka bersama, atau berbuka sendiri di hotel. Dia hanya menjawab, “di hotel aja, kerjaan belum siap.” Jelas saja jawaban ini membuat saya kaget, tapi berhubung waktunya berbuka sudah dekat, saya putuskan untuk memperjelas apa yang di maksud dengan makanan plastik oleh suami.
Selesai shalat magrib dan menikmati makanan yang cukup lezat, saya pun pulang ke penginapan. Suami saya sudah menunggu di depan hotel. Waktu turun dari mobil, sekali lagi saya bertanya, “udah makan apa waktu berbuka tadi?” Jawabannya ternyata masih sama “makan plastik” plus senyum nya yang bikin penasaran. Saya yakin kalau saya tanya apa itu plastik, jawabannya pasti sebuah senyuman, jadinya saya biarkan saja.
Baru setelah masuk ke dalam kamar hotel, saya temukan setumpukan bungkusan plasti yang saya yakin sebagai makanan plastik untuk berbuka puasa ala suami saya. Di sana saya menemukan plastik bekas roti tawar isi coklat, botol plastik bekas teh, plastik bekas mie instant yang saya yakin mie nya langsung dimakan tanpa di rebus atau dimasak, dan beberapa plastik bekas lain yang saya tak tahu lagi isinya apa.
Melihat makanan berbuka puasa ala suami ini, saya jadi merasa kasihan. Disaat saya bisa menikmati makanan yang lezat di acara buka puasa bersama, dia hanya bisa menikmati makanan kering dalam plastik. Kasihan oh kasihan. Sabar ya suamiku 🙂
Lidya says
istir sayang suami nih mbak 🙂
Liza Fathia says
Hehe, iya, makasih 🙂