• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Home
  • About
  • Recognition
  • Advertise
  • Disclosure
  • Contact

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

  • ABOUT ME
  • Traveling
  • Advertorial
  • Kesehatan
  • Feature
  • Kuliner
You are here: Home / Feature / Bertemu Ampera dan Musi di Bumi Sriwijaya

March 8, 2015

Bertemu Ampera dan Musi di Bumi Sriwijaya

IMG 1785

Jembatan Ampera, salah satu ikon kota Palembang

Sudah lama saya mengetahui jembatan yang menjadi ikon provinsi yang terkenal dengan sejarah kebudayaannya. Jembatan besar dengan tiang berwarna merah dan semakin indah ketika siang berganti malam. Kerlap-kerlip Lampu aneka warna yang menghiasinya menjadi magnet yang mampu menarik perhatian setiap pengunjung. Begitu pun dengan aliran sungai yang mengalir di bawahnya. Sejak duduk di bangku sekolah dasar saya telah menghafal namanya dan hampir setiap mengikuti cerdas cermat nama sungai yang berkelok-kelok itu ditanyakan. Karena ukurannya yang maha panjang, tidak heran jika ia selalu membekas diingatan.

Ya, jembatan dan sungai itu tidak lain adalah Jembatan Ampera dan Sungai Musi. Warga Sumatera Selatan pasti bangga memiliki duo ikon yang sangat fenomenal ini. Apalagi Ampera pernah mendapatkan predikat sebagai jembatan terpanjang di Asia Tenggara dan Musi merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera.

IMG 1794

Aliran Sungai Musi mengalir deras lewat bagian bawah jembatan Ampera

Jembatan Ampera yang konon merupakan kependekan dari Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera) ini telah dibangun pada masa Soekarno memimpin Indonesia, tepatnya pada bulan April 1962. Dana pembangunannya diambil dari harta rampasan perang Jepang. Sebagai rasa terima kasih kepada Bung Karno yang telah memperjuangkan pembangunan jembatan ini, maka jembatan itu dinamakan Jembatan Bung Karno. Namun, pada tahun 1966, terjadi pergulatan politik yang berujung pada lengsernya Bapak Proklamasi sehingga nama jembatan nan panjang itu pun berubah menjadi Jembatan Ampera.

Hadirnya jembatan tersebut membawa berkah bagi masyarakat Palembang. Seberang Hulu dan Hilir dulunya terpisah oleh aliran Sungai Musi dan hanya bisa ditempuh lewat perjalanan air. Kini, dengan adanya jembatan, masyarakat pun bisa dengan mudah berlalu-lalang dari hulu ke hilir.

Sungai Musi yang Panjang

Ketika pesawat yang membawa saya dari Bandara Kuala Namu Medan hampir mendarat di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin 2 Palembang, aliran sungai Musi terlihat jelas. Liukan air yang berwarna kuning keemasan terbentang luas dan panjang. Maklum, seperti yang kemukakan di atas, Musi adalah sungai terpanjang di Pulau Sumatera. Sungai Musi tidak bisa dipisahkan dari Jembatan Ampera dan Sumatera Selatan. Panjangnya saja  mencapai 750 Km dengan lebar 500 Meter.

IMG 1788

Sungai Musi dan cabang-cabangnya yang terlihat jelas dari udara

Dari udara saya juga dapat melihat aliran Musi yang bercabang-cabang. Seperti yang diceritakan Mita, teman saya yang merupakan penduduk asli Sumatera Selatan, sungai Musi memiliki delapan anak sungai besar yaitu, Sungai Komering, Sungai Leko, Sungai Rawas, Sungai Lakitan, Sungai Kelingi, Sungai Lematang, Sungai Semangus, dan Sungai Ogan.

Bertemu Ampera dan Musi 

Kedatangan saya ke Bumi Sriwijaya sebenarnya bukan untuk jalan-jalan, tetapi ada pelatihan yang harus saya ikuti. Setelah tiba di Asrama Haji, tempat saya dan peserta lain menginap serta melaksanakan serangkaian acara, saya dan teman-teman langsung menghubungi taksi yang akan mengantarkan kami ke Jembatan Ampera. Pukul sepuluh pagi saya dan rombongan telah tiba ke Palembang dan pembukaan acara baru dilaksanakan malam harinya. Itu artinya kami memiliki waktu seharian untuk bertemu dan melihat langsung Ampera dan Musi.

Jarak Bandara ke Asrama Haji hanya sepuluh menit perjalanan menggunakan taksi, sedankan jarak dari Asrama Haji ke Jembatan Ampera yang juga merupakan pusat kota memakan waktu 40 menit dengan ongkos 70 ribu rupiah. 

Sambil menikmati hidangan makan siang di river side, saya langsung bisa melihat sungai Musi dan riak kecilnya. Begitu juga dengan jembatan Ampera, terbentang jelas di depan mata. Di pinggir sungai terlihat parkiran boat yang sedang menunggu penumpang dan pasar-pasar apung. Tak hanya itu, di bantaran sungai Musi juga tampak perumahan  terapung atau yang mereka sebut dengan rumah sakit.

“Jembatan Ampera itu  lebih indah kalau dilihat waktu malam,” begitu ungkap Mita.

Benar saja, ketika saya datang ke sana malam hari, lampu warna-warni telah menghiasi jembatan. Warnanya yang terang memancar ke arah samping dan menjulang tinggi ke angkasa. Jembatan Ampera terlihat begitu indah dan megah di malam hari.

IMG 1787 0

Gemerlap Jembatan Ampera di malam hari

IMG 1786

River Side juga tak kalah indah dibandingkan dengan jembatan Ampera kala malam datang. kerlap-kerlip lampu menghiasi bangunan di pinggir Sungai Musi itu

Sayangnya, kedatangan saya bukan pada waktu festival air Sungai Musi diselenggarakan. Padahal, menurut Mita, saat festival berlangsung, di bawah jembatan Ampera atau tepatnya di Sungai Musi, saya bisa melihat perlombaan perahu, lomba menghias perahu, dan perlombaan menyebrangi sungai. Wah, jadi penasaran dengan festival tersebut. Semoga di lain waktu saya bisa bertandang lagu ke Bumi Sriwijaya ini. Amiin.[] Liza Fathia 

Share this:

  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
  • Click to share on Telegram (Opens in new window)
  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Tumblr (Opens in new window)
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window)
  • More
  • Click to share on Pocket (Opens in new window)
  • Click to share on Reddit (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Filed Under: Feature, Traveling Tagged With: bumi sriwijaya, jembatan ampera, palembang, sungai musi

  • 1 Liza Fathia
    • 8 Kafe Unik dan Cozy yang Wajib Dikunjungi di Tokyo
    • Stabilizer Listrik: Lindungi Peralatan Elektronik Anda
    • Membangun Keluarga Bahagia dengan Sekolah Keluarga Samara
    • Mengenal Tanda-tanda Hamil Anggur
    • Keuntungan Memilih Bayar Listrik Online di Aplikasi Belanja Online

Reader Interactions

Comments

  1. mita says

    March 9, 2015 at 11:24 AM

    Duh….. cerita masjid cheng hoo nya mana?

    Reply
    • Liza Fathia says

      March 22, 2015 at 9:49 AM

      Sudah kaan 🙂

      Reply
  2. Gusti Indah Primadona says

    March 9, 2015 at 12:06 PM

    jadi pengen pulang 😀

    Reply
  3. aulawi ahmad says

    March 10, 2015 at 12:26 AM

    nah ke palembang gak bilang2 hehe, masih disinikah?

    Reply
    • Liza Fathia says

      March 10, 2015 at 8:06 AM

      Awii… Duh, liza lupa klo awi di palembang. Maafkan diriku wi

      Reply
  4. Wisata Batu Malang says

    March 12, 2015 at 1:02 AM

    Selain punya sejarah yg penting, ternyata jembatan ini cantik juga ya.. sepertinya harus nuggu vestifalnya nih baru kesana. oh ya, waktu festivalnya kapan ya mbak?

    Reply
    • Liza Fathia says

      March 22, 2015 at 9:49 AM

      Sekitar november kalo ga salah. Nanti coba saya konfirmasi lagi yaa

      Reply
  5. Lidya says

    March 14, 2015 at 12:16 PM

    Subhanallah bisa lihat sungai musi dari udara, terlihat bagus ya mbak

    Reply
    • Liza Fathia says

      March 22, 2015 at 9:48 AM

      Iya mak, bagus banget dari udara

      Reply
  6. Liza Fathia says

    March 22, 2015 at 9:45 AM

    Terimakasih maak

    Reply
  7. Arie Okta says

    March 24, 2015 at 1:21 PM

    duh, baca cerita ini jadi ingat cerita aku ke Palembang, kata orang kalo nggak foto di Ampera berarti belum ke Palembang, jadi dengan tekad yg kuat aku berhasil foto di Ampera.hehehe

    salam kenal kak Liza

    Reply
  8. Daffa Putra Ramadhani says

    May 23, 2015 at 10:04 AM

    kota kelahiran aku nih 😀
    Salam Kenal kak

    Reply

Trackbacks

  1. Kembali (lagi) Ke Tanah Wong Kito | Seuramoe Liza says:
    March 21, 2016 at 4:16 PM

    […] pemandangan alam dari atas awan. Provinsi yang pernah saya singgahi tepat setahun lalu (Baca; Bertemu Ampera dan Musi di Bumi Sriwijaya). Tanah kelahiran Muthe dan Heru, dua sahabat yang saya kenali saat pemilihan Duta Bahasa Nasional […]

    Reply

Leave a ReplyCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Primary Sidebar

Liza Fathia

Welcome to liza-fathia.com!

Hi, I 'm Liza, a working mom with a beautiful daughter who loves blogging and traveling. I started blogging to create a lifestyle and travel blog that allows me to spend more time focusing on the things I love. Grab a cup of coffee and enjoy reading this blog. I hope you leave the site with some new exciting ideas!

Follow Me

  • Twitter
  • Instagram
  • Pinterest
  • LinkedIn
  • Facebook

Recent Posts

  • 8 Kafe Unik dan Cozy yang Wajib Dikunjungi di Tokyo
  • Stabilizer Listrik: Lindungi Peralatan Elektronik Anda
  • Membangun Keluarga Bahagia dengan Sekolah Keluarga Samara
  • Mengenal Tanda-tanda Hamil Anggur
  • Keuntungan Memilih Bayar Listrik Online di Aplikasi Belanja Online

Community

blogger perempuantravel blogger indonesiagaminong blogger

Copyright© 2023 · by Liza Fathia

%d